Di tengah laju dunia yang semakin digital, sistem pendidikan di beberapa negara maju, khususnya di wilayah Eropa, malah semakin melambat. Mereka memutuskan untuk kembali menggunakan sistem pendidikan konvensional dengan menggunakan buku fisik dan tulis tangan.
Hal ini menarik, sebab hampir di seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, sedang bergerak menuju sistem pendidikan yang serba digital dan computer-based.
Ayah dan Bunda bisa lihat di Indonesia, beragam regulasi mulai dilakukan demi menaikkan standar pendidikan. Pengoptimalan ini dimulai dengan memaksimalkan infrastruktur digital di seluruh wilayah Indonesia.
Hal ini bahkan disampaikan langsung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dalam lamannya. Perluasan infrastruktur digital menjadi sangat penting agar semua sekolah dan institusi pendidikan di seluruh Indonesida, dari Sabang sampai Merauke mendapatkan akses listrik dan internet.
Berbeda dengan di Swedia, Kementerian Pendidikan Swedia saat ini mulai menghentikan penggunaan pemakaian alat elektronik dalam pembelajaran siswa, mulai tahun ajaran 2023-2024.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Simak informasinya di bawah, ya!
Baca Juga: Lebih dari 50% Anak Kembali Merokok, Cegah Pakai Cara Ini, Bun!
1. Sistem Pendidikan Negara Maju Kembali ke Buku dan Tulis Tangan
Negara maju di Eropa kembali pada sistem pendidikan konvensional yang merujuk pada buku teks dan tulisan tangan. Hal ini dilakukan karena metode ini dianggap mampu membekali manusia modern kemampuan literasi yang kuat.
Regulasi ini diprioritaskan untuk siswa-siswi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sebab, anak-anak di usia tersebut membutuhkan pembelajaran langsung secara fisik untuk memperkuat dan mengembangkan daya pikirnya.
2. Pendidikan Non-Digital di Negara Maju Dianggap Sebagai Latihan Motorik Halus dan Kasar
Tak hanya di Swedia, sistem pendidikan yang kembali ke konvensional adalah Jerman. Hal ini dilakukan sebab menulis langsung dengan tangan dapat melatih motorik halus dan motorik kasar anak. Selain itu, anak yang menulis langsung juga dapat membuat anak lebih kreatif dalam berpikir dan beraktivitas.
3. Sistem Pendidikan di Negara Maju Kembali Mendorong Siswanya untuk Pergi ke Perpustakaan
Mengembalikan gelora anak untuk bisa membaca dengan buku teks langsung, turut mengharuskan mereka untuk lebih sering memanfaatkan perpustakaan.
Seperti yang kita ketahui, seiring dengan semakin canggihnya era digital, buku dan berbagai sumber rujukan tentang pendidikan bisa diakses melalui internet. Hal ini tentu membuat banyak perpustakaan menjadi sepi dan jarang dikunjungi.
Padahal, membaca buku teks secara langsung dapat membuat anak mengembangkan lebih banyak sensoriknya. Anak tak hanya membaca dan memroses informasi yang ada di buku, tetapi juga mengajarkan mereka untuk mengindera yang lain. Seperti menyentuh bukunya, lembaran kertasnya, dan membauinya.
4. Murid Diajak untuk Langsung Bertanya Langsung pada Guru Dibanding Online
Salah satu alasan kembalinya sistem pendidikan negara maju ke konvensional adalah tentang keakuratan informasi yang ada di internet. Hal ini diteliti langsung oleh Institut Karolinska yang menjelaskan bahwa konten digital yang diakses anak-anak untuk mencari informasi ternyata susah dalam memastikan keakuratan kontennya.
Dengan bertanya langsung ke guru, siswa akan belajar tentang pentingnya memverifikasi setiap informasi yang ia dapatkan di internet. Selain itu, apa yang ia temukan dan sebarkan di internet harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Pendidikan di Negara Maju Kembali ke Konvensional karena Menghindari Dampak Buruk Gadget
Ternyata, telah banyak penelitian yang membahas tentanng pentingnya pembelajaran membaca dan menulis secara analog pada anak usia dini. Penggunaan gadget memang menarik dan menyenangkan untuk dilakukan anak-anak, namun hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mata dan gangguan konsentrasi pada mereka.
Selain itu, menulis secara langsung dapat membantu perkembangan saraf motorik dan melatih anak dalam mengonsep. Dengan begitu, anak bisa membayangkan suatu konsep di benaknya dan menuangkannya dalam bentuk karya.
6. Otak Anak Bekerja Lebih Banyak dan Kreatif dengan Menggunakan Buku Fisik
Dalam jurnal psikologi yang terbit dalam Association of Psychological Science, terbukti bahwa ada peningkatan yang signifikan dalam otak anak ketika mereka dididik dengan cara yang konvensional.
Ada lebih banyak bagian otak yang bekerja ketika anak membaca dan membolak-balik buku serta belajar menggambar dan menulis, sambil bermain dibandingkan melakukannya dengan gadget.
Setelah anak terbiasa membaca, memiliih, dan memilah informasi dari teks cetak serta bertanya kepada guru, maka anak-anak akan menerapkannya di dunia digital. Sistem pendidikan yang konvensional di awal perkembangannya dapat membuat mereka lebih bijak ketika berada di dunia digital.
Anak-anak jadi tidak mudah dipengaruhi oleh orang-orang di internet dan cenderung untuk memverifikasi kebenaran sebelum memercayai informasi di internet.