Mengasuh anak memang bukan tugas mudah, apalagi saat Bunda berusaha mengajak anak bekerja sama menjalankan aturan di rumah. Pasti akan ada tantangan dan kesulitan tersendiri.
Menyikapi keluhan tersebut, Psikolog Anak dari Klinik Sajiva RSKJ Dharmawangsa, Fabiola Priscilla Setiawan, M.Psi., menyarankan sebelum orang tua mencari cara untuk mengatasinya, lebih baik pahami dulu faktor yang menyebabkan si Kecil bersikap demikian.
Faktor Penyebab Anak Sulit Diajak Bekerja Sama Menjalankan Aturan
Baca Juga : Anak Membangkang? Hati-Hati, Ini Sebabnya!
1. Ketidakpadaham Anak Tentang Tuntutan Terhadap Dirinya
Pertama, perilaku sulit menjalankan aturan dapat disebabkan oleh ketidakpahaman anak tentang tuntutan terhadap dirinya.
Anak mungkin belum memahami batasan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Hal ini bisa disebabkan dari ketidakkonsistenan aturan yang diterapkan di rumah.
“Misalnya, anak diminta untuk makan sendiri, namun diperbolehkan disuapi ketika sedang terburu-buru atau makan di luar rumah. Atau meminta anak membereskan mainan, namun karena lambat akhirnya orang tua buru-buru membantunya,” terang Fabiola.
2. Kebutuhan Akan Perhatian Orang Tua
Pada kasus serupa, anak-anak yang sulit menjalankan aturan juga karena kebutuhan akan perhatian orang tua. Kurangnya apresiasi dari orang tua terhadap perilaku baik yang dilakukan anak juga dapat membuat mereka merasa sedih. Perilaku tersebutlah yang akhirnya membuat orang tua jadi sulit mengajak anak bekerja sama di rumah.
3. Faktor Lingkungan
Faktor penyebab berikutnya dapat berupa pembelajaran yang salah dari lingkungan. Misalnya saat anak melihat kakak, adik atau teman sebayanya melakukan perilaku menyimpang dan mendapat penguatan dari orang lain.
“Contohnya begini, telah dibuat kesepakatan dilarang menonton televisi saat jam belajar. Namun suatu ketika karena Ayah dan Bunda pulang terlambat, kakak atau adik tetap diperbolehkan menonton televisi,” kata Fabiola.
4. Keterbatasan Kosa Kata untuk Berkomunikasi
Di usia 4 tahun, kosa kata anak masih terbatas. Itulah yang membuat mereka mengalami kesulitan untuk menyampaikan pesan atau mengungkapkan perasaannya secara utuh.
Anak mungkin dapat memahami perasaan marah, sedih, takut atau gembira. Namun ketika merasa iri, rindu atau kasihan, mereka mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya. Alhasil, menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan aturan dapat menjadi cara untuk mengutarakan isi hatinya.
“Misalnya adik jadi tidak mau sikat gigi karena melihat kakak dibelikan sikat gigi baru. Penolakan ini merupakan bentuk protes atas perlakuan tidak adil dari Ayah dan Bunda terhadapnya,” lanjutnya.
5. Berikan Intruksi Secara Perlahan dan Terstruktur
Terakhir, setiap anak memiliki waktu yang berbeda untuk mencerna informasi. Ada kemungkinan beberapa anak membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami aturan yang ditetapkan di rumah.
Pada anak yang cenderung lambat merespon informasi, perilaku yang ditunjukkan dapat terkesan sebagai bentuk pelanggaran yang berulang.
“Karena itulah penting untuk memberikan intruksi secara perlahan dan terstruktur pada anak. Contohnya saat membuat aturan untuk membereskan piring setelah makan. Setelah makan piring harus dibereskan, setelah itu diletakkan di wastafel. Jika anak sudah berhasil melakukan dua intruksi tersebut, baru lanjutkan ke intruksi berikutnya. Setelah diletakkan di wastafel, piring dicuci hingga bersih dan diletakkan kembali di tempatnya. Kuncinya Bunda harus sabar dalam mengajak anak bekerja sama dan membiasakan hal tersebut,” terangnya.
Tips Mengajak Anak Bekerja Sama di Rumah
Setelah mengetahui penyebabnya, kata Fabiola, Bunda akan lebih mudah untuk menerapkan beberapa tips untuk mengajak anak bekerja sama berikut :
- Berikan aturan secara sederhana dan bertahap atau satu persatu. Berikan anak kesempatan untuk memahami, menirukan, dan mengerjakannya dengan tepat sampai terbiasa.
- Tunjukkan sikap tegas dan konsisten dalam menerapkan aturan.
- Penuhi kebutuhan anak akan perhatian dan penghargaan. Fokus pada perilaku baik anak dan senantiasa memberikan apresiasi terhadap proses perubahan atau pembentukan perilakunya.
- Ajarkan anak bekerja sama untuk menerapkan aturan di rumah melalui cara yang unik dan menarik. Misalnya dengan story telling sebelum tidur atau poster bergambar.
- Pastikan seluruh anggota keluarga juga ikut menerapkan aturan yang dibuat bersama tanpa terkecuali.