Menjalani kehamilan pada usia berapa pun tentu memiliki risiko masing-masing. Untuk itu, wanita perlu mengatahui tips menjalani kehamilan baik di usia muda maupun senja guna menghindari masalah kesehatan yang mungkin terjadi.
Di samping itu, sebelum memutuskan untuk memiliki momongan, suami istri harus benar-benar mempersiapkan segala hal dengan matang. Terlebih bagi wanita yang akan menjalani kehamilan, perlu kesiapan fisik dan mental agar bisa mencapai kehamilan yang sehat.
Salah satu hal yang harus menjadi pertimbangan wanita adalah usia saat hamil. Sebab hamil di usia yang terlalu muda maupun terlalu tua tentu memiliki risiko untuk kesehatan ibu dan bayi.
Usia Ideal untuk Hamil Setelah Menikah
Menurut WHO, usia ideal untuk hamil adalah 20-35 tahun. Sebab pada usia tersebut kesuburan wanita masih tinggi sehingga kualitas sel telur yang dihasilkan juga baik.
Meski demikian, dr. Yusfa Rasyid, SpOG. MARS., mengatakan dengan meningkatkan peran wanita dewasa ini dalam hal karir dan pendidikan, maka usia yang paling pas adalah 25-35 tahun.
Lantas bagaimana jika wanita di bawah usia 20 tahun sudah hamil?
Secara fisik, sejak menarche atau haid pertama kali, seorang perempuan sebenarnya sudah bisa hamil dan menyusui. Namun Dokter Yusfa menegaskan bahwa hamil di bawah usia 20 tahun termasuk kehamilan yang terlalu dini sehingga banyak hal yang harus menjadi perhatian.
Secara psikis, usia 18-25 tahun merupakan masa transisi dari remaja menuju dewasa.
“Jadi mungkin saja mentalnya belum siap untuk mendapat stressor atau perubahan hormonal akibat kehamilan,” katanya.

kehamilan yang terlalu dini bisa membuat wanita merasa terasing dari lingkungan. Di sisi lain, perubahan hormonal bisa menyebabkan munculnya keluhan fisik saat hamil jadi lebih parah.
“Keluhannya bisa beragam, mulai dari mual, muntah, pusing, pegal-pegal, kesemutan, kontraksi, sembelit, kenaikan berat badan, kulit kusam, dan stretch mark,” jelasnya.
Selain itu minimnya pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan juga bisa meningkatkan risiko keguguran, gangguan pertumbuhan janin hingga prematuritas.
“Secara statistik, potensi untuk terjadi komplikasi kehamilan seperti preeklampsia juga lebih besar pada kehamilan usia dini,” terang Dokter Yusfa.
Baca Juga : Tips Kehamilan Sehat pada Trimester Kedua
Tips Menjalani Kehamilan di Usia Muda
Untuk mencegah semua hal buruk tersebut, Kata Dokter Yusfa, wanita dengan kehamilan di usia tersebut perlu diberi edukasi yang cukup. Mulai dari proses kehamilan, keluhan di masa kehamilan yang mungkin dirasakan dan upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk menjaga kehamilan sampai proses persalinan.
“Penting untuk menjaga pola makan dengan memenuhi asupan bernutrisi setiap hari. Jangan lupa lakukan latihan fisik dan mengikuti program prenatal. Tujuannya agar wanita bisa berinteraksi dengan peer group sehingga mampu melewati kehamilan dengan sehat, aman dan nyaman,” lanjutnya.
Persiapan dan Risiko Menjalani Kehamilan di Usia Senja
Sebaliknya, bagaimana jika wanita justru hamil di usia yang sudah tidak muda alias usia senja? Apa saja persiapan dan risiko saat menjalani kehamilan tersebut?
Hamil di atas usia 35 tahun, terlebih anak pertama termasuk kehamilan risiko tinggi. Selain kualitas sel telur yang sudah menurun, pada usia tersebut mungkin saja terdapat masalah kesehatan lain pada wanita seperti mengidap penyakit metabolik atau penyakit kronis lainnya yang dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan.
“Kehamilan pada usia ini disebut primi tua. Karena kualitas sel telur mulai menurun maka risiko kelainan kromosom lebih tinggi. Dengan semakin dekat dengan usia menopause, tentu kehamilan ini menjadi ‘mahal’. Perlu ekstra perhatian untuk memastikan ibu dan janin dalam kondisi sehat,” ungkap Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan yang berpraktik di Brawijaya Hospital Saharjo.
Dokter Yusfa menyarankan wanita dengan kehamilan primi tua untuk melakukan kontrol kehamilan secara teratur. Bahkan bila perlu lakukan pemeriksaan Non-Invasive Prenatal Test (NIPT) untuk mendeteksi kelainan kromosom pada janin.
“Tidak jauh berbeda dengan kehamilan di usia dini, kehamilan primi tua juga bisa meningkatkan risiko preeklampsia. Karena itu perhatikan asupan makanan dan jalani pola hidup sehat serta konsultasikan penyakit yang diderita sejak awal kehamilan untuk menghindari dampak buruk pada kesehatan ibu dan keselamatan janin saat persalinan,” tegas Dokter Yusfa.
Perlu kita garis bawahi bahwa kehamilan adalah peristiwa alam yang biasa-biasa saja, yang telah di lewati peradaban manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
“Kalau dulu, wanita bisa punya lebih dari 3 orang anak. Namun dewasa ini, sebagian besar wanita lebih mempertimbangkan kualitas dibanding kuantitas. Untuk itu, tata kelola kehamilan sejak dini, apalagi pada usia kehamilan yang berisiko seperti disebutkan menjadi sangat penting. Dengan antenatal yang teratur, risiko kesehatan pada ibu dan janin dapat diminimalisir,” tutup Dokter Yusfa.