check it now

Hati-Hati, Ini 8 Konflik Rumah Tangga yang Sering Terjadi Setelah Anak Lahir

Punya anak adalah anugerah, tapi juga membawa tantangan baru dalam pernikahan. Yuk, kenali 8 konflik rumah tangga yang sering muncul setelah si Kecil lahir dan bagaimana cara menyikapinya.

Daftar Isi Artikel

Kehadiran anak sering kali jadi momen paling membahagiakan dalam hidup pasangan suami istri. Namun di balik senyum dan tawa si Kecil, ternyata ada tantangan baru yang kerap memicu konflik rumah tangga. Kok bisa?

Perubahan ritme hidup, porsi pembagian tugas, pola asuh, masalah keuangan hingga tuntutan peran sebagai orang tua baru sering kali membuat suami istri merasa kewalahan. Akibatnya, komunikasi jadi lebih singkat, waktu berdua semakin terbatas dan banyaknya ekspektasi yang tak sesuai realita kerap jadi sumber pertengkaran.

Jika dibiarkan terus menerus, hal ini bisa memicu konflik yang mengganggu keharmonisan rumah tangga.

Yuk simak 8 konflik yang umum terjadi pada suami istri pasca kelahiran buah hati!

Baca Juga : Tips Agar Rumah Tangga Tetap Harmonis Meski Pernikahan Termakan Usia

1. Pembagian Tugas yang Tidak Setara

Setelah si Kecil lahir ke dunia, tugas Ayah dan Bunda jelas bertambah kuantitasnya. Baik pekerjaan rumah tangga maupun pengasuhan seperti tidak ada habisnya. Di sinilah celah munculnya konflik rumah tangga apabila pembagian tugas tidak setara.

Salah satu pasangan bisa saja merasa memikul beban lebih banyak, entah itu dalam hal mengurus anak, pekerjaan rumah, atau mencari nafkah. Alhasil munculah perasaan iri bahkan tidak dihargai.

Bagaimana cara mengatasinya? Luangkan waktu untuk duduk bersama dan berbicara dari hati ke hati. Diskusikan porsi pembagian tugas dan tanggung jawab secara adil sesuai kemampuan masing-masing.

2. Perbedaan Gaya Parenting Jadi Pemicu Konflik Rumah Tangga

Faktor kedua yang dapat memicu konflik rumah tangga adalah perbedaan gaya pengasuhan. Misalnya Ayah cenderung lebih santai, sedangkan ibu sangat detail. Hal ini sebenarnya wajar terjadi dan hanya perlu dikomunikasikan secara terbuka.

Usahakan untuk fokus pada kebutuhan dan kebaikan anak, bukan siapa yang paling benar. Carilah titik tengah atau win win solution agar gaya pengasuhan bisa sejalan dan membuat anak nyaman.

3. Kehidupan Seks Menurun

Punya anak membuat kehidupan seks pasangan suami istri menurun?

Sebuah penelitian menunjukkan sekitar 20% wanita merasa sedikit atau tidak memiliki keinginan untuk berhubungan seks selama 3 bulan setelah melahirkan dan 21% kehilangan keinginan sama sekali. Hal tersebut dapat disebabkan karena kelelahan, kurang tidur atau si Kecil sering bangun tengah malam.

Untuk masalah yang ini, Ayah dan Bunda bisa atasi dengan membuat jadwal khusus. Tak selalu harus berhubungan, mungkin bisa diganti dengan ngobrol santai sambil minum teh setelah anak tidur. Dengan begitu keharmonisan tetap terjaga.

4. Menyamakan Couple Time dengan Family Time

Mana yang lebih penting couple time atau family time?

Setelah punya anak, keduanya jadi hal yang penting untuk dilakukan. Namun jangan sampai Ayah dan Bunda salah kaprah dengan menyamakan couple time dan family time, ya.

Family time sangat penting untuk menjaga bonding dengan anak sehingga membuat anak selalu merasa dicintai. Begitu pun dengan couple time yang bisa menjaga keharmonisan hubungan suami istri sehingga Ayah dan Bunda tetap kompak dalam mengasuh si Kecil.

Tak masalah kok, kalau Ayah dan Bunda harus menitipkan si Kecil pada kakek-nenek dan mengambil waktu untuk kencang berdua. So, tidak perlu ragu dan merasa bersalah karena meninggalkan si Kecil, ya!

5. Konflik Rumah Tangga Muncul Akibat Ayah dan Bunda Kehilangan Me Time

Banyak orang tua yang merasa kehilangan waktu untuk diri sendiri setelah memiliki anak. Padahal, waktu untuk recharge sangat penting agar mereka tetap waras dan bahagia.

Agar waktu me time tidak terenggut, Ayah dan Bunda bisa berkomunikasi dan saling memberi kesempatan untuk menikmati me time secara bergantian.

6. Adanya Intervensi Dari Orang Lain

Intervensi dari orang lain seperti kakek-nenek atau kerabat bisa jadi pemicu konflik rumah tangga setelah punya anak, lho,

Lantas bagaimana solusinya?

Pastikan Ayah dan Bunda satu suara soal keputusan utama dan sampaikan dengan sopan. Jangan sampai menyinggung atau membuat orang tua merasa sedih lantaran perhatian untuk cucunya seperti diabaikan.

7. Konflik Rumah Tangga Muncul dari Masalah dengan Mertua

Tak jauh berbeda dengan intervensi dari pihak lain, konflik rumah tangga juga bisa muncul dari masalah dengan mertua.

Hubungan dengan mertua bisa berubah setelah anak lahir, baik karena frekuensi bertemu meningkat, atau karena beda cara pandang soal anak.

Solusinya, Ayah dan Bunda harus menjaga komunikasi tetap terbuka dan hangat. Bila perlu, minta bantuan pasangan untuk menjadi jembatan agar tidak terjadi kesalahpahaman.

8. Masalah Finansial

Terakhir, masalah finansial. Ini merupakan masalah yang lumrah terjadi. Pasalnya setelah kehadiran buah hati, kebutuhan pasti jadi lebih banyak. Mulai dari kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan.

Agar tidak menjadi sumber pertengkaran, diskusikan anggaran secara terbuka dan buat prioritas keuangan yang rinci.

Konflik rumah tangga setelah kelahiran si Kecil pasti terjadi, namun bukan berarti jadi hal yang harus ditakuti. Dari konflik yang tercipta, Ayah dan Bunda bisa belajar untuk tumbuh bersama sebagai pasangan sekaligus orang tua. Kuncinya tetap bangun komunikasi yang sehat dan terbuka, tanamkan rasa empati dan komitmen untuk saling memahami.

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti

Daftar Isi Artikel

Updates