Menyusui adalah masa-masa paling emosional yang harus dijalani ibu. Meski sifatnya alami, namun tidak semua proses menyusui dapat berjalan lancar. Itu sebabnya perlu persiapan yang matang agar ibu dapat mengatasi semua kendala yang terjadi.
Persiapan Menyusui
Menurut seorang konselor laktasi dari RS Islam Purwokerto, dr. Dyah Arum Kusumaningtyas, persiapan menyusui dibagi menjadi tiga fase.
Pertama, fase program hamil. Dimulai dengan mengomunikasikan rencana bersama pasangan, keinginan menyusui bayi, manfaat menyusui dari berbagai aspek, serta kondisi kesehatan fisik, psikis maupun ekonomi.
Kedua, fase hamil. Pastikan ibu hamil selalu mengonsumsi makanan bergizi seimbang, konsumsi air putih, aktif bergerak dan rutin memeriksakan kandungan.
“Pada fase ini ibu tidak perlu melakukan intervensi berlebihan pada payudara seperti menarik-narik puting, memijat payudara dengan kencang, dan sebagainya. Sebab hal tersebut justru dapat berdampak buruk,” katanya.
Ketiga, fase trimester tiga. Memasuki fase ini, ibu bisa mulai rutin mengunjungi konselor laktasi untuk membahas lebih detail terkait pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan rawat gabung (room in), sampai hal-hal yang dapat menjadi masalah dalam proses menyusui.
“Saat ini IMD telah menjadi standar baku keberhasilan menyusui. Ketika melakukan IMD akan terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi. Isapan bayi pada puting ibu dapat menstimulus hormon yang memproduksi dan mengeluarkan ASI. IMD juga dapat membantu proses pemulihan uterus sehingga mengurangi pendarahan pasca melahirkan. Bagi bayi, IMD bermanfaat untuk thermoregulasi tubuh sehingga suhunya lebih stabil dan mengurangi risiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome),” jelas dr. Dyah Arum.
Kendala pada Proses Menyusui
Masalah atau kendala menyusui, dijelaskan dr. Arum Dyah, kerap terjadi saat bayi berusia di bawah tiga bulan. Permasalahan tersebut seperti:
- Puting lecet
- Puting tenggelam
- Payudara bengkak hingga meradang (mastitis)
- Produksi ASI sedikit atau berlebih (hiperlaktasi)
- Bingung puting
- Tongue tie
“Faktor penyebab permasalahan terebut biasanya karena kurangnya edukasi tentang menyusui, posisi pelekatan yang tidak tepat, skin to skin contact yang kurang optimal, dan gaya hidup yang tidak sehat,” imbuh dr. Arum Dyah.
Adapun untuk tongue tie atau angkyloglossia dalah kelainan pada lidah bayi si mana tali lidah (lingual frenulum) mengalami keterbatasan gerak. Keterbatasan gerak ini bisa disebabkan karena frenulum terlalu pendek, tebal atau keduanya.
“Tongue tie menyebabkan bayi sulit menyusu karena gerakannya bukan mengisap namun cenderung mengunyah. Pada derajat tongue tie yang cukup kompleks, bayi akan mengalami kesulitan makan, menelan hingga gangguaan bicara,” terang dr. Arum Dyah.
Tongue tie juga dapat membuat puting ibu merasa nyeri, lecet, meradang hingga mengalami infeksi hingga pada akhirnya dapat membuat suplai ASI menurun.
Untuk mengatasinya, cobalah susui bayi dengan posisi pelekatan yang tepat. Bila sejak lahir ditemukan tanda bahwa bayi mengalami ciri lidah pendek, tidak nyaman saat menyusu, selalu lepas saat menyusu langsung, maka dr. Arum Dyah menyarankan sesegera mungkin berkonsultasi dengan konselor laktasi.
Dengan demikian, masalah tongue tie dapat segera diatasi dengan melakukan frenotomi atau frenuloplasty.
“Saya biasa menganalogikan posisi pelekatan menyusui seperti orang dewasa yang minum air putih. Bila kita minum air putih tapi gelasnya diletakkan di pinggir bibir, lalu minumnya sembari menengok ke kiri/kanan, maka pasti airnya akan tumpah semua. Ya begitu pun dengan bayi saat menyusu. Karena itu, selain mengurangi risiko terjadinya masalah saat menyusui, posisi pelekatan yang tepat sangat menentukan keberhasilan menyusui,” ungkap dr. Arum Dyah.
Saat menyusu, usahakan kepala dan badan bayi seluruhnya menghadap ke arah ibu, kepala bayi bertemu payudara, dada dan perut bayi bertemu perut ibu. Untuk pelekatan, usahakan bibir bayi terbuka lebar keluar, dagu menempel pada payudara, areola ibu seluruhnya terjangkau bibir bayi dan tidak ada bunyi saat menyusu.
Tips Meningkatkan Produksi ASI
1. Kosongkan Payudara Secara Rutin
Sebisa mungkin jangan lewatkan jadwal menyusui atau pumping bila tak ingin produksi ASI menurun. Bila dirasa perlu, ibu juga bisa melakukan teknik power pumping agar produksi ASI lebih meningkat.
2. Perhatikan Posisi Pelekatan
Bila ibu mengalami mengalami kesulitan menentukan posisi menyusu, jangan ragu berkonsultasi dengan konselor laktasi.
3. Terapkan Pola Hidup Sehat
Pastikan ibu menyusui mengonsumsi makanan yang bernutrisi, tidak merokok dan minum alkohol, serta aktif berolahraga agar badan tetap fit sehingga produksi ASI lancar.
4. Istirahat yang Cukup
Masa menyusui terkadang membuat ibu kurang tidur. Terkadang bayi tiba-tiba menangis dan ingin menyusu pada malam hari. Karena itu, ada baiknya ibu juga ikut beristirahat saat bayi tidur.
5. Kurangi Stres
Stres dapat membuat produksi ASI menurun. Itu sebabnya ibu menyusui disarankan melakukan hal-hal yang disenangi agar terhindar dari stres.
6. Belajar Manajemen ASIP
Pelajari cara memerah, menyimpan, dan mencairkan ASIP sebelum diberikan kepada bayi. Hal ini tentu sangat berguna untuk ibu yang bekerja agar tetap bisa memberikan ASI eksklusif untuk bayinya.