check it now

Intip Sejarah Popok dari Masa ke Masa, Yuk!

Saat ini, popok menjadi barang wajib yang dimiliki Bunda untuk si kecil. Penasaran nggak sih, kira-kira sejak kapan ya popok mulai digunakan?

Daftar Isi Artikel

Popok menjadi salah satu benda yang paling dibutuhkan Bunda ketika si kecil baru lahir. Selain untuk menahan urin dan kotoran bayi secara sementara, popok juga dapat memudahkan Bunda yang baru belajar merawat si Kecil.

Tak ayal, beragam merek popok bermunculan dengan membawa keunggulan dan keunikannya masing-masing. Dari mulai popok sekali pakai, popok celana, popok kain, popok anti bocor, dan masih banyak lagi.

Meski begitu, sebenarnya sejak kapan peradaban manusia mengenal dan menggunakan popok?

Sejak Zaman Mesir Kuno

Penggunaan popok ternyata telah dilakukan sejak zaman kuno. Fakta tersebut dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen kuno yang melukiskan kegiatan sehari-hari sejak zaman Mesir, Aztec, Romawi, dan lainnya.

Dilansir dari History, popok merupakan salah satu benda pertama yang membedakan antara manusia dengan hewan. Popok zaman kuno tidak seperti sekarang yang terbuat dari kain yang lembut dan nyaman. Pada zaman itu, popok terbuat dari kulit binatang, lumut, linen, dedaunan, dan sejenisnya.

Inovasi Popok Modern

Popok mulai dibuat seperti yang marak beredar saat ini pada akhir abad ke-19. Pada zaman itu, bayi-bayi di Eropa dan Amerika utara mulai mengenakan popok dengan bahan kain linen persegi atau panel katun yang dilipat menjadi bentuk persegi. Bahan pengait popoknya masih menggunakan peniti.

Pada masa ini, popok kain mulai diproduksi secara massal dan digunakan banyak orang. Tepatnya pada tahun 1887, para Bunda mulai memakaikan popok kain untuk anaknya. Popok kain tersebut diproduksi langsung oleh seorang ibu asal Amerika Serikat, Maria Allen.

Dimulainya Era Popok Sekali Pakai

Penggunaan popok kain ini terus berlangsung hingga tahun 1942. Pada tahun tersebut, terjadi inovasi yang cukup signifikan pada popok kain. Sebuah perusahaan kertas asal Swedia menciptakan popok sekali pakai untuk pertama kalinya. Popok tersebut dibuat dari lembaran tisu yang dimasukkan ke dalam celana karet.

Penggunaan popok tersebut bertahan hingga empat tahun lamanya. Pada tahun terakhirnya, popok tersebut dikembangkan kembali oleh seorang ibu rumah tangga asal Connecticut, Amerika Serikat. Ia adalah Marion Donovan yang memiliki kontribusi besar dalam sejarah popok. Ia membuat popok anti air atau anti bocor dari lembaran plastik yang biasa dipakai untuk tirai kamar mandi.

Inovasi Marion ini berasal dari kerepotannya ketika ia harus berkali-kali mengganti popok anaknya. Berkat ide kreatifnya, Marion mendapatkan empat hak paten atas temuannya di bidang popok sekali pakai. Salah satu yang lain adalah idenya dalam mengganti peniti yang biasa digunakan dalam popok kain menjadi kancing plastik yang lebih aman.

Awal-Mula Popok Jadi Pampers

Setelah inovasi Marion di bidang popok sekali pakai, banyak perusahaan yang mulai tertarik dalam berbisnis popok. Salah satu yang serius mendalami hal tersebut adalah perusahaan Procter & Gamble (P&G). Pada 1956, perusahaan ini mulai melakukan penelitian tentang popok dan berhasil menciptakan produk popok modern pada 1961 dengan merek Pampers.

Keberhasilan P&G dalam menciptakan popok sekali pakai yang kemudian diberi nama Pampers inilah yang menyebabkan publik menyebut popok dengan Pampers. Padahal, Pampers adalah satu merek popok dan tak semua popok bermerek Pampers.

Perkembangan yang dicetuskan oleh P&G membuat lebih banyak lagi perusahaan yang mulai bereksperimen dengan produk popok bayi. Produk inovasi ini meliputi penggunaan polimer penyerap, plester pengunci, dan pengikat popok yang lebih elastis.

Bentuk popoknya pun dibuat lebih variatif dengan warna dan motif yang beragam. Tak hanya itu, daya serap dan ketipisan popok juga menjadi daya tarik yang ditawarkan industri popok bayi hingga sekarang.

Sejarah Popok Bayi di Indonesia

Sejarah popok sekali pakai dimulai pada tahun 1980-an di Indonesia. Sayangnya, hanya kaum menengah ke atas yang mampu membeli popok. Bahkan, hanya bayi-bayi dari golongan ekspatriat yang menggunakan popok.

Penggunaan popok baru bisa tersebar luas dan merata di Indonesia pada 1990-an. Tentunya, popok dipilih karena lebih praktis dan memudahkan Bunda untuk membawa jalan-jalan anaknya.

Penggunaan popok sekali pakai pun menjadi tren di Indonesia. Sayangnya, harga popok sekali pakai jauh lebih mahal ketimbang popok kain. Tak hanya itu, popok juga membuat kulit bayi merah, lecet, alergi, bahkan bengkak.

Popok pun akhirnya kembali mengalami evolusi yang disesuaikan dengan kebutuhan orangtua modern. Popok menjadi lebih praktis dengan berbagai pilihan jenjang usia dan kebutuhan. Seperti jenis pull up pants, fitted diaper, prefold dan lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan anak.

Let's share

Picture of Rizqa Fajria

Rizqa Fajria

Daftar Isi Artikel

Updates