check it now

Mencukur Bulu Ketiak & Kelamin, Amankah?

Daftar Isi Artikel

Selain langsing, citra tubuh wanita ideal kerap diidentikan dengan kulit mulus tanpa bulu. Lalu, bagaimana dunia medis memandangnya?

 Nancy, seorang ibu muda (28th) setiap bulannya tak pernah absen membeli produk perawatan kulit. Dari sekian banyak produk yang dibelinya, selalu terselip krim pencukur bulu atau lebih dikenal dengan nama shaving cream.

Produk tersebut tentu dibelinya bukan tanpa alasan. Ya, Nancy memang membutuhkannya untuk ‘ritual’ mencukur bulu yang kerap dilakukannya minimal 2 minggu sekali. Uniknya, tidak hanya bulu di tangan dan kaki saja yang dicukurnya. Bulu ketiak hingga bulu yang tumbuh di organ intimnya pun secara rutin dipangkasnya.

“Saya merasa kehadiran bulu-bulu tersebut mengganggu penampilan saya sebagai seorang wanita. Itu sebabnya, saya selalu rajin mencukurnya sehingga kulit terlihat lebih bersih dan mulus. Otomatis saya juga jadi lebih percaya diri,” katanya.

Fungsi Bulu Berdasarkan Tempat Tumbuhnya

Sejatinya, bulu atau rambut di kemaluan dan ketiak memang hadir secara alami. Meski demikian, ada beberapa faktor seperti gaya hidup, tradisi, agama dan lain sebagainya yang memunculkan aturan tentang bagaimana seharusnya bulu-bulu tersebut diperlakukan.

“Dari segi estetika sendiri, kebanyakan kaum hawa menganggap bulu-bulu tersebut adalah sesuatu yang kotor yang bisa membuat penampilan mereka kurang enak dilihat sehingga harus segera disingkirkan. Padahal dari segi medis, keberadaan setiap bulu di tubuh memiliki fungsi yang tersembunyi,” ungkap dr. ListyaParamita, SpKK.

Lebih lanjut dokter Mita, demikian dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin ini biasa disapa mengungkapkan bahwa  kehadiran bulu pada ketiak pada dasarnya berguna untuk mencegah gesekan antara lengan dan kulit ketiak yang bisa menyebabkan iritasi. Hal serupa juga terjadi untuk bulu di organ intim, yang kehadirannya berguna mengurangi gesekan ketika berhubungan badan. Selain itu, bulu yang tumbuh di sekitar kelamin ternyata juga berfungsi untuk mengurangi risiko penularan penyakit seksual.

“Penelitian terbaru menunjukan jika individu yang sering mencukur, menggunting, waxing atau mencabut bulu kelamin memiliki risiko lebih besar terserang infeksi menular seksual,” tegas dokter Mita.

Pernyataan dokter Mita tersebut bukan bualan belaka. Sebab berdasarkan hasil penelitian yang dimuat dalam BMJ Journal dengan melibatkan 7.850 responden di Amerika Serikat, ditemukan fakta jika orang yang gemar menghilangkan bulu kelamin memiliki risiko 2 kali lebih besar terjangkit herpes dan penyakit lain yang menular melalui kulit. Sebanyak 90% diantaranya juga lebih mungkin memiliki kutu dan 70% lainnya lebih berisiko menderita klamidia.

“Jadi ya memang secara medis tidak disarankan untuk menghilangkan bulu di ketiak dan kelamin secara total. Sebab risiko masuknya bakteri atau virus menular seksual akan lebih besar ketika terjadi luka atau sayatan pada saat proses mencukur atau waxing,” paparnya.

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti

Daftar Isi Artikel

Updates