check it now

Konten Anomali: Ancaman Tersembunyi di Balik Video Lucu bagi Tumbuh Kembang Anak

Konten anomali kini ramai di media sosial dan banyak dikonsumsi anak-anak. Meski terlihat lucu, konten ini bisa berdampak buruk pada fokus, emosi, dan persepsi anak terhadap realita.

Daftar Isi Artikel

Bun, pernah dengar nama-nama seperti Tung Tung Tung Sahur, Bombardiro Crocodilo, Chimpanzini Bananini, Ballerina Cappuccina, Lirili Larila, Tralalero Tralala, atau Brr Brr Patapim? Mereka adalah karakter dalam konten anomali yang ramai dan menjadi pusat perhatian di berbagai platform media sosial.

Di era serba digital, anak-anak, termasuk Generasi Alpha, semakin akrab dengan gadget beserta kemudahan mengakses berbagai konten dari media sosial dan youtube. Tidak sedikit dari mereka menikmati video yang tampak lucu, mengibur namun aneh. Belum lagi video tersebut berisi animasi dengan karakter absurd seperti yang disebutkan sebelumnya.

Pertanyaannya, apakah konten anomali tersebut aman untuk tumbuh kembang buah hati?

Para pakar perkembangan anak mulai angkat suara. Bahkan ada yang mengatakan, “Konten seperti ini bukan hanya sekedar aneh, tapi berpotensi mengganggu perkembangan otak anak“.

Mengapa bisa begitu? Yuk simak penjelasannya!

Baca Juga : Dunia Anak Lagi Gak Baik-Baik Aja! Waspada Ancaman Pedofil di Balik Layar Gadget Si Kecil

Mengenal Konten Anomali, Kenapa Bisa Ramai dan Viral?

Konten anomali adalah konten digital yang dinilai tidak wajar, baik secara visual dan auditori. Bahkan tak jarang menyimpang dari narasi logis dan struktur cerita secara umum. Konten sejenis ini merupakan produksi AI (Artificial Intelligence).

Selain itu, ciri-ciri lain konten anomali yang banyak ditemukan di fyp atau timeline media sosial yakni memiliki visual yang bergerak cepat dan berulang, karakter dan suara yang tidak realistis, alur cerita tidak masuk akal, serta memiliki efek suara yang keras dan tidak sinkron.

Meski dinilai aneh dan absurd, namun anak-anak sangat menyukai konten anomali seperti ini. Kenapa, ya?

Alasannya sederhana. Anak-anak adalah penonton visual yang sangat responsif terhadap warna terang, gerakan cepat, dan suara unik. Otak mereka akan menyerap informasi dengan cepat, namun belum memiliki kemampuan menyaring mana yang bermanfaat dan mana yang merugikan.

Berikut 4 alasan mengapa anak-anak sangat menyukai konten sejenis ini :

  • Memiliki warna mencolok dan suara ekstrem menghasilkan stimulasi yang tinggi
  • Tidak perlu membuat anak berpikir, tinggal menonton dan tertawa
  • Sebagai dopamin instan seperti junkfood
  • Merupakan gaya humor Generasi Alpha yang tumbuh di era digital dengan berbagai konten unik

Dampak Konten Anomali Terhadap Tumbuh Kembang Anak

Berbagai riset menyatakan bahwa paparan konten aneh dan berulang bisa berdampak serius pada perkembangan kognitif dan emosional anak, yaitu :

1. Overstimulasi Otak

Konten dengan visual dan suara yang ekstrem bisa menyebabkan kelelahan otak. Alhasil anak jadi lebih mudah rewel, gelisah, atau tantrum.

2. Menurunkan Konsentrasi

Karena terbiasa menerima rangsangan berlebihan, anak kesulitan fokus pada aktivitas biasa seperti membaca atau bermain fisik.

3. Mengalami Distorsi Realita

Konten aneh membuat anak bingung membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak. Hal ini bisa berdampak pada cara mereka menafsirkan dunia nyata.

4. Membuat Anak Kecanduan Gadget

Konten jenis ini bersifat adiktif. Anak yang sering menonton akan terus mencari sensasi serupa bahkan menolak konten edukatif yang lebih lambat temponya.

5 Cara Orang Tua Melindungi Anak dari Paparan Konten Digital yang Tidak Wajar

Mengingat algoritma media sosial sangat cepat menyebarkan konten viral tanpa filter usia, di sinilah peran orang tua jadi sangat penting untuk melindungi buah hatinya dari paparan konten digital yang berpotensi mengganggu tumbuh kembangnya.

1. Bantu Anak Mengenali dengan Menonton Bersama

Jangan biarkan anak mengakses berbagai konten di media sosial sendiri. Sebisa mungkin luangkan waktu untuk melihat apa yang anak tonton. Bila menemukan konten aneh atau tidak masuk akal, stop tayangannya dan ajak anak diskusi.

2. Gunakan Platform Khusus Anak

Ayah dan Bunda bisa menggunakan aplikasi khusus anak yang lebih ketat dalam moderasi konten seperti YouTube Kids atau Netflix Kids.

3. Terapkan Screentime

Penerapan screentime jadi modal penting banget buat melindungi si Kecil dari paparan konten-konten negatif.

Ayah dan Bunda bisa lihat panduannya di sini.

4. Berikan Alternatif Kegiatan Fisik yang Menyenangkan

Kegiatan di dunia maya harus tetap diimbangi dengan aktivitas di dunia nyata.

Agar mereka tidak kecanduan, coba alihkan perhatian anak ke aktivitas kreatif seperti membaca buku bergambar, bermain peran, menggambar, atau kegiatan di luar rumah.

5. Beri Edukasi dan Pemahaman Sesuai Usia Anak

Ajarkan anak untuk bertanya “Apa yang aku lihat ini nyata? Apakah masuk akal?”

Dengan begitu, anak bisa logika dan imajinasi yang sehat

Konten anomali memang bukan sepenuhnya bisa dihindari di era digital. Tapi dengan pendampingan dan pengawasan yang tepat, anak bisa dilindungi dari efek negatifnya. Ingat, tumbuh kembang anak tidak hanya ditentukan oleh apa yang mereka pelajari, tapi juga oleh apa yang mereka konsumsi lewat layar.

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti

Daftar Isi Artikel

Updates