check it now

Pemerasan Digital pada Anak: Ancaman Nyata di Era Gadget dan Media Sosial

Pemerasan digital atau sextortion adalah ancaman nyata bagi anak-anak di era internet. Orang tua perlu peka, waspada, dan bertindak cepat.

Daftar Isi Artikel

Di era serba digital, anak-anak semakin akrab dengan gadget dan media sosial. Sayangnya, perkembangan ini bisa membawa ancaman serius, salah satunya adalah pemerasan digital pada anak.

Kejahatan ini terjadi saat pelaku memanipulasi korban, termasuk anak-anak, untuk mengirimkan foto atau video pribadi kemudian mengancam akan menyebarkannya jika permintaan mereka tidak dipenuhi. Kondisi ini bisa membuat anak mengalami tekanan psikologis berat dan merasa tidak punya jalan keluar.

Karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali apa yang dimaksud pemerasan digital serta memahami apa saja bahaya serta bagaimana langkah preventif yang bisa dilakukan orang tua.

Baca Juga : Indonesia Peringkat 4 Dunia Pornografi Anak, Orang Tua Harus Waspada!

Apa Itu Pemerasan Digital pada Anak?

Pemerasan digital atau yang dikenal dengan istilah sextortion adalah bentuk kejahatan cyber di mana pelaku memanipulasi korban, termasuk anak-anak, agar mengirimkan konten pribadi yang sensitif seperti foto atau video. Setelahnya, pelaku akan mengancam untuk menyebarkan konten tersebut jika korban tidak menuruti keinginan mereka.

Kenapa anak-anak rentan menjadi korban sextortion?

Ada beberapa alasan mengapa anak-anak rentan menjadi korban pemerasan digital, yaitu:

  1. Kurangnya edukasi digital dari orang tua
  2. Anak-anak memiliki rasa penasaran yang tinggi
  3. Kurangnya pengawasan orang tua
  4. Merasa malu dan takut cerita kepada orang tua saat menjadi korban

Tanda-Tanda Si Kecil Menjadi Korban Sextortion

Penting bagi orang tua untuk peka terhadap perubahan sikap anak. Misalnya saat anak tiba-tiba mendadak jadi pendiam atau cemas berlebihan, menolak menggunakan gadget di depan orang tua, menghapus akun media sosial secara tiba-tiba, sering terlihat gelisah atau panik setelah bermain gadget serta menghindari pergaulan bahkan menolak pergi ke sekolah.

Jika sudah terjadi, lantas apa yang harus orang tua lakukan?

Jika orang tua mencurigai atau mengetahui anak menjadi korban sextortion, berikut langkah penting yang harus dilakukan:

1. Tenangkan Anak dan Jangan Menyalahkan

Anak sudah dalam kondisi stres dan merasa bersalah jadi jangan sampai orang tua juga ikut menyalahkan dan menghakimi. Pada posisi ini yang anak butuhkan hanyalah dukungan orang tua.

2. Simpan Semua Bukti Komunikasi

Screenshot percakapan, foto atau rekaman lain yang bisa digunakan sebagai bukti untuk melapor ke pihak berwajib agar segera ditindaklanjuti secara hukum.

3. Berikan Pendampingan Psikologis

Jika dukungan dari orang tua dirasa belum cukup dan anak masih terlihat trauma, jangan sungkan untuk meminta bantuan profesional seperti psikolog.

4. Bangun Kembali Rasa Aman Anak

Pastikan anak merasa didukung dan tidak sendirian menghadapi masalah ini.

Tindakan Preventif yang Bisa Dilakukan Orang Tua untuk Menghindari Anak Menjadi Korban Pemerasan Digital

Mencegah memang lebih baik daripada mengobati. Berikut beberapa langkah preventif yang dapat dilakukan orang tua untuk menghindari anak menjadi korban pemerasan digital:

  1. Bangun komunikasi terbuka dengan anak. Anak harus merasa aman untuk berbicara jika ada hal yang menggangunya.
  2. Ajarkan literasi digital dan keamanan cyber. Anak perlu tahu batasan dalam mengakses berbagai konten dan pentingnya menjaga privasi di dunia digital.
  3. Dampingi dan awasi anak saat menggunakan gadget atau mengakses media sosial. Pastikan orang tua tahu apa saja konten yang diakses anak setiap hari.
  4. Berikan edukasi tentang bahaya sextortion. Gunakan bahasa yang sesuai dengan usia anak agar mereka mengerti dan memahami risikonya.

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti

Daftar Isi Artikel

Updates