Benarkah anak-anak dapat mengalami osteoporosis ? Bukankan biasanya osteoporosis atau pengeroposan tulang dialami oleh orang dewasa dan lanjut usia (lansia) ?
Menjawab pertanyaan tersebut dr. Ferdy Limawal, SpA. menjelasakan meski umumnya menyerang orang dewasa atau lanjut usia (lansia), osteoporosis juga bisa terjadi pada anak-anak.
“Osteoporosis yang terjadi pada anak-anak disebut dengan osteoporosis juvenil. Umumnya kondisi ini terjadi pada anak usia 8-14 tahun,” imbuhnya.
Sama seperti pada lansia, anak dengan osteoporosis juvenil juga mengalami penurunan kepadatan tulang sehingga memiliki tulang yang rapuh atau bahkan rentan patah.
Penyebab osteoporosis juvenil
Lebih jauh dokter Ferdy menerangkan bahwa pada masa pertumbuhan, jaringan tulang akan terus bertambah dan melakukan regenerasi, yaitu memperbaiki bagian tulang yang rusak dan menggantinya dengan yang baru hingga usia 25 tahun.
“Pada osteoporosis juvenil sendiri, sel-sel tulang anak yang lama biasanya akan lebih banyak hilang dan sel-sel tulang baru hanya sedikit yang terbentuk,” jelas dokter Ferdy.
Hal dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti :
Pertama, osteoporosis pada anak dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Contohnya pada osteogenesis imperfecta, kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua yang dapat menyebabkan tulang anak mengalami kerapuhan serta mudah patah sejak lahir.
Kedua, dipengaruhi oleh penyakit tertentu seperti diabetes, gangguan ginjal, hipertiroidisme, arthritis pada anak, sindrom cushing, radang usus, atresia bilier, sindrom malabsorpsi, fibrosis kistik, dan kanker.
Ketiga, dapat dipengaruhi dari efek samping obat-obatan yang dikonsumsi seperti obat kejang untuk mengatasi epilepsi, kemoterapi atau obat kortikosteroid.
Keempat, kurangnya asupan kalsium atau vitamin D sehingga membuat kepadatan tulang kurang maksimal.
Kelima, aktivitas olahraga berlebih yang dapat menyebabkan penurunan berat badan dan gangguan siklus haid.
Dalam beberapa kasus, lanjut dokter Ferdy, osteoporosis juvenil pada anak tidak memiliki penyebab yang jelas. Kondisi ini disebut osteoporosis juvenile idiopatik.
“Meski osteoporosis jenis ini akan pulih dengan sendirinya seiring pertambahan usia, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat berlanjut hingga dewasa. Oleh karenanya, orang tua perlu tetap waspada,” tegasnya.
Osteoporosis juvenil idiopatik terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kdar dan fungsi hormon dan vitamin yang normal serta tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
Dampak osteoporosis pada anak
Anak dengan osteoporosis juvenil biasanya akan mengalami kesulitan berjalan dan perubahan postur tubuh menjadi bungkuk.
“Parahnya, anak dengan osteoporosis juvenil mudah mengalami patah tulang. Jadi, cidera ringan yang terjadi pun bisa menyebabkan terjadinya patah tulang,” tambah dokter Ferdy.
Meski osteoporosis pada anak sering kali tidak terlihat dengan jelas. Namun, anak biasanya akan mengeluh nyeri pada punggung bawah, pinggang, lutut, pergelangan kaki, dan telapak kaki.
Cara mencegah osteoporosis pada anak
Sebelum terlambat, osteoporosis pada anak dapat dicegah dengan beberapa cara berikut:
Pertama, perbanyak asupan tinggi kalsium dan vitamin D seperti kacang-kacangan, ikan salmon, susu, dan lain-lain. Selain melakukan aktivitas berjemur selama 10-15 menit setiap paginya juga baik untuk menjaga kesehatan dan kepadatan tulang.
Kedua, kurangi mengonsumsi minuman bersoda. Pasalnya soda dapat menghilangkan lapisan enamel gigi dan mengikis simpanan kalsium dalam tulang.
Ketiga, ajak si kecil untuk melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara rutin. Namun ingat, jangan lakukan olahraga yang berat. Lakukan olahraga ringan sesuai dengan usia si kecil. Dengan begitu kesehatan dan kepadatan tulang si kecil akan tetap terjaga.
“Terakhir, apabila anak mengalami gejala seperti nyeri pada tulang yang dirasa sudah sudah tidak wajar, segera periksakan ke dokter sebelum terlambat agar mendapat penanganan yang tepat.” tutup dokter Ferdy.