Hukuman fisik untuk mendisiplinkan anak memang sudah lama mendapat pertentangan dari para psikolog maupun ahli pediatri. Sebab, sejumlah riset membuktikan bahwa hukuman fisik ini adalah cara usang yang justru membuat anak jadi lebih agresif.
Lalu pertanyaan pun muncul: Jika bukan hukuman fisik, lantas cara apa yang bisa dilakukan agar anak bisa disiplin? Menurut psikolog anak, Annisa Meizvira, M.Psi dari Klinik Vida Kita, mengatakan bahwa dibanding memberi hukuman fisik, akan lebih baik jika orangtua melakukan pendekatan yang berbeda saat anak berbuat kesalahan atau tidak mematuhi aturan.
Misalnya ketika anak tidak merapihkan mainan sehabis bermain, alih-alih memberi hukuman kepadanya, sebaiknya ajak si kecil bicara dan tanyakan mengapa dirinya tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan.
“Seandainya orangtua langsung menghukum fisik anak karena mainannya tidak dirapihkan, saya jamin tidak akan membereskan akar masalahnya. Yang ada si kecil malah akan mencari berbagai cara agar untuk selanjutnya ia bisa lepas dari hukuman. Jadi lebih baik telusuri akar penyebabnya. Tanyakan kenapa ia tidak membereskan mainannya, apakah ada masalah, dan lain sebagainya. Intinya komunikasi,” tegas psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.
Meski terlihat sepele, tapi nyatanya tidak sedikit orangtua yang tanpa sadar kurang berkomunikasi secara mendalam dengan buah hatinya sehingga timbullah jarak. Bila sudah demikian, si kecil akan enggan bercerita dan kerap berulah sehingga membuat permasalahan di rumah jadi semakin runyam.
“Jikalau memang si kecil ‘membandel’ karena terus mengulangi kesalahan yang sama, itu artinya orangtua harus mulai intropeksi diri dan mempedalam komunikasi dengan anak, bukan justru memberi hukuman fisik. Akan lebih baik memberikan sanksi dengan menarik reward yang seharusnya mereka dapatkan. Contohnya jika si kecil melewatkan waktu belajarnya di rumah dan orangtua tidak menemukan alasan yang dibenarkan, maka ‘jatahnya’ untuk menonton tv bisa dikurangi. Yang pasti sanksinya tidak bersifat mencabut hak dasar anak, seperti jam tidur dan makanan,” tutup Anissa.