
Saat ini memang telah banyak berkembang berbagai metode dan cara untuk mendeteksi bakat dan minat anak sejak dini. Bahkan ada juga yang mengklaim dapat mendeteksinya semenjak bayi. Namun dari semua metode yang ditawarkan, menurut Nur Amri El Insiyati, M.Psi, psikolog klinis anak dari AMG Clinic Bogor, ada satu yang dikatakannya tetap eksis hingga kini, yaitu Tes Minat dan Bakat.
Sesuai dengan namanya, tes ini tidak hanya berguna untuk mengetahui bakat seseorang, tapi juga meniliti hal apa yang diminati anak tersebut. “Ini penting, mengingat bakat dan minat merupakan dua hal berbeda yang berkaitan erat. Dengan kata lain, bakat yang tak diikuti dengan minat kemungkinan besar bisa menjadi sia-sia. Sebaliknya bakat akan berkembang dengan maksimal bilamana diikuti dengan minat. Itu sebabnya, kedua hal tersebut harus di tes dan di gali secara bersamaan, “ ujar psikolog yang akrab disapa dengan panggilan Elin ini.
Nah, Tes Minat dan Bakat itu sendiri diterangkannya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari wawancara, psikotes maupun observasi yang disesuaikan dengan kondisi anak. Sebagai contoh, jika anak mengalami gangguan pendengaran, maka tes wawancara sudah tentu kurang cocok sehingga psikolog harus menggunakan cara lain untuk menggali informasi tersebut.
Lebih jauh Elin juga mengatakan, biasanya Tes Minat dan Bakat ini gencar dilakukan para orangtua ketika si anak mulai masuk SMA. Tujuannya tentu agar kelak anak tidak salah pilih jurusan.
Meski demikian, tes ini sebenarnya juga perlu dilakukan ketika anak berada di bangku sekolah dasar. Karena melalui Tes Minat dan Bakat, orangtua dapat mengetahui gaya belajar apa yang paling cocok untuk anaknya, visual, auditori atau kinestetik. Selain itu, tes ini juga dikatakan Elin berguna untuk mengetahui kecenderungan minat dan bakat sang buah hati.
“Mengapa saya katakan kecenderungan? Sebab anak usia sekolah dasar masih perlu mengeksplor banyak hal. Mereka perlu distimulasi dan diberi kesempatan untuk mencoba banyak hal sehingga bakatnya bisa ditemukan dan diasah. Karena jika tidak diberi kesempatan untuk mencoba, bagaimana anak bisa mengetahui bakatnya?” paparnya.
Berdasarkan teori itu pula, maka Tes Minat dan Bakat dikatakan Elin tidak berlaku seumur hidup. Artinya tes yang dilakukan semasa kecil bisa jadi hasilnya tidak sama dengan tes di masa remaja. Penyebabnya tentu karena selama masa perkembangannya itu anak bertemu dengan banyak ilmu dan kegiatan baru.
Sementara jika bicara soal keakuratan, Elin berani menjamin jika Tes Minat dan Bakat hasilnya cukup akurat. Itu sebabnya, tes ini tidak hanya digunakan olehnya, tapi juga klinik psikologi lain yang bersertifikasi.
“Tapi patut di ingat, tes ini hasilnya juga bisa kurang maksimal akibat faktor internal maupun eksternal. Untuk faktor internal misalnya, saat menjalani tes si anak dalam keadaan sakit, lapar atau tidak fresh. Sementara faktor eksternal seperti suasana yang berisik dan kelas yang tidak nyaman juga dapat mempengaruhi hasilnya,” papar psikolog lulusan Universitas Indonesia tersebut.
Lalu bagaimana dengan biayanya? Mengenai biaya yang dibutuhkan, Elin mengatakan bahwa setiap psikolog atau klinik mematoknya dengan harga yang berbeda-beda. Tapi yang pasti, Tes Minat dan Bakat umumnya juga digabung dengan Tes IQ.