check it now

Generasi Alpha, Si Paling Melek Teknologi & Masalah Mental!

Siapa sih generasi alpha itu? Kupas tuntas topik tentang mereka yuk, Yah, Bun!

Daftar Isi Artikel

Ayah dan Bunda tentu sering mendengar tentang generasi alpha yang sering jadi topik hangat di dunia maya. Sebenarnya, siapa sih yang termasuk dalam generasi tersebut? Apa yang membuat mereka spesial?

Psikolog Anak dan Remaja Melissa Magdalena, M.Psi., Psikolog. menyebut, generasi alpha adalah generasi yang lahir sepanjang tahun 2010-2025. Generasi ini lahir ketika teknologi berada di era yang sedang canggih-canggihnya.

Istilah generasi alpha diperkenalkan oleh peneliti sosial Australia, Mark McCrindle. Ini merupakan generasi pertama yang dinamai dengan alfabet Yunani. Gen Alpha juga seringkali dimiripkan dengan gen millennial. Bahkan, gen ini juga kerap disebut ‘milenial mini’.

Terlahir di periode 2010-2025, tentu generasi ini masih belia. Mereka adalah anak dari orangtua milenial dan cucu dari para baby boomers.

Lantas, kenapa publik heboh sekali dengan keberadaan gen alpha hingga disebut generasi unggul? Coba kita ulik bersama, yuk!

Baca Juga: Wajib Ada di Meja! Ini Kue Khas Imlek yang Diyakini Membawa Keberuntungan

Kenapa Sih Generasi Alpha Disebut Generasi Unggul?

Kok bisa disebut sebagai generasi unggul? Melissa menyebut gen alpha lahir di era teknologi paling canggih dibandingkan generasi sebelumnya. “Gadget yang kita gunakan saat ini tentu jauh lebih canggih dari gadget yang kita gunakan di zaman sekolah dulu. Nah, gen alpha ada di sini, lahir di zaman yang sedang canggih-canggihnya,” ujarnya.

Hal ini, lanjut Melissa, tentu berpengaruh besar terhadap tumbuh kembangnya. Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan mudah diakses, membuat gen alpha mudah dalam memperluas wawasan dan pengetahuan mereka sejak dini.

Tak hanya itu, gen alpha lahir dari orangtua milenial yang sudah familiar dengan gadget dan teknologi. Ini mempermudah mereka untuk akrab dengan dunia digital sedari dini.

Saya jadi ingat, saya yang mengajari orangtua saya untuk menggunakan teknologi. Sekarang, saya juga yang mengajari anak saya menggunakan gadget,” terangnya.

Terlahir di dunia yang sudah canggih juga memberikan banyak keuntungan dalam proses tumbuh-kembangnya. Orangtua generasi ini lebih mudah dalam mempersiapkan banyak stimulasi dan pembelajaran untuk anak.

Ayah dan Bunda bisa mendapatkan berbagai tips dan trik dalam mengatasi berbagai masalah anak lewat internet. “Dunia digital membuat orangtua mudah mendapatkan fasilitas pembelajaran bagi anak sehingga mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk belajar hal-hal yang sesuai dengan usia mereka,” jelas Melissa.

Ciri Khas Generasi Alpha yang Membedakannya dari Gen Z

Banyak yang menyamakan gen Alpha dengan gen Z. Meski sama-sama terpapar era digital yang besar, namun ada perbedaan signifikan di antara keduanya, lho!

Psikolog jebolan Professional Psychology Masters Study ini menyebut, gen Z tumbuh di era teknologi yang berkembang. Mereka pernah merasakan era non digital sebelum masuk ke era digital.

Sedangkan generasi Alpha, mereka lahir pada era di mana teknologi sudah berkembang begitu hebatnya.

Jadi, jangan kaget kalau misalnya gen Alpha lebih canggih dari kita. Sebab, mereka terpapar teknologi lebih dini dari generasi Z dan generasi sebelumnya. Ternyata, usia mulai itu berpengaruh pada keterampilan si anak dalam mengolah teknologi,” tambah Melissa.

Ciri khas lainnya dari gen alpha ialah mereka memiliki kesadaran dan kepekaan yang tinggi terhadap kesehatan mental. Hal ini seharusnya menjadi sebuah kelebihan karena kesehatan mental memang suatu hal yang penting untuk diberi ruang.

Sayangnya, banyak stereotype negatif yang melabeli generasi alpha sebagai generasi dengan mental yang lemah karena kepekaan tersebut. 

Memang benar bahwa generasi ini merupakan generasi yang peka terhadap kesehatan mental. Mengetahui kesehatan mental ialah hal baik, lanjutan dari perilaku ini adalah mendukung, bukan sebagai excuse,” jelas Melissa.

Ia juga menambahkan, ternyata sekarang juga banyak orangtua dari generasi alpha yang mulai lebih terbuka dan sadar akan pentingnya kesehatan mental.

Hal ini tentu penting dalam tumbuh-kembang si kecil. Sebab, ketika kita memberikan ruang pada kesehatan mental, maka ini bisa menjadi penyeimbang dalam kehidupan seseorang. Semakin kita bisa mengerti dan menyeimbangkan kebutuhan fisik dan psikis si kecil, maka semakin bahagia dan berkualitas tumbuh-kembangnya.

Mengetahui kesehatan mental ujungnya adalah untuk meningkatkan performa. Hal ini membuat anak lebih terampil dengan treatment yang tepat, dan bukan jadi penghalang,” tegasnya.

Tantangan Mendidik Generasi Alpha di Era Digital

Setiap generasi tentu memiliki tantangan yang berbeda, tak terkecuali gen alpha. Meski lahir dan tumbuh di era yang sangat canggih dan didominasi oleh perangkat digital, ternyata menurut Melissa ada beberapa hal yang harus jadi perhatian orangtua.

1. Batasan dalam penggunaan teknologi pada si kecil.

Ayah dan Bunda perlu tahu, meski lahir di era digital, namun anak juga harus memiliki batas dalam mengakses teknologi. Batasannya mulai dari seberapa banyak durasinya, seberapa banyak informasinya, dan jenis informasi seperti apa yang boleh diakses.

2. Kenalkan dunia nyata di luar dunia digital.

Selain memberikan batasan, orangtua juga perlu mengenakan dunia nyata pada si kecil. Misalnya, kalau main gadget-nya dibatasi, maka apa sih yang harus anak lakukan? Main ke luar rumah kah? Menggambar kah? Beri contoh yang konkret agar anak tidak bingung dan clueless terhadap peraturan yang Ayah dan Bunda buat.

3. Penting untuk ajarkan si kecil bahwa di dunia ini ada yang namanya ‘Proses’.

Hidup di zaman yang serba instan dan cepat membuat si kecil akan mudah stress dan bosan ketika dihadapkan pada suatu persoalan. Generasi alpha jadi tidak sabaran, mudah stress, dan terbiasa instan. Oleh sebab itu, penting bagi Ayah dan Bunda mengajarkan bahwa ada yang namanya ‘proses’. Temani anak, ajak ia mengobrol, dan bangun situasi yang kreatif untuk membuatnya lebih menikmati momen daripada berkutat pada gawai.

4. Hindari sikap individualis, dorong anak untuk aktif bersosialisasi.

Salah satu yang menjadi tantangan generasi unggul ialah sifatnya yang cenderung individualis. Mereka terbiasa sendiri dan segalanya bisa diakses lewat genggaman, yang membuat mereka merasa tidak memiliki urgensi atau kebutuhan untuk bersosialisasi. Maka dari itu, peran Ayah dan Bunda di sini adalah untuk bisa menyeimbangkan dan memenuhi kebutuhan interaksi si kecil agar lebih terbuka dan aktif di dunia nyata.

5. Temani anak untuk ‘switch’ dari dunia digital ke non digital.

Beri pemahaman pada si kecil, bahwa teknologi dan gadget bukan satu-satunya hal yang menyenangkan di dunia ini. Ada banyak hal dan ruang lain yang harus dia coba di luar teknologi. Tentu tidak mudah mengalihkan perhatian anak dari gawai yang serba bisa dan serba ada, namun apabila dibiasakan pasti bisa. Temani si kecil dan jadikan aktivitas di dunia nyata lebih banyak porsinya dari bermain gadget.

Tips Jadi Orangtua Hebat untuk si Generasi Unggul

Selain tantangan orangtua dalam menghadapi si gen alpha, psikolog yang tergabung dalam Relasi Diri ini juga memberi tips untuk para orangtua hebat dalam mendidik generasi unggul.

  • Harus paham dan punya sikap positif terhadap teknologi.
  • Menjadi contoh yang bijak dalam menggunakan teknologi.
  • Prioritaskan pendidikan moral dan sopan santun dalam keseharian.
  • Jangan terburu-buru melabeli anak dengan sesuatu yang negatif.
  • Terbuka dan ‘update’ dengan cata mendidik anak yang relevan di zaman sekarang.
  • Peduli dan beri ruang untuk kesehatan mental si kecil.

Gimana, Yah, Bun? Sudah siap jadi orangtua hebat untuk dukung tumbuh-kembang generasi alpha, ‘kan?!

Let's share

Picture of Rizqa Fajria

Rizqa Fajria