Belakangan ini, ramai netizen membicarakan tentang menu makanan cegah stunting yang diselenggarakan di kota Depok, Jawa Barat. Pasalnya, menu yang seharusnya mengandung banyak makanan bergizi tinggi dan penuh protein hewani, ternyata malah hanya berisi tahu rebus dan nugget tempe.
Padahal, menurut Kementerian Kesehatan Indonesia, pemberian protein hewani lebih dianjurkan dibandingkan protein nabati. Contoh protein hewani yang bisa digunakan ialah ayam, ikan, daging, dan semacamnya.
Sementara itu, olahan berupa tahu dan tempe yang ditemukan dalam menu cegah stunting di Depok masuk dalam kategori protein nabati. Menu cegah stunting yang diselenggarakan kota Depok ini termasuk dalam program pemerintah yang disebut Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
Di kota Depok sendiri, program ini ditujukan kepada 9.882 anak balita dengan hitungan harga Rp 18.000 per porsi. Program ini akan diselenggarakan selama 28 hari, yakni 10 November – 7 Desember 2023.
Mengenai hal tersebut, banyak masyarakat Depok yang mengkritik isi menu makanan program tersebut. Kudapan yang dibagikan ke anak-anak dinilai kurang layak, yakni hanya tahu rebus dan nugget tempe. Tidak ada daging-dagingan, susu, atau bahan pokok lainnya yang bergizi tinggi untuk mengatasi dan mencegah stunting.
Beberapa warga Depok pun mengeluhkan hal ini di akun Instagram @infodepok.id. Seperti yang dilontarkan akun @fitri_ikhsan_adzriel, “Hari ini saja menunya tempe dihancurin, dibentuk seperti nugget. Nggak dimakan sama sekali sama anakku karena rasanya asin. Malah waktu Jumat kemarin dapat nasi dan sayur sup (sayurannya tidak dibersihin dengan baik). Saya mendapati wortel yang masih ada akarnya serta ujung buncisnya tidak dibuang. Seharusnya lebih higienis, ini malah sebaliknya,”.
Dalam komentar yang lain, “Menu Rp 18.000 bisa dapat nasi, ayam goreng dan sop. Porsi anak kecil segimana sih banyaknya? atau bisa nasi + telur + ikan (double protein hewani),” tulis akun @ayulestarimukhlis.
Baca Juga: Deepfake Porn, Ancaman Digital AI yang Serang Perempuan!
Anggaran Menu Cegah Stunting Depok Berasal dari APBN Sebesar Rp 4,9 M
Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang diselenggarakan di Depok ini menelan anggaran Rp 4,9 miliar. Sasaran program ini ialah anak balita yang berusia 6-59 bulan, dengan kategori balita dengan kondisi gizi kurang, berat badan kurang, stunting, dan balita susah naik berat badan.
Dalam program ini, setiap balita yang termasuk dalam kategori tersebut akan diberikan menu kudapan selama enam hari dan satu hari makanan lengkap. Penyebaran program ini dilakukan melaui puskesmas setempat.
Anggaran PMT sebesar Rp 4,9 miliar dengan porsi makanan per anak Rp 18.000 per hari, didistribusikan untuk diolah 38 puskesmas di kota Depok.
Warga Depok Curhat Program PMT Sarat Akan Politik dan Buang-Buang Anggaran
Menu cegah stunting di Depok menjadi sebuah kontroversi dan menjadi bulan-bulanan masyarakat tak hanya karena menunya yang kelewat sederhana, tetapi juga karena ada unsur politis di dalamnya.
Hal ini dapat terlihat dari kemasan toples yang menjadi wadah menu PMT untuk anak-anak yang menampilkan wajah Walikota Depok Mohammad Idris dan wakilnya Imam Budi Hartono. Selain menimbulkan huru-hara karena menjelang tahun politik, anggaran pengadaan toples dan stikernya juga cukup besar. Seharusnya, anggaran APBN untuk PMT bisa dimaksimalkan untuk membuat menu makanan yang bergizi tinggi dan enak untuk anak, bukan kepentingan politik.
Hal ini tentu menjadi sorotan warga Depok. Seperti yang disampaikan akun Instagram @mutiamaharanid, “Anggaran cetak stiker ilangin, fokus ke isi makanannya aja Pak @idrisashomad”.
“Judulnya cegah stunting tapi protein hewaninya aja 0,” tulis akun Instagram @juwita.laras.
Pemerintah Depok Klaim Menu Cegah Stunting atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Sudah Penuhi Standar Gizi
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Depok, Mary Liziawati, menyebut PMT atau menu cegah stunting yang diselenggarakan di Depok sudah memenuhi standar gizi dan juknis Kementerian Kesehatan RI. Ia juga berkomentar tentang banyaknya warga yang mengeluhkan rasa makanannya yang hambar dan tidak enak.
Menurut Mary, hal ini bisa terjadi karena banyak orangtua sekarang yang terbiasa memberikan anak asupan makanan dengan mecin/msg berlebih. Ini yang menyebabkan rasa makanan sehat yang diproduksi pemerintah tidak sesuai dengan lidah mereka.
Mengenai stiker yang memuat gambar walikota dan wakil walikota Depok juga sudah ditindaklanjuti. Setelah muncul banyak protes, Pemkot Depok memutuskan untuk meminta puskesmas melepas stiker tersebut.
Kritik yang terus berdatangan juga membuat Pemkot Depok kini mulai perlahan memperbaiki isi menu makanan cegah stunting menjadi lebih baik dan lebih bergizi untuk warganya.