Sejatinya, ibu harus mewariskan cinta, kasih sayang, pengalaman serta memori yang berharga untuk buah hatinya. Namun sayangnya, tidak semua ibu bisa mewujudkan itu semua. Sebagian ibu justru mewariskan hal tak terduga, yakni luka batin.
Luka batin yang belum sembuh dapat menimbulkan inner child pada anak dan berpotensi terbawa hingga dewasa bahkan sampai mereka menjadi orang tua.
Memang apa sih yang dimaksud dengan luka batin dan apa dampaknya pada pola pengasuhan serta kondisi psikologis anak?
Baca Juga : Dampak Inner Child Terhadap Pengasuhan Anak
Mengenal Lebih Jauh Tentang Luka Batin pada Ibu
Psikolog Klinis Umum dari Ibunda.id, Dyah Ayu Kartika Paramita, M.Psi., Psikolog, menerangkan bahwa luka batin adalah sebuah cidera emosional atau psikologis yang diakibatkan adanya pengalaman emosional yang traumatik di kehidupan seseorang.
Munculnya luka batin bisa disebabkan banyak hal. Mulai dari kehilangan, perlakuan buruk, pelecehan, kekerasan fisik atau verbal, penolakan dan bentuk pengabaian lainnya.
“Luka ini dapat memengaruhi kesehatan mental sehingga membuat penderitanya kerap merasa sedih, kecewa, marah, cemas, bahkan merasa kehilangan dirinya sendiri,” terang Dyah.
Lebih lanjut, Founder dan CEO Paramitaforlife ini menjelaskan ibu yang masih memiliki luka batin akan memiliki emosi yang tidak stabil sehingga lebih mudah marah dan menangis.
Selain itu, ibu juga mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan, merasa tidak berharga, merasa cemburu bahkan merasa banyak kegagalan dalam hidup.
“Bahkan tanpa disadari, ibu bisa saja menunjukkan bahwa dirinya sedang menyimpan dendam atau memiliki keinginan untuk membalas luka yang sama dengan orang yang menyebabkan luka pada dirinya,” lanjutnya.
Dampak pada Pengasuhan Buah Hati
Lantas apa saja yang menyebabkan luka batin dapat muncul terus menerus?
Ada banyak hal yang menyebabkan luka batin muncul secara berulang seperti kondisi stres sehari-hari karena masalah keuangan, pertengkaran, atau kehilangan.
Selain itu, krisis emosional, kecenderungan berpikiran negatif serta tidak adanya dukungan dari pasangan atau keluarga juga bisa jadi pemicu munculnya luka ini secara terus menerus.
Luka batin yang masih bersemayam, kata Dyah, akan membuat Ibu bersikap toxic kepada buah hatinya.
Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang si Kecil. Emosi negatif yang ada di dalam diri ibu akan memengaruhi cara berkomunikasi, berinteraksi dan menerapkan pola asuh kepada anak.
“Ibu jadi kerap menghakimi, menyalahkan, menuntut, memberi ekspektasi yang tidak realistis, atau menyamakan experience-nya di masa lalu dengan anak di masa sekarang. Jika hal ini terus dibiarkan dan tidak segera mendapat pertolongan, maka besar kemungkinan akan terjadi trans generational trauma atau trauma yang diturunkan dari generasi ke generasi,” katanya.
Tips Memutus Rantai Toxic Parenting dari Ibu kepada Anak
Di akhir kesempatan Dyah membagikan beberapa cara untuk membantu ibu pulih dari luka batin yang dirasakan.
Baca Juga : Reparenting Inner Child, Pentingnya Lakukan Hal Ini Sebelum Putuskan Punya Anak!
- Mempelajari diri untuk pulih dan mencari tahu kebutuhan diri sendiri
- Mulailah untuk membuka diri dengan bercerita kepada orang-orang yang dipercaya
- Praktikkan beberapa teknik relaksasi saat emosi memuncak
- Belajar teknik merefleksikan diri dan masalah
- Menyadari setiap tindakan atau peran yang Ibu jalani (mindful)
“Terakhir, apabila Ibu sudah merasa buntu dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, segeralah mencari bantuan psikologis. Bisa dari psikiater atau psikolog untuk mengurangi gejala dan membantu ibu mengenali serta menerima trauma tersebut,” tutup Dyah.