Seorang Ayah bunuh anak kandung di Gresik, Jawa Timur pada Sabtu, 29 April 2023. Anak perempuan yang menjadi korban pembunuhan yang dilakukan ayahnya ini mengalami 24 luka tusuk di bagian punggung hingga menembus ke jantungnya.
Kini, pelaku bernama Muhammad Qodad Afalul atau Affan telah ditahan oleh kepolisian setempat untuk dimintai keterangan.
Pelaku mengaku stress berat karena istrinya kabur dari rumah dan menjadi pemandu lagu (LC). Sang istri juga meninggalkan ia bersama putrinya tiga hari sebelum terjadinya pembunuhan.
Meski begitu, alasan ia membunuh putrinya bukan karena sakit hati ditinggal sang istri, melainkan agar sang anak bahagia dan masuk surga.
Ayah korban yang sekaligus menjadi pelaku pembunuhan ini berpendapat, dengan membunuh putrinya (AZ), maka si kecil tak lagi tersiksa karena memiliki ibu yang banyak dosa.
Ia juga kasihan kepada putrinya yang kerap menjadi korban bully teman-temannya karena memiliki orangtua dengan latar belakang yang buruk.
Baca Juga: 5 Fakta Petasan Tewaskan Bayi di Gresik, Ngeri!
Dalam pikirannya, AZ akan bahagia dan tak lagi memikirkan Ibunya dengan cara membunuh anaknya serta mengirimkannya ke surga.
Pembunuhan dengan alasan apapun tak bisa dibenarkan. Tak ada tujuan baik yang bisa dicapai dengan membunuh, apalagi dengan cara ayah bunuh anak kandung.

Kondisi yang menimpa Affan sekeluarga adalah bukti bahwa menikah dan menjadi orangtua adalah suatu hal yang sulit untuk dijalani.
Dalam membangun bahtera rumah tangga, Ayah dan Bunda harus sudah sadar akan tanggung jawab yang diemban. Tak hanya siap secara fisik, kesiapan mental keduanya lebih penting untuk menjadi bekal agar tak terjadi hal-hal semacam ini.
Sebab, di setiap masalah orangtua, apapun itu, anak yang selalu menjadi korban. Maka, sebagai orangtua maupun calon orangtua, penting untuk memiliki kesiapan mental seperti di bawah ini.
1. Ayah dan Bunda harus Bahagia Lebih Dulu
Bagaimana mungkin Ayah dan Bunda bisa melahirkan dan merawat anak yang ceria dan bahagia jika orangtuanya malah terbebani secara mental?
Punya anak itu jangan FOMO! Jangan ikut-ikutan apalagi diburu-buru society. Dalam merencanakan kehadiran buah hati, Ayah dan Bunda harus berpikiran matang dan panjang.
Pertimbangkan, apakah satu sama lain sudah siap menerima kehadiran malaikat kecil untuk dirawat sepenuh hati?
Apakah Ayah dan Bunda sudah cukup dewasa dan tidak lagi menyikapi persoalan dengan mood swing, plinplan, labil?
Pertimbangkan banyak hal, serta tentunya Ayah dan Bunda harus bahagia lebih dulu agar bisa membahagiakan yang lain.
2. Percaya Bahwa Anak Tidak Lahir Atas Keinginannya Sendiri
Ungkapan itu benar adanya, lho! Anak tidak pernah meminta untuk dilahirkan. Ayah dan Bunda lah yang mengusahakan ia untuk hadir dan lahir di antara kalian.
Kalian yang mengundang si kecil agar hadir di dunia, jadi jangan sia-siakan kehadirannya. Jangan salahkan presensinya apalagi hingga bunuh anak kandung sendiri.
Oleh sebab itu, sebelum memutuskan untuk mengandung dan melahirkan si kecil, bicarakan segalanya dengan pasangan. Mulai dari rencana berapa anak, kebutuhan hidupnya, hingga pola asuh yang tepat.
Sebagai pasangan suami istri, hal ini tak boleh luput dari obrolan sehari-hari. Semua harus direncanakan agar anak tidak asal tumbuh tanpa tujuan.
3. Kesiapan Mental yang Utama Agar Tak Terjadi Ayah Bunuh Anak Kandung
Kesiapan mental ini tak bisa diukur dari seberapa muda atau seberapa tua seseorang. Mental itu berhubungan dengan karakter masing-masing.
Itulah mengapa, sebelum pernikahan biasanya diwajibkan menyertai bukti bahwa pasangan telah melakukan konselor pernikahan.
Sebab, pernikahan bukanlah suatu hal yang main-main. Pasangan suami dan istri, masing-masingnya harus dewasa secara mental sebelum berusaha membangun keluarga apalagi menyertakan anak didalamnya.
4. Punya Sikap Saling Menghargai Antar Pasangan
Sikap saling menghargai ini harus ada di antara pasangan. Sebab, dalam sebuah keluarga pastinya tak selamanya damai. Selalu ada pertengkaran atau cekcok yang membuat perselisihan.
Jika pertengkaran ini tidak diikuti dengan sikap saling menghargai, maka hubungan pernikahan yang telah dibangun bisa hancur dalam sekejap.
Dalam Thought Catalog, sikap saling menghargai dalam hubungan dapat ditunjukkan dnegan sikap saling jujur dan berbagi perasaan dengan komunikasi yang terbuka.
Hal ini juga ditandai dengan saling menerima dan melengkapi kekurangan pasangan serta tidak egois dalam menghadapi permasalahan.
5. Tidak Mudah Putus Asa dalam Menghadapi Tuntutan Baru Terlebih Hingga Ayah Bunuh Anak Kandung
Setiap manusia pasti selalu diuji dalam setiap step hidupnya, apalagi dalam kehidupan pernikahan. Tentunya, akan selalu ada hal yang membuat Ayah dan Bunda stress menjalani hidup.
Tuntutan hidup ini bisa berupa tuntutan ekonomi, tuntutan sosial, dan tuntutan lainnya yang membuat kepala pening.
Nah, mereka yang dinyatakan siap untuk menikah bukan berarti mereka tidak punya tuntutan hidup. Melainkan mereka yang tahu bagaimana harus bersikap ketika tuntutan hidup datang semakin banyak.
6. Memiliki Kemampuan Beradaptasi dan Pola Komunikasi yang Sehat
Hidup itu tentang perubahan. Kehidupan selama lajang, lalu menikah, lalu punya anak, pastinya tak luput dari perubahan.
Inilah mengapa hal yang paling penting sebelum menikah adalah memiliki kemampuan beradaptasi yang mumpuni.
Tak harus mampu sih, Ayah dan Bunda hanya perlu menerima bahwa segala sesuatunya akan berubah, tak ada yang sama selamanya.
Proses mampu beradaptasi ini juga harus dibarengi dengan pola komunikasi yang baik dengan pasangan. Komunikasi selalu menjadi kunci dalam setiap masalah.
Sebab, persoalan yang hanya dipikirkan sendirian tak akan pernah bertemu jawabannya. Itulah mengapa, segala hal perlu dikomunikasikan agar masing-masing memiliki perspektif baru dalam menghadapi sesuatu dan mampu menghadapi apapun persoalan tanpa berat sebelah.