Si Kecil suka membantah? Mungkin ini penyebab dan cara mengatasinya!
Diterangkan oleh Fabiola Priscilla Setiawan, M.Psi, perilaku melawan atau membantah memang kerap terjadi di masa anak-anak namun hal tersebut tidak dapat secara otomatis disimpulkan sebagai pribadi anak.
“Misalnya ketika anak menunjukkan perilaku tersebut bukan berarti ia tidak sopan atau senang melakukannya. Bisa jadi sikap melawan atau membantah disebabkan karena ada kebutuhan anak yang belum dipenuhi oleh orang tua atau lingkungan di sekitarnya. Jadi jangan langsung memberikan label negatif,” jelas Fabiola.
Penyebab Si Kecil Suka Membantah
Fabiola menerangkan bahwa ada beberapa penyebab mengapa si Kecil jadi suka membantah, di antaranya :
- Pola asuh yang kurang kondusif dan bersifat otoriter (orang tua cenderung memaksa dan menuntut) sehingga anak merasa tidak didengarkan atau dihargai
- Hubungan yang kurang baik antara anak dan orang tua
- Penerapan nilai dan aturan yang tidak konsisten (orang tua tidak mencontohkan apa yang diucapkan)
- Lingkungan yang negatif biasanya datang dari tayangan televisi, media sosial atau teman sepermainan
Tak Perlu Pakai Emosi, Ini Tips Mengatasi Bantahan Si Kecil
“Mulailah dengan menerapkan pola asuh demokratis yang diharapkan dapat memberi respon positif terhadap kebutuhan anak sehingga orang tua tidak melulu memaksakan kehendak pada anak. Di dalam pola pengasuhan yang demokratis juga terdapat pola komunikasi asertif yang efektif. Pola komunikasi ini mampu membuat anak memahami apa yang diharapkan orang tua secara jelas dan membuat anak merasa didengarkan secara utuh tanpa dihakimi. Dan jangan lupa jalankan aturan, nilai atau norma yang telah disepakati bersama,” papar Fabiola
Selain faktor internal, kata Fabiola, orang tua juga perlu memerhatikan penyebab dari faktor eksternalnya.
“Orang tua sebaiknya memahami lingkungan pergaulan anak dan mengenalkan anak dengan lingkungan yang sehat. Pastikan anak melakukan kegiatan atau hal-hal positif. Hindari penggunaan gadget yang berlebihan dan dampingi anak ketika menggunakan media sosial. Pasalnya anak yang memiliki ketertarikan terhadap gadget cenderung memiliki hambatan dalam mengelola emosi,” pungkas Fabiola.