Kisah pilu datang dari para bayi yang ada di Jalur Gaza, Palestina. Aksi penjajahan yang dilakukan Israel sebulan belakangan ini menyebabkan banyak korban berjatuhan. Serangan yang tak kunjung berhenti, membuat Palestina bagaikan kuburan massal.
Dikutip dari Al-Jazeera, kondisi di Palestina kian mengkhawatirkan. Israel tak hanya melakukan pengeboman di sekitar Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza, tetapi juga melakukan pemadaman listrik. Bahkan, pasokan air bersih di Palestina juga dihentikan Israel.
Rumah sakit yang seharusnya menjadi zona aman dan terbebas dari ancaman, malah dijadikan sasaran pembantaian oleh Israel. Hal ini tak hanya menyebabkan banyak korban berjatuhan, tetapi juga membuat warga Palestina tidak mempunyai tempat aman dan memadai untuk merawat warganya.
Padahal, dalam Hukum Internasional, yakni dalam Konvensi Den Haag 1907 dan Konvensi Jenewa 1949, jelas disebutkan bahwa rumah sakit tidak boleh menjadi sasaran penyerangan. Tak hanya itu, penyerangan terhadap warga sipil, tenaga medis, dan satuan medis juga dilarang dalam hukum internasional.
Penyerangan di sekitar rumah sakit ini menyebabkan banyak korban jiwa dari seluruh kalangan usia. Akibat pemadaman di rumah sakit juga menimbulkan beragam kisah pilu bayi Gaza yang harus berjuang di tengah serangan yang membabi-buta.
Para relawan dan perawat yang ada di Gaza menceritakan kisah pilu bayi Gaza yang mereka temukan dan mereka rawat dari puing-puing serangan. Banyak yang masih berjuang untuk pulih dan sehat, namun banyak juga yang telah berpulang. Berikut kisah pilu bayi di Gaza yang terkumpul dari berbagai sumber. Semoga, aksi penjajahan yang dilakukan Israel terhadap Gaza segera berakhir dan tidak lagi memakan korban jiwa.
Baca Juga: 9 Sebab ASI Seret Pasca Melahirkan, Ini Cara Mengatasinya!
Kisah Pilu Bayi di Gaza: Tak Ada Tandu, Bayi Dibawa ke Rumah Sakit Pakai Gerobak Keledai
Perawat yang bertugas di Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Warda al-Awawda, mengungkapkan ada banyak bayi baru lahir yang harus dirawat di NICU. Tak hanya bayi prematur, sejumlah bayi harus menjalani perawatan intensif karena menjadi korban ledakan.
Situasi yang mencekam ditambah dengan peralatan dan akses yang kurang memadai, menyebabkan banyak bayi dilarikan ke rumah sakit dengan berbagai jenis transportasi. Beberapa bayi dilarikan ke rumah sakit tanpa tandu, yakni hanya menggunakan gerobak keledai atau digendong langsung menuju rumah sakit.
Biasanya, bayi-bayi ini diselamatkan oleh warga lain dari reruntuhan dan langsung dilarikan ke rumah sakit untuk segera mendapatkan tindakan.
Ditemukan di Reruntuhan, Bayi di Gaza Selamat Berkat Pelukan Bunda yang Sudah Tewas
Hassan Mishmish namanya, seorang bayi laki-laki yang tiba di rumah sakit setelah berhasil diselamatkan dari reruntuhan. Ia ditemukan berada dalam rengkuhan sang Bunda yang sudah tewas.
Di usia yang sangat belia, Hassan kehilangan kedua orangtuanya dan kini masih menjalani perawatan di bangsal anak-anak. Anggota keluarganya yang tersisa hanya sang Nenek yang juga terluka dan masih dirawat di rumah sakit yang sama.
Seluruh staf perawat bergiliran merawatnya sebab tak ada lagi anggota keluarga lainnya yang tersisa untuk menjaganya. Nahasnya, kasus seperti ini tak hanya menimpa Hassan Mishmish. Ada puluhan ayi dan anak-anak yang kehilangan orangtua, keluarga dan saudara karena menjadi korban dari serangan yang membabi-buta.
Kisah Pilu Bayi di Gaza: Dehidrasi Karena Kurang ASI
Organisasi HAM Bulan Sabit Merah Palestina menyebut, bayi-bayi yang dirawat di RS Al-Quds, Gaza, mengalami dehidrasi akibat kekurangan ASI. Bayi yang bertahan hidup dan menjalani perawatan di rumah sakit, mendapatkan nutrisi dari susu pengganti ASI atau bahkan hanya air mineral demi memepertahankan nyawa mereka.
Aliran Listrik Dicabut Israel, Bayi di Rumah Sakit Terpaksa Harus Dikeluarkan dari Inkubator
Serangan Israel tak hanya melalui aksi penembakan dan pengeboman yang membabi-buta. Mereka juga memadamkan sumber listrik dan menghentikan pasokan air bersih untuk warga Palestina.
Parahnya, serangan ini juga menimpa rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, RS Al-Shifa, yang menyebabkan banyak perawatan terhenti karena tidak adannya aliran listrik.
Bahkan, bayi-bayi baru lahir yang dirawat di RS tersebut harus dikeluarkan dari incubator dan diletakkan di bangsal biasa agar bisa bertahan hidup.
Kisah Pilu Bayi di Gaza: 3 dari 45 Bayi Prematur di RS Al-Shifa Meninggal Dunia
Peralatan medis yang terbatas dan serangan bertubi-tubi yang dilakukan Israek membuat perawatan bayi di Rumah Sakit Al-Shifa menjadi tidak optimal. Tanpa listrik dan incubator, bayi-bayi prematur yang masih sangat lemah, semakin sulit untuk bertahan hidup. Data terakhir menyebutkan, ada 3 dari 45 bayi prematur yang dirawat di rumah sakit tersebut, nyawanya tidak tertolong.
Mau berapa banyak lagi bayi-bayi tak bersalah yang harus meregang nyawa? Semoga apa yang terjadi di Palestina segera berakhir dan semuanya bisa pulih seperti sediakala.