Vaksin DBD menjadi solusi terkini yang mampu menjaga anak bangsa dari kasus demam berdarah yang masih mengkhawatirkan. Menurut data resmi dari Kementerian Kesehatan RI, dari awal tahun sampai dengan minggu ke-33 tahun 2023 telah tercatat 57,884 kasus demam berdarah dengue dengan 422 kematian yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama dengan Takeda telah membangun kerja sama publik dan privat yang kuat serta meluncurkan kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD pada hari ini.
Ruang lingkup kerja sama antara keduanya, meliputi:
- Peningkatan peran serta masyarakat atau pemberdayaan masyarakat;
- Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan;
- Penyusunan dan pelaksanaan terkait program koalisi bersama masyarakat menuju nol kematian akibat demam berdarah dengue (zero dengue death 2030);
- Pendekatan terpadu untuk pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue;
- Sinkronisasi data (bridging) dengan SIARVI (Sistem Informasi Arbovirosis);
- Peningkatan peran dan kerja sama penentu kebijakan di pusat dan daerah.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, mengatakan masyarakat Indonesia masih harus melihat DBD sebagai ancaman yang serius.
“Pemerintah telah menetapkan target pengurangan angka kasus infeksi dengue dan menuju 0 kasus kematian pada tahun 2030. Hal ini dilakukan melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025,” terangnya.
Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD yang diluncurkan Kemenkes RI Bersama Takeda juga merupakan salah satu program penting Koalisi Bersama (KOBAR) Lawan Dengue.
Menurut Maxi, salah satu yang menjadi harus menjadi perhatian adalah situasi iklim yang tidak menentu. Terutama keberadaan fenomena El Nino yang diperkirakan terjadi hingga akhir bulan ini.
“Seiring dengan terjadinya fenomena El Nino, suhu akan menjadi lebih hangat sehingga membuat nyamuk Aedes aegypti semakin mengganas. Bahkan frekuensi nyamuk menggigit bisa naik hingga 3-5 kali lipat saat suhu panas mencapai 30 derajat Celcius ke atas,” pungkasnya.
Baca Juga: 7 Tips Bentuk Si Kecil Jadi Anak Berbakat, Bunda Harus Tahu!
Vaksin DBD Jadi Pahlawan untuk Anak Indonesia
Demam berdarah dengue merupakan salah satu ancaman kesehatan global yang telah ditetapkan oleh WHO pada awal tahun 2020. Ketua Komunitas Dengue Indonesia, Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), menyebut bahwa anak-anak yang paling terkena dampak penularan infeksi DBD. “Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2022, pola kematian akibat dengue dominan di kelompok usia muda, yaitu 5-14 tahun (45%),” katanya.
Vaksin merupakan salah satu pilar strategi global penanggulangan DBD. Langkah ini perlu diperhatikan dan membutuhkan keterlibatan masyarakat secara aktif.
Dengan adanya vaksin yang dapat diberikan tanpa melihat pengalaman infeksi DBD sebelumnya, diharapkan ada banyak anak yang dapat terlindungi dari infeksi DBD. Selain itu, tentunya bisa turut berperan dalam menurunkan tingkat rawat inap akibat infeksi demam berdarah dengue.
Ketua Satgas Imunisasi Dewasa, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM, memaparkan orang dewasa juga terancam DBD. “Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah merekomendasikan vaksin DBD juga diberikan pada orang dewasa sampai umur 45 tahun. Saat ini, vaksin DBD dapat diberikan pada setiap orang pada rentang umur 6-45 tahun sesuai anjuran dokter,” tegasnya.
Pemerhati Dengue, Tika Bisono, turut hadir dan berbagi pengalamannya terkait infeksi DBD yang dialami keluarganya pada 16 tahun silam. Tika bahkan kehilangan putri tercintanya karena DBD. Pengalaman duka inilah yang mengantarnya menjadi duta perang melawan DBD dan mengedukasi Masyarakat tentang bahaya DBD.
“Hadirnya vaksin DBD ini akan membantu menurunkan angka keparahan dan kematian akibat infeksi DBD. Karenanya, kami ingin senantiasa mengajak masyarakat untuk dapat memanfaatkan akses vaksinasi ini agar mendapatkan perlindungan yang komprehensif oleh dokter dan ahli medis,” tuturnya.
Tika berharap masyarakat Indonesia dapat memaksimalkan kesempatan vaksinasi ini dan mendukung Indonesia menuju 0 kematian akibat DBD pada 2030 nanti.
Terakhir, Maxi pun mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjalankan prinsip-prinsip 3M plus dan vaksin mandiri DBD untuk mengatasi tantangan ini dan melindungi masa depan generasi mendatang.