Ernest Prakasa dan keluarga
check it now

Ernest Prakasa Tentang Sekolah Anak: Bukan ‘Zero Bullying’, Tapi ‘Zero Tolerance’!

Daftar Isi Artikel

Di tengah gegap gempita hari pertama sekolah anak, sutradara kondang Ernest Prakasa turut membeberkan pengalaman menariknya.

Dalam unggahan Instagram-nya, Ernest bercerita bahwa ia mengalami pengalaman buruk di masa sekolah dulu. Sutradara yang terkenal dengan banyak film komedinya ini ternyata menyimpan trauma besar di masa sekolah.

Saya benci SMA saya. Saya sulit mengenang masa SMA dengan indah. Tentu di sana ada teman-teman dan guru yang baik, cinta pertama, dan keseruan masa remaja. Tapi sekolahnya itu sendiri? Masih menyisakan getir yang tidak bisa hilang, dua setengah dekade kemudian,” tulisnya.

Berbekal pengalaman buruknya, Ernest tidak ingin putri sulungnya, Sky Tierra Solana, yang kini menginjak SMA turut merasakan hal yang sama.

Lantas, sekolah seperti apa yang menurut Ernest Prakasa layak jadi tempat yang aman untuk si kecil?

Baca Juga: Pentingnya Kolaborasi Ayah dan Bunda saat Anak Memasuki Masa Pubertas

‘Zero Bullying’ Itu Mustahil, yang Terpenting ‘Zero Tolerance’

Ernest Prakasa & Sky Solana

Ayah-Bunda tentu sepakat. Hal utama yang akan dihadapi si kecil ketika masuk sekolah ialah belajar berteman dan bersosialisasi. Sayangnya, dalam proses tersebut langkahnya tak selalu berjalan mulus.

Dari dulu hingga sekarang, bullying masih menjadi masalah besar yang pasti ditemukan di sekitar anak. Entah dalam skala besar maupun sangat kecil, fenomena ini akan selalu kita temukan.

Ini pula lah yang menjadi concern Ernest Prakasa dalam melepas putrinya masuk dunia SMA. Meski begitu, dalam kunjungan pertamanya di perkenalan sekolah Sky, beban tersebut seolah sirna.

Pertemuan pertama seluruh siswa baru+ortu di SMA @sky.solana cukup menarik juga. Instead of koar-koar di sini ‘Zero Bullying’, kepsek justru menekankan ‘Zero Tolerance’,” tulisnya di Instagram @ernestprakasa.

Menurutnya, pihak sekolah cukup gentle dengan mengakui bahwa tidak mungkin ada ‘zero bullying’ di sekolahnya. Kemungkinan adanya percikan masalah di antara siswa tentu ada. Namun, dibanding berusaha menutup-nutupi demi menjaga citra baiknya, pihak sekolah lebih memilih untuk mengakui adanya kemungkinan masalah yang terjadi di masa depan.

Tak hanya mengakui kelemahan, mereka juga mampu memberikan solusi untuk kemungkinan buruk di masa depan. Bagaimana caranya? Yakni dengan memberikan ‘zero tolerance’ atau sanksi tanpa ampun untuk siswa-siswi yang kedapatan melanggar aturan sekolah.

Artinya, sekolah mengakui bahwa masih ada kelemahan, bukan menutup-nutupi. Juga, menunjukkan itikad serius untuk memperbaiki. Good start 💛,” lanjutnya.

Ernest Prakasa Hargai Sekolah yang Mengerti Value’ Anak Lebih dari Sekedar ‘Score’

Sky Solana

Sebagai seseorang yang bergelut di dunia kreatif, Ernest Prakasa menjadi sangat sensitif dengan barometer keberhasilan yang selalu dinilai dalam bentuk score dan ranking.

Ia sangat bersyukur ketika Sky menjatuhkan pilihan sekolahnya ke tempat yang ternyata tak hanya -mengunggulkan prestasi akademis siswa-siswinya, melainkan juga non-akademisnya.

Menurutnya, sekolah yang tepat adalah tempat yang mampu menjadi wadah aman untuk anak-anak berkreasi dan bereksplorasi sesuai dengan keinginannya. Sebagai tempat belajar, sekolah harus mampu melihat siswa-siswinya sebagai manusia yang ber-value, bukan sekedar angka untuk ranking dan rapot.

Kurang lebih 2 jam kepala sekolah berorasi. Tidak ada penekanan soal ‘sukses’, ‘pintar’, ‘juara’, dan jargon-jargon klise senada. Kata-kata kunci yang berulang kali muncul adalah ‘imajinas’, ‘keberanian’, ‘pemimpin’ dan ‘berguna’. Sepertinya, @sky.solana berada di SMA yang tepat ,” tutup Ayah dari Sky dan Snow.

Ayah dan Bunda setuju nggak dengan pendapatnya Koh Ernest?

Kalau menurut kalian, sekolah yang tepat untuk si Kecil tersayang seperti apa, sih? Tulis pendapat kalian, ya!

Let's share

Picture of Rizqa Fajria

Rizqa Fajria

Daftar Isi Artikel

Updates