check it now

Yuk, Kenali Gaya Belajar Anak

Mengobservasi dan menggali gaya belajar anak memang memerlukan waktu yang lebih. Namun percayalah, hasilnya tentu akan sepadan.

Daftar Isi Artikel

Mengetahui gaya belajar si kecil, iakan membuat ia cenderung lebih fokus belajar dan berprestasi.

Selain bermain, di usia balita, anak juga mulai tertarik untuk belajar aneka hal yang ada di sekelilingnya. Berbagai objek yang baru ditemuinya bisa dipastikan akan menjadi bahan pertanyaan bagi orangtua. Namun jangan dulu bingung. Sebab itu tandanya, mereka sudah siap menyerap berbagai informasi tersebut.

Menurut Psikolog Adib Setiawan, M.Psi, definisi belajar itu sendiri adalah perubahan sikap perilaku pengetahuan dan keterampilan anak, dari yang tadinya belum bisa menjadi bisa, atau dari yang sebelumnya sudah baik menjadi lebih baik.

“Perubahan sikap anak seperti itu, tentu saja harus ditangkap secara jeli oleh orangtua. Karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui betul gaya belajar si kecil. Apakah visual,  auditori, atau kinestik,” ungkap Adib.

Agar tak salah, mari kita kenali satu per satu gaya belajar anak.

Pertama, gaya belajar visual. Pada gaya belajar visual, anak akan lebih cepat menangkap pelajaran dengan cara melihat. Misalnya, melihat gambar atau video, termasuk melihat contoh langsung di papan tulis.

sumber: freepik

Adapun ciri-ciri anak yang memiliki gaya belajar visual yaitu lebih senang melihat papan tulis, menonton video, melihat gambar, bahkan anak lebih suka menjelaskan sesuatu dengan cara menggambar.

“Itu sebabnya, anak yang memiliki gaya belajar visual akan bagus dalam melihat  peta, melihat angka dan huruf-huruf, serta cepat menangkap jika dijelaskan dengan visual atau dengan gambar. Tak hanya itu, anak dengan gaya belajar visual juga senang menulis saat guru menerangkan,” lanjutnya.

Kedua, gaya belajar auditori. Pada gaya belajar tersebut, anak lebih suka mendengar. Contohnya, anak lebih suka mendengarkan suara-suara hewan atau aneka suara yang ada di lingkungan sekitarnya. Anak lebih suka mendengarkan radio atau lebih suka mendengarkan guru yang menerangkan dibandingkan harus membaca atau melihat gambar.

Ketiga, gaya belajar Pada gaya belajar kinestetik. Pada kasus ini, anak lebih suka belajar melalui gerakan. Cirinya adalah anak lebih suka bergerak aktif, berolahraga, atau menyukai kegiatan yang berada di luar ruangan.

Cara Mengenali Gaya Belajar Anak

sumber: freepik

Diakui Adib, perbedaan di antara ketiga gaya itu sebenarnya terletak pada dominannya anak. “Artinya begini bila saat belajar anak lebih dominan dengan cara melihat, berarti gaya belajar anak adalah gaya belajar visual. Lalu apabila anak lebih dominan pada mendengarkan, berarti gaya belajar anak adalah auditori. Dan bila gaya belajar lebih dominan dengan banyak gerak atau aktivitas fisik, berarti gaya belajar anak adalah kinestetik,” tegas Adib.

Sedangkan untuk mengetahui gaya belajar anak secara lebih pasti, maka orangtua dapat melakukan observasi misalnya dengan menggunakan alat tes questionnaire.

Baca juga : Tentang Tes Minat dan Bakat Anak yang Perlu Diketahui Orangtua

”Questionnaire tersebut nantinya akan dibagikan kepada orangtua untuk diisi. Kemudian hasilnya akan di-check list kembali guna mengetahui lebih jauh tentang gaya belajar anak,” lanjutnya.

Lantas, faktor apa saja yang mampu mempengaruhi gaya belajar anak?

Lebih jauh Adib menjelaskan bahwa faktor yang paling dominan adalah faktor genetik. Ada anak yang memang visualnya lebih tajam, auditorinya yang lebih tajam, atau kinestetiknya yang lebih berkembang.

Selanjutnya,  apakah anak ingin mengembangkan visual, auditori, atau kinestetik, maka jawabannya akan sangat bergantung pada anak maupun cara orangtua mengembangkan anaknya.

“Jika orangtua sudah mengetahui gaya belajar anak, maka orangtua dapat menanyakan kepada anak apa yang mereka perlukan saat proses belajar, serta memberikan fasilitas-fasilitas atau alat bantu belajar yang dapat mengembangkan kemampuannya. Misalnya, jika anak suka membaca, mungkin anak dapat diberikan buku encyclopedia atau buku cerita yang menarik lainnya,” jelas Adib.

Dalam proses belajar, menurut Adib, tak sedikit orangtua yang sering memaksa anaknya untuk belajar. Sementara anak, tetap memilih untuk tidak mau belajar. Lalu bagaimana?

“Perlu diingat, belajar itu sebenarnya kesadaran diri. Kalau orangtuanya memberikan contoh membaca, anak juga pasti membaca. Kalau orangtuanya hanya menonton sinetron di televisi, bagaimana anaknya mau belajar? Selain itu, orangtua juga harus bertanya dengan santun apa yang ingin dipelajari oleh anak. Dengan begitu, anak pun pasti suka belajar,” ia menyarankan.

Masalahnya menurut Adib, seringkali orangtua tidak menyadari bahwa anaknya bermasalah dalam belajar. Misalnya, ketika orangtua terlalu sibuk bekerja, mereka tidak tahu perkembangan anak mereka yang jarang belajar. Alhasil anak menjadi lebih suka bermain game, sehingga berujung pada prestasi anak yang menurun di sekolahnya.

“Oleh karenanya, sebisa mungkin luangkan waktu untuk menemani anak belajar. Sehingga dengan begitu anak bisa termotivasi untuk belajar,” tutupnya.

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti

Daftar Isi Artikel

Updates