Setiap kali mendengar persoalan menitipkan anak, tidak sedikit orangtua yang langsung terpikir untuk mencari baby sitter atau tenaga pengasuh anak. Pasalnya, orang yang berprofesi secara khusus untuk membantu merawat anak tersebut sudah sangat familiar. Terlebih di kota-kota besar, jasa yang satu ini tak begitu sulit ditemukan karena banyak yayasan yang menyediakannya.
Meski begitu sebelum mempekerjakan baby sitter ada baiknya perhatikan kemampuan kerja sekaligus umurnya. Jadi, selain lakukan wawancara mendalam seputar keahliannya dalam merawat anak, soal usia jangan diabaikan.
“Sekarang kan sering kita lihat nih ada tenaga pengasuh anak yang kelihatan masih muda sekali bahkan mungkin usianya masih belasan tahun. Ini yang menurut saya mesti diperhatikan juga,” kata psikolog keluarga dari Protea Growing Space, Sylvia Febrianti, M. Psi.
Sebab disamping berbenturan dengan UU Tenaga Kerja, tenaga pengasuh anak dibawah umur dalam pandangan Sylvia juga rawan menimbulkan masalah yang turut disebabkan karena kekuatan fisik dan mentalnya belum matang.
“Seperti yang kita rasakan bahwa tugas merawat anak sangatlah melelahkan. Terkadang mesti digendong, dininabobokan dan lain sebagainya. Itu semua butuh energi yang tak sedikit lho dan kekuatan fisik mereka belum sekuat itu,” tambahnya.
Sementara dari sisi mental, pengasuh anak dibawah umur juga sedang dalam tahap belajar mengelola emosi dan mengontrol diri sehingga terkadang mereka lebih suka melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Tak heran jika akhirnya sering terjadi cekcok atau silang pendapat dan berpotensi lalai dalam menjalankan tugas.
“Lagian masak iya sih anak sebagai harta paling berharga di dunia ini kita titipkan pada pengasuh anak yang usianya masih remaja? Sebaiknya dipikir-pikir lagi deh, jangan sampai timbul masalah yang tidak diinginkan karena kita juga yang salah merekrutnya,” tegasnya.