Semua orang tentu sepakat bila dikatakan sayuran adalah bahan makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Maklum, dalam sayuran terkandung serat serta beragam vitamin.
Tak heran jika para ahli kesehatan pun selalu menganjurkan untuk menyelipkannya sebagai teman makan sehari-hari.
Sayangnya, tak semua orang doyan sayur, terlebih anak-anak. Untuk mengakalinya, maka beragam teknik memasak pun dilakukan agar rasa sayuran bisa lebih bersahabat dengan lidah.
![](https://sangbuahhati.com/wp-content/uploads/2020/12/sayur2.jpg)
Mulai dari direbus kemudian ditaburi mayonnaise, ditumis dengan tambahan aneka daging, bahkan digoreng dengan menggunakan tepung.
Adapun jenis sayuran yang biasa digoreng ternyata tak hanya bawang bombay dan jamur. Sayuran jenis lain seperti kol, bayam, wortel serta terong acapkali juga disajikan dengan cara digoreng, sehingga membuatnya terasa lebih renyah dan gurih.
Pertanyaannya : Tetap sehatkah menyantap sayur yang digoreng?
Fakta Sayur Goreng
Menurut Fitri Wardah Mardiah, SKM, RD yang berprofesi sebagai ahli gizi, setidaknya ada dua hal yang terjadi ketika sayuran dicelupkan ke dalam minyak panas alias digoreng.
Pertama, tingkat vitamin dan mineral pada sayuran tersebut secara otomatis akan menurun.
Mengapa? Sebab, nutrisi yang terkandung dalam sayuran tak akan bisa bertahan dalam suhu mendidih minyak yang bisa mencapai 120-140 derajat celcius. Dengan kata lain, sayuran dipastikan tak akan sesehat seperti sebelumnya.
“Banyak orang berpikir bahwa minyaklah yang menyebabkan sayuran kehilangan vitaminnya. Hal itu salah. Sebab yang membuat vitamin dalam sayur itu hilang adalah suhu tinggi minyak saat digunakan untuk menggoreng,” tambahnya.
Kedua, karena minyak dipanaskan dengan suhu tinggi, maka ketika digunakan untuk menggoreng sayuran bisa terjadi reaksi kimia, sehingga membentuk zat bernama akrilimida dan radikal bebas.
Nah, kedua zat inilah yang berbahaya. Karena bila bertumpuk dalam tubuh dapat memicu terjadinya mutasi sel atau penyakit yang lebih dikenal dengan nama kanker.
“Sering menggoreng sayur dengan minyak baru saja tidak disarankan. Apalagi bila digorengnya dengan menggunakan minyak yang telah dipakai berulang kali atau disebut minyak jelantah. Wah itu tambah bahaya. Sebab selain mengandung radikal bebas, minyak jelantah juga turut memuat lemak trans yang bisa menyebabkan kenaikan berat badan yang berujung pada obesitas,” jelas Fitri.
Cara Sehat Mengolah Sayur
Lalu, metode seperti apa sebenarnya yang paling tepat untuk mengolah sayuran agar tetap bisa dinikmati tanpa harus khawatir kehilangan vitaminnya?
Menjawab hal tersebut, Fitri menegaskan bahwa cara paling sehat untuk mengonsumsi sayuran tentu dengan memakannya dalam kondisi mentah serta bersih.
Meski demikian, untuk mengakali rasanya agar lebih lezat, maka mengukus atau menumis sayuran bisa dijadikan pilihan.
“Memang, menumis sayuran juga bisa menghilangkan vitaminnya. Tapi ini jauh lebih aman daripada mengolahnya dengan cara digoreng. Lagipula dengan cara ditumis, vitamin yang hilang dari sayur masih ada kemungkinan tertinggal di kuah tumisan itu sendiri,” sambung Fitri.
Lebih lanjut Fitri juga mengatakan, jika bosan dengan sayuran yang dikukus atau ditumis, sesekali menggoreng sayuran tetap diperbolehkan. Hanya saja jangan berlebihan.
“Perlu diketahui, batas asupan minyak goreng yang aman untuk anak usia 1-3 tahun adalah 20 gr atau setara 2 sendok makan. Sementara untuk anak usia 4-5 tahun adalah 30 gram. Sedangkan anak usia 7-9 tahun, batas minyak yang disarankan setiap harinya adalah 50 gram,” paparnya.
Dengan melihat batas tersebut, maka itu berarti setiap harinya hanya boleh ada 1 bahan makanan saja yang cara penyajiannya digoreng.
Sebagai contoh, bila sudah ada ayam goreng, maka sayur sebaiknya disajikan dengan cara di kukus. Atau bila sayur disajikan dengan cara digoreng, maka lauknya sebisa mungkin diolah dengan tidak menggunakan minyak.