Pasangan artis Ringgo Agus Rahman dan Sabai Dieter Morscheck mengaku trauma dengan infeksi virus DBD yang mengintai kesehatan keluarganya. Bukan tanpa alasan, Ringgo-Sabai pernah terjangkit DBD dengan gejala yang cukup parah. Bahkan, Ringgo mengaku pernah mengalami DBD hingga 2 kali.
Ringgo-Sabai bercerita tentang bagaimana DBD menjadi mimpi buruk bagi keduanya. Ringgo bercerita bahwa dirinya pernah mengalami DBD ketika masih duduk di bangku SMP, tepatnya di usia 15 tahun. Ia mengalami panas demam hingga 40 derajat celcius, dan harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Nahasnya, virus DBD kembali menjangkiti tubuhnya pada 2022 lalu. Ringgo merasa, infeksi DBD yang kedua kalinya ini terasa lebih menyakitkan dari sebelumnya. Ia bahkan mengigau dalam demamnya dan dirawat selama 8 hari karena DBD.
Sabai pun demikian, istri dari Ringgo ini juga pernah mengalami DBD ketika masih duduk di bangku sekolah. Gejala yang ia alami pun serupa, seperti demam, lemas, hingga tidak bisa bangun dari tempat tidur.
Meski begitu, keduanya sepakat bahwa pengalaman yang paling membuat trauma ialah ketika anak kedua mereka yang bernama Mars terjangkit DBD di usia 1 tahun.
Melalui Instagram @ringgoagus, mereka bercerita bahwa Mars terjangkit DBD di tengah pandemi Covid-19 yang sedang bergerilya. Ringgo-Sabai mengaku tak tega melihat Mars harus menjalani perawatan mulai dari diinfus, disuntik untuk ambil darah, dan lainnya,
Tentu, layaknya anak kecil pada umumnya, Mars selalu histeris ketika dokter/suster datang untuk suntik ambil darah atau memasang jarum infus. Bahkan, Mars sempat trauma melihat perawat karena pengalaman tersebut.
Pengalaman tersebut tentu membuat Ringgo-Sabai kapok dan mulai melakukan berbagai cara untuk mencegah keluarga tercintanya terjangkit DBD. Seperti apa langkah pencegahannya? Simak cerita mereka, yuk!
Baca Juga: 7 Potret Cantik Megawati, Atlet Voli yang Harumkan Indonesia!
1. Ringgo-Sabai Lakukan Pembabatan Taman Belakang Rumah Demi Cegah DBD
Ringgo-Sabai merasa, salah satu penyebab DBD yang penularannya melalui gigitan nyamuk adalah karena adanya sarang nyamuk. Nah, salah satu tempat yang paling disukai nyamuk ialah yang lembab dan banyak genangan.
Lokasi seperti itu ternyata ada di rumah Ringgo-Sabai, yakni di taman belakang rumah mereka. Keduanya merasa kalau taman tersebut menjadi sumber sarang nyamuk. Oleh karenanya, Ringgo dan Sabai terpaksa membabat habis taman kecil di belakang rumahnya agar tak lagi menjadi sarang nyamuk.
2. Pakai Raket Nyamuk Setiap Malam
Ternyata raket nyamuk masih laris digunakan, ya? Di keluarga Ringgo dan Sabai, raket nyamuk sudah seperti ‘teman tidur’ yang senantiasa menemani mereka di setiap malam. Tak hanya melindungi dari gigitan nyamuk, alat ini juga dianggap sebagai pelindung dari kemungkinan terinfeksi DBD.
3. Ringgo-Sabai Rutin Lakukan ‘Fogging’ yang Terjadwal di Wilayah
Selain dengan menggunakan raket nyamuk sebagai senjata andalan, keluarga ini juga rutin mengikuti program ‘fogging’ yang biasanya dilakukan oleh kelurahan atau kecamatan, demi membasmi nyamuk. Ringgo-Sabai juga selalu mengikuti penyuluhan jentik nyamuk yang biasa diadakan oleh PKK setempat untuk mendeteksi adanya nyamuk DBD.
4. Lakukan Proteksi Dini dengan Program 3M
Ringgo dan Sabai juga kerap melakukan 3M+ demi menjaga keluarganya dari serangan nyamuk demam berdarah. Apa itu 3M+? Ini adalah singkatan dari kegiatan menguras, menutup, dan mengubur atau mendaur ulang barang-barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Selain itu, mereka juga memastikan tidak ada sudut gelap yang lembab di rumah, serta penumpukan baju kotor yang biasa disenangi nyamuk.
5. Ringgo-Sabai dan Buah Hatinya Lakukan Vaksin DBD
Langkah pencegahan terakhir yang keluarga ini lakukan adalah dengan melakukan vaksinasi DBD yang telah disetujui dan direkomendasi oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
Ringgo-Sabai dan anak pertama mereka, Bjorka, melakukan vaksin DBD di rumah. Anak keduanya, Mars, masih belum boleh mendapatkan vaksin karena belum berusia 6 tahun. Syarat usia vaksin DBD ialah 6-45 tahun.
Sabai mengaku, mereka sekeluarga melakukan vaksin DBD di rumah. Setelahnya pun mereka tidak merasakan efek samping apa-apa dan bisa langsung beraktivitas. Bahkan, Bjorka bisa langsung main basket di hari yang sama setelah vaksin.
Vaksin DBD saat ini sudah tersedia di seluruh rumah sakit dan klinik terdekat. Jadi, kapan Ayah dan Bunda mengajak keluarga vaksin DBD bersama?