check it now

Kenali Bahaya Kandungan Alkohol dalam Hand Sanitizer

Kandungan alkohol dalam hand sanitizer ternyata tak selamanya aman. Apa yang harus diperhatikan agar tak berbahaya untuk kesehatan?

Daftar Isi Artikel

Hand sanitizer dapat menjadi solusi praktis untuk membersihkan tangan apabila sedang beraktivitas di luar ruang dan tidak menemukan tempat untuk mencuci tangan.

Hal tersebut juga diamini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang di masa pandemi ini menyarankan penggunaan hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60%. Pesan itu berkembang di masyarakat. Banyak yang kemudian beranggapan semakin tinggi kandungan alkohol dalam pembersih tangan tersebut, maka semakin efektif melawan bakteri dan virus. Benarkah?

sumber: freepik

Apoteker Mutahhara Ansar, S. Farm dari RSUD Tarakan Jakarta menjelaskan bahwa alkohol merupakan contoh lain dari antiseptik. Alkohol bersifat sebagai bakterisida dengan cara merusak membran sel bakteri sehingga komponen intraseluler akan keluar.

Alkohol, terangnya, memiliki banyak jenis atau turunan, mulai dari ethanol, propranol, hingga isopropanol. “Selain alkohol, ada antiseptik lain, yaitu iodin (povidon iodine), contohnya digunakan dalam pembuatan  Betadine, H2O2 (Hidrogen Perioksida), triclosan (antiseptik yg ditemukan pada sabun) dan chlorhexidine,” katanya.

Meski mampu membunuh bakteri dan virus, namun siapa sangka ternyata kandungan alkohol tersebut juga memiliki sisi negatif bagi kesehatan tubuh, terlebih bagi anak-anak.

Apoteker yang kerap disapa Ara itu berbagi informasi bahwa alkohol yang memiliki dampak buruk untuk kesehatan adalah alkohol jenis metanol. Jenis itu tidak disarankan digunakan sebagai antiseptik.

“Alkohol bersifat toksik, psikoaktif dan mudah menguap. Karena itu, apabila dikonsumsi secara oral dalam konsentrasi tertentu atau terhirup dalam waktu lama pada kondisi tertutup, maka dapat menimbulkan dampak buruk,” ujarnya.

Dalam kasus hand sanitizer, selain dapat mengikis kelembaban kulit sehingga membuat kulit kering, pecah-pecah, dan menimbulkan eksim, kandungan alkohol juga dapat menimbulkan keracunan, resistensi antibiotik, gangguan hormon hingga melemahnya sistem imun.

Senyawa lain

Meski demikian, bukan berarti orangtua tidak boleh menggunakan hand sanitizer atau pembersih tangan kepada anak. Sebab ada senyawa lain yang bisa digunakan dan memiliki fungsi sama untuk membunuh bakteri dan virus seperti halnya alkohol, yaitu HOCL (Hyppchlorus Acid).

HOCL merupakan asam lemah yang mirip dengan asam dari jus citrus. Asam tersebut termasuk bagian alami dari sistem pertahanan internal tubuh manusia/mamalia yang diproduksi oleh sel darah putih (neutrofil) yang berfungsi membunuh mikroba patogen seperti bakteri virus, spora, dan jamur saat tubuh terkena infeksi.

HOCL juga mengandung oksidan kuat serta merupakan disinfektan alami tertua di dunia. Karena manfaat dan sifatnya yang non-toxic itu pula, HOCL sekarang banyak digunakan untuk perawatan kesehatan, keamanan makanan, pengolahan air, serta sanitasi umum.

Selain HOCL, ada pula senyawa lain yang juga memiliki fungsi serupa, yaitu turunan Quats seperti Benzalkonium Chloride dan Benzethonium Chloride. Meski sama-sama turunan dari garam amonium (perbedaannya ada pada gugus molekulnya) – namun kegunaan dan fungsinya hampir sama, yaitu untuk melawan pertumbuhan bakteri, jamur dan virus.

“Karena memiliki fungsi yang sama, maka kedua senyawa turunan Quats tadi, pada beberapa konsentrasi, memang mampu membunuh virus. Misalnya digunakan sebagai disinfektan di lingkungan,” ungkap Ara.

Lalu, bagaimana cara memilih hand sanitizer yang aman? Ara mengatakan yang terpenting hindari produk yang menggunakan metanol. Untuk anak-anak, lebih aman menggunakan hand sanitizer HOCL.

“Cermati dulu kandungan bahan di dalam produk yang akan dibeli. Cek apakah kandungannya aman, terutama untuk anak-anak,” saran Ara.

Disinfektan Alami

Pada kesempatan yang sama, Ara juga menjelaskan bahwa sebenarnya disinfektan bisa dibuat dari bahan-bahan alami seperti tanaman atau buah-buahan yang mengandung minyak atsiri dan berfungsu sebagai bakterisida.

Ada cukup banyak tanaman-tanaman yang sudah melalui uji coba sebagai antiseptik alami misalnya kayu manis, kemangi, daun salam, daun sirih, lidah buaya, cengkeh, bawang putih, zaitun, dan jeruk.

Sebagian besar tanaman tersebut dapat digunakan sebagai antiseptik karena mengandung minyak atsiri dan flavonoid yang serupa dengan antioksidan untuk memperbaiki sel yang rusak akibat radikal bebas.

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti