Tidak hanya berpengaruh pada masalah kesehatan, pembatasan fisik dan sosial akibat pandemi selama dua tahun terakhir juga menyebabkan gangguan emosional, mental, dan perkembangan terutama pada anak.
Pasalnya, anak usia dini menjadi kehilangan tingkat interaksi bersama teman dan lingkungan yang mana merupakan tonggak penting bagi perkembangan sosial emosionalnya.
Memasuki masa transisi (pasca pandemi), baik anak maupun orangtua mulai memiliki rutinitas baru bersama lingkungan sosial dan menuntut adanya upaya adaptif.
“Momen transisi dapat menjadi kesempatan baik untuk mengasah dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, terutama dalam perkembangan sosial emosionalnya untuk merangsang dan memberikan kesempatan tumbuh kembang yang optimal,” ungkap Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia pada acara webinar Kiat Keluarga Indonesia Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi.
Manfaat Pengasuhan Bersama
Selama pandemi, BKKBN melakukan survei terkait pola asuh orangtua dan didapatkan data sebanyak 71,5% pasangan suami istri telah melakukan pola asuh kolaboratif, 21,7% mengatakan istri dominan, dan 5,8% hanya istri saja.
dr. Irma Ardiana, MAPS, Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menerangkan bahwa gaya pengasuhan dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak.
“Pengasuhan bersama antara ayah dan ibu menawarkan cinta, penerimaan, penghargaan, dorongan, dan bimbingan kepada anak-anak. Tak hanya itu, pengasuhan bersama juga dapat menekankan komunikasi, negosiasi, kompromi, dan pendekatan inklusif untuk pengambilan keputusan dan pembagian peran keluarga,” ungkapnya.
Dokter Irma juga menambahkan peran orang tua yang tepat dalam memberikan dorongan, dukungan, nutrisi, dan akses ke aktivitas untuk membantu anak memenuhi milestone aspek perkembangan merupakan hal yang penting. Dalam konteks percepatan penurunan stunting, pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi sangat penting untuk memastikan kebutuhan nutrisi dan psiko-sosial sejak janin sampai dengan anak usia 23 bulan.
Pentingnya Aspek Sosial Emosional pada Anak
“Aspek sosial dan emosional sangat penting bagi anak untuk mencapai semua aspek kehidupannya supaya dapat bersaing di fase kehidupan selanjutnya yang di mulai dari remaja hingga lanjut usia,” ujar Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH.
Bagi anak-anak, kebingungan menghadapi perubahan ruang dan rutinitas baru saat kembali menjalani kehidupan dan interaksi sosial dapat meningkatkan masalah sosial-emosional.
“Dari gangguan perkembangan emosi dan sosial tersebutlah dapat muncul masalah kesehatan di masa dewasa, seperti gangguan kognitif, depresi, dan potensi penyakit tidak menular,” imbuhnya.
Di akhir acara, Dokter Bernie juga menjelaskan mengenai fakta bahwa perkembangan emosi dan sosial berkaitan erat dengan kecerdasan otak dan sistem pencernaan yang sehat.
“Agar anak-anak dapat beradaptasi kembali dengan normal, memiliki keterampilan sosial-emosional yang memadai, serta memiliki kemampuan berpikir yang baik, maka orang tua perlu memantau perkembangan sosial emosional anak secara berkala serta memberikan stimulasi dan nutrisi yang tepat.” tutup Dokter Bernie.