Anak tumbuh lebih cepat dewasa sepertinya mulai marak kita temui di era digital seperti sekarang. Hal ini ditandai dengan anak yang lebih cepat memahami banyak hal, berbicara dengan cara yang lebih matang, atau bahkan memikul beban tanggung jawab yang tidak sesuai dengan usianya.
Hal tersebut juga ditunjukkan melalui cara si kecil berinteraksi, menghadapi masalah, atau bahkan merespons situasi yang seharusnya ringan untuk anak-anak.
Meski begitu, Psikolog Klinis Anak dan Keluarga Irma Gustiana A., S.Psi., M.Psi., Psikolog menyebut bahwa fenomena ini tak selamanya buruk.
“Anak yang lebih cepat dewasa karena pengalaman hidup yang positif, tentu mampu membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan penuh empati,” tegas psikolog yang kerap disapa Mbak Ayank di media sosial.
Layaknya dua sisi koin, Mbak Ayank menyebut fenomena ini bisa menjadi buruk apabila ‘tumbuh dewasa’ terjadi karena adanya tekanan dan pola asuh yang keliru dari Ayah dan Bunda. Lho, kok jadi salah Ayah-Bunda, sih?
Baca Juga: Anak Sehat dan Pintar Hanya dengan 2 Cara! Simak Kata Ahlinya!
Pola Asuh Jadi Sebab Anak Lebih Cepat Dewasa!
Psikolog yang juga founder dari Klinik Psikologi Ruang Tumbuh ini memaparkan bahwa pola asuh menjadi salah satu penyebab anak cepat dewasa. Entah itu versi positif atau negatif, keduanya bergantung pada cara Ayah-Bunda mengasuh si kecil.
“Kadang, tanpa sadar orangtua memberikan tanggung jawab yang terlalu besar. Misalnya, meminta anak untuk selalu mengerti keadaan keluarga atau mengurus adik dengan cara yang sama seperti orang dewasa,” tuturnya.
Dalam psikologi, hal ini disebut dengan fenomena pseudo-matury. Ini adalah kondisi di mana seseorang tampak lebih dewasa atau matang dari usia sebenarnya. Meski begitu, kedewasaaan yang tampak ini hanyalah bayang semu. Sebab, mental dan kognitifnya belum sepenuhnya berkembang dan tidak memiliki pemahaman mendalam tentang kedewasaan tersebut.
Selain itu, penggunaan media sosial dan pengaruh lingkungan juga bisa menjadi biang kerok anak lebih cepat dewasa. “Media sosial yang masif memungkinkan si kecil menerima informasi yang tidak sesuai dengan usianya. Anak yang sering melihat atau mengalami situasi sulit seperti konflik orangtua, kehilangan orang tersayang, dan tuntutan akademik yang tinggi turut andil dalam masalah ini,” terang Mbak Ayank.
Seperti Apa Seharusnya Periode Tumbuh Kembang Anak yang Sesuai?
Menurut Mbak Ayank, poin dari tumbuh kembang anak yang sesuai ialah biarkan si kecil menjadi anak-anak. Dalam segala hal, biarkan si kecil merespon dunia dengan cara dan perspektifnya sendiri sebagai seorang anak.
“Anak-anak haruss punya waktu yang cukup untuk bermain, bereksplorasi, dan belajar secara bertahap. Mereka tak perlu buru-buru memahami dunia orang dewasa,” jelasnya.
Periode ini bisa diklasifikasikan sebagai berikut:
- Anak Balita (0-5 tahun) : Beri kebebasan anak untuk bermain, bereksplorasi, dan belajar secara bertahap.
- Anak SD (6-12 tahun): Biarkan si kecil mencoba banyak hal baru tanpa perlu memberinya banyak tekanan besar. Terutama tekanan akademik yang marak dilakukan orangtua.
- Remaja (13-18 tahun): Beri anak kepercayaan dan bimbingan ketika mereka mulai belajar untuk hidup mandiri.
“Yang terpenting adalah memberi anak ruang untuk benar-benar menjadi anak-anak. Kurangi beban yang tidak seharusnya mereka pikul, berikan banyak kesempatan bermain, dan pastikan si kecil aman untuk bersikap seperti anak-anak tanpa takut dianggap ‘kurang dewasa’,” jelasnya.
Masalah Jangka Panjang yang Timbul Ketika Anak Lebih Cepat Dewasa!
Anak yang tumbuh lebih cepat dewasa karena tekanan dan terlalu banyak beban yang dipikul, tentu memberikan banyak dampak negatif untuk psikologisnya. Dampaknya meliputi:
- Stress yang tinggi
- Penuh dengan kecemasan (anxious)
- Kesulitan menikmati masa kecil
- Cenderung mengabaikan diri sendiri
- Menjadi people pleaser (lebih fokus mengurus orang lain)
Masalah-masalah ini dalam jangka panjang akan menjadi luka innerchild yang sulit disembuhkan ketika ia beranjak dewasa. Bahkan, ini bisa membuatnya terus menemukan orang yang salah dan terjebak dalam toxic relationship.
“Dalam jangka panjang, hal ini bisa membuat si kecil mudah merasa lelah secara emosional atau sulit membangun hubungan yang sehat,” papar Mbak Ayank.
Tips Bersamai Tumbuh Kembang si Kecil Sesuai Usianya!
Psikolog yang kerap memberikan edukasi melalui Instagram @ayankirma ini memberikan beberapa tips untuk Ayah dan Bunda, lho. Hal ini Mbak Ayank lakukan agar Ayah-Bunda mampu membersamai tumbuh kembang si kecil secara optimal sesuai dengan usianya. Catat ya, Yah, Bun!
- Jangan bebankan anak dengan masalah orang dewasa! Anak butuh orangtua yang kuat, bukan malah jadi tempat curhat ketika dunia sedang terlalu berat.
- Berikan waktu bermain yang cukup. Jangan jadi orangtua yang kerap memaksakan tanggung jawab besar pada anak.
- Awasi paparan media dan lingkungan bermainnya. Si kecil sangat mudah dipengaruhi oleh apa yang ada di sekelilingnya, pastikan ia mendapat informasi sesuai usia.
- Ajarkan hidup penuh keseimbangan. Rasa tanggung jawab memang harus dipupuk sejak kecil, namun jangan lupakan ruang untuk bersenang-senang.
- Ciptakan hubungan aman dan suportif. Anak perlu tahu bahwa dirinya boleh jadi anak-anak tanpa harus takut dihakimi.