check it now

Tanpa Sadar, 7 Kalimat Ini Bisa Bikin Si Kecil Jadi People Pleaser!

Sebagai orangtua, kita harus sangat berhati-hati pada apa yang kita ucapkan ke si kecil. Jangan sampai jadi bumerang ketika ia dewasa, ya!

Daftar Isi Artikel

Ayah dan Bunda pasti pernah mendengar istilah people pleaser, bukan? Istilah ini menjadi istilah yang biasa digunakan masyarakat untuk menyebut orang yang tidak bisa menolak permintaan orang lain.

Dilansir dari UGM, orang dengan karakter people pleaser memiliki keinginan yang kuat untuk menyenangkan semua orang. Meski hal itu merugikan dirinya sendiri, orang dengan people pleaser tetap berusaha mengiyakan apapun mau orang lain tanpa bisa menolak.

Ciri-ciri orang dengan people pleaser ialah memprioritaskan kepentingan maupun perasaan orang lain daripada dirinya sendiri. Kebalikan dari orang egois, sikap ini membuat ia menempatkan kebutuhannya sendiri di urutan paling akhir daripada orang lain.

Lebih parahnya lagi, orang-orang people pleaser secara sadar mengetahui bahwa dirinya dimanfaatkan oleh orang lain dan mereka menyukai itu. Ketika mereka berkeinginan untuk menolak pun, mereka merasa bersalah dan akhirnya mengiyakan apapun permintaannya.

Ada dorongan agar dirinya tervalidasi sebagai orang baik, yang membuatnya jadi mudah atau sering minta maaf karena takut ditinggalkan atau takut tidak disukai orang lain.

Karakter ini jelas sangat buruk dan berbahaya bila dimiliki si kecil. Hal ini membuatnya memiliki self-esteem yang rendah serta tidak memiliki kepercayaan diri yang kuat.

Ayah dan Bunda perlu tahu, karakter ini ternyata tanpa sadar bisa terbentuk dari apa yang diucapkan orangtua kepadanya sejak dini, lho!

Kalimat-kalimat toxic dan menuntut membuat mereka menjadi menormalisasi beban ekspektasi orangtua padanya. Mereka merasa harus melakukan sesuatu untuk dicintai dan tidak merasa bebas atas perasaan dan pilihannya sendiri.

Seperti apa sih kalimay yang bisa bikin si kecil menjadi people pleaser? Simak informasinya di bawah ini, ya!

Baca Juga: 7 Tips Parenting Nikita Willy yang Bikin Anak dan Bunda Bahagia!

1. Kalimat People Pleaser “Kok kamu lebih pilih main sama Ayah? Bunda jadi sedih”

Sekilas mungkin kalimat ini terkesan biasa dan lazim disampaikan para orangtua. Meski begitu, tahukah Bunda? Hal ini menyebabkan si kecil merasa apa yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan.

Seperti Ayah dan Bunda yang tak ingin mengecewakan si kecil, ia pun berpikiran demikian. Sementara itu, tak semua anak memiliki kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya dengan mudah dan lugas.

Ada beberapa anak yang tipenya deep thinker dan membuatnya terus menyalahkan diri atas pilihan yang ia buat. Padahal, anak lebih suka bermain dengan Ayah atau Bundanya ialah murni sebuah pilihan.

Ayah dan Bundalah yang seharusnya bisa belajar menjadi lebih kreatif untuk membuat anak bahagia untuk memilih kalian dalam menghabiskan waktu bersama.

2. “Kalau kamu pintar Matematika, Bunda pasti bangga sama kamu”

Lazim, ya? Orangtua seringkali tanpa sadar menuntut si kecil untuk menjadi atau meraih sesuatu agar dibanggakan.

Padahal, Ayah dan Bunda harus paham lebih dulu, bahwa keberadaan si kecil, kebahagiaan dan kesehatannya adalah suatu hal yang patut disyukuri dan dibanggakan.

Dengan memberikan tuntutan bersyarat semacam itu membuat si kecil merasa harus memenuhi ekspektasi Bunda lebih dahulu agar dapat disayang. Jika dari kecil pundaknya sudah terbebani, apa terpikir di benak Ayah dan Bunda seperti apa si kecil nantinya?

3. Ucapan People Pleaser “Kamu sebagai Kakak harus mengalah, kan Adik masih kecil”

Hal lain lagi yang dapat membuat si kecil menjadi anak yang people pleaser ialah ketika ia dipaksa untuk menekan keinginannya untuk orang lain dengan tuntutan tertentu.

Jelas, hampir semua orangtua meletakkan beban di pundak Kakak. Dari kecil, ia harus terbiasa mengalah, berbagi pakaian, makanan, hingga kasih sayang.

Sepintas wajar, namun menjadi toxic ketika Ayah dan Bunda mulai berlaku tidak adil dan memaksanya mengalah di situasi yang bukan prioritasnya.

4. “Kamu harus bisa bikin Ayah-Bunda bangga”

Tak ada orangtua yang tak ingin anaknya tumbuh menjadi seseorang yang membanggakan. Meski begitu, mengucapkan kalimat tersebut pada si kecil juga bukanlah suatu hal yang tepat.

Kalimat ‘Kamu harus bisa bikin Ayah-Bunda bangga” ialah suatu hal yang abstrak dan rumit untuk di pikiran si kecil. Belum waktunya ia berpikir tentang ekspektasi dan angan-angan Ayah-Bunda yang setinggi langit itu.

Di usia dini, lebih baik fokus untuk menumbuhkan ia menjadi pribadi yang ceria dan bahagia, dibanding terbebani dengan ekspektasi membuat orangtua bangga.

5. Tanda People Pleaser “Ayah-Bunda makin sayang kalau kamu nurut kayak gini”

Sebagai orangtua, pasti senang jika si kecil menjadi anak yang baik hati dan penurut. Tapi, tahukah Bunda? Kalimat seperti di atas sebenarnya lebih terdengar intimidatif daripada ungkapan sayang.

Anak akan merasa bahwa dirinya harus selalu menuruti kemauan Ayah-Bunda agar dicintai dan disayang. Mereka jadi belajar bahwa dicintai itu harus bersyarat.

Hal ini tentu membuatnya menjadi orang dengan self-esteem rendah. Ia juga bisa memandang hubungan antar manusia sebagai hubungan transaksional tanpa ada ketulusan di dalamnya.

6. “Kamu harus selalu dengar apa kata Ayah dan Bunda”

Satu hal yang harus Ayah dan Bunda ketahui, anak tidak selamanya salah dan orangtua tidak selamanya benar.

Hal tersebut menunjukkan bahwa anak tidak selalu harus menuruti apa yang Ayah dan Bunda ucapkan, begitupun sebaliknya. Ada kalanya Ayah-Bundalah yang bergantian untuk mau mendengar dan mempertimbangkan opini anak.

Ada kalanya orangtua bersikap otoriter untuk hal-hal yang sifatnya penting, namun ada kalanya juga orangtua terbuka dan mau berdiskusi tentang berbagai perspektif si kecil.

7. “Jangan cengeng, kamu itu sudah besar”

Siapa yang terkadang masih suka berucap seperti ini ke si kecil? Hati-hati ya, hal ini bisa membuatnya menjadi people pleaser.

Mengapa begitu? Sebab, ia merasa dirinya harus selalu tampil baik-baik saja di depan Ayah dan Bunda. Ia juga menganggap bahwa emosinya tidak diterima dan dilarang untuk ditampilkan.

Emosi yang terpendam ini tak hanya dapat membuatnya menjadi people pleaser, tetapi di kemudian hari juga bisa menjadi bom waktu yang mampu meledak dengan trigger yang tepat.

Maka dari itu, jangan permainkan emosi si kecil ya. Validasi emosinya sedari dini dan ajak ia untuk terus mengenali apa yang ia rasakan.

Hindari penggunaan kalimat yang merendahkan dan menuntut, serta ubahlah kalimat tersebut menjadi lebih positif dan penuh kasih sayang.

Let's share

Picture of Rizqa Fajria

Rizqa Fajria

Daftar Isi Artikel

Updates