Mungkin banyak pertanyaan, apa hubungan asupan air dan obesitas? Kurang air di dalam tubuh ternyata erat kaitannya dengan obesitas. Pasalnya, air berperan besar memperlancar metabolism tubuh.
Air berfungsi sebagai bahan bakar untuk proses pembakaran kalori dari makanan yang dikonsumsi tubuh. Penelitian menyebutkan, konsumsi air yang cukup berperan menurunkan risiko obesitas hingga 30%.
Bukan hanya itu, air juga membantu proses pengeluaran racun dari dalam tubuh. Semakin banyak racun yang tertumpuk, maka semakin sulit berat badan diturunkan. Pencernaan yang tidak lancar juga akan menghambat penyerapan nutrisi. Akibatnya, tubuh akan memberi tanda lapar.
Asupan air juga akan mempengaruhi fungsi hati atau liver yang mengatur pelepasan lemak tubuh. Jika tubuh kekurangan air, maka hati cenderung menimbun lemak.
Obesitas hanyalah satu dampak dari kurangnya asupan air ke dalam tubuh. Riset yang sudah dipublikasikan The Journal of Nutrition menyebutkan, selain mempengaruhi kerja fisik, kekurangan air juga mempengaruhi mood seseorang.
Penelitian terhadap 51 pria dan wanita sehat selama tiga bulan menunjukkan, dehidrasi pada pria menyebabkan penurunan daya ingat dan kewaspadaan. Sementara pada wanita, menyebabkan penurunan kemampuah kognitif, kelelahan, ketegangan, dan rasa cemas.
Pada anak, dehidrasi ringan kurang lebih ditandai dengan gejala yang sama. Sulit konsentrasi, mood terganggu, cepat lelah, dan berbagai gejala fisik lainnya. Pada orang dewasa, dehidrasi juga terbukti meningkatkan tekanan darah dan mengganggu kerja seluruh organ tubuh. Jika tidak segera ditangani, bisa menyebabkan penurunan fungsi ginjal, pingsan bahkan kematian.
Kebutuhan Air

Begitu besar peran air di dalam tubuh manusia, tidak mengherankan jika dalam konsep tumpeng gizi seimbang yang direkomendasikan para ahli gizi, air mendapat porsi terbesar.
Masalahnya, berapa banyak air yang dibutuhkan tubuh? Ahli Gizi dari Yogyakarta, Andi Imam Arundhana, S.Gz menjelaskan air merupakan komponen terbesar di dalam tubuh. Sekitar 80% tubuh manusia mengandung air.
Banyaknya air yang dibutuhkan seseorang berbeda-beda tergantung pada ukuran tubuh. Andi menjelaskan, angka kecukupan yang direkomendasikan adalah 2.200 ml/hari untuk laki-laki dewasa, 2.000 ml/hari untuk wanita dewasa, 1.600 ml untuk anak usia 4-8 tahun dan 1.900-2.000 ml/hari untuk anak usia 9-13 tahun.
Air yang diminum, jelas Andi, tidak mesti air putih. Minuman seperti teh, susu, kopi, dan air yang terkanding dalam buah-buahan juga dihitung sebagai asupan. Hanya saja, air putihlah yang dianggap terbaik, karena mudah diserap tubuh.
“Karena itu, orang yang sering mengonsumsi pil, tablet, obat, dan multivitamin, sangat dianjurkan memperbanyak minum air putih, agar bahan kimia yang terkandung dalam obat/multivitamin lebih mudah larut dan keluar bersama air seni. Jika tidak, maka risiko terkena batu ginjal akan lebih tinggi,” jelas Andi.
Kekurangan asupan air memang berbahaya. Namun, Andi mengingatkan agar jangan lantas minum air putih berlebihan. Asupan air yang melebihi batas normal pun tidak baik, karena berisiko menyebabkan pembengkakan jantung dan otak.
“Selain berfungsi sebagai pelarut, katalisator, dan pelumas, air juga dapat mengatur suhu tubuh, penyedia mineral dan elektrolit, membentuk sel-sel tubuh baru dan mengganti yang rusak, membawa nutrisi, oksigen dan hormon ke seluruh tubuh hingga mengeluarkan zat-zat sampah yang tidak diperlukan tubuh,” tutup Andi.