Hampir satu tahun pandemi Covid-19 berlangsung. Selama itu pula, baik orang dewasa maupun anak-anak harus beradaptasi dengan pola hidup baru.
Mulai dari bekerja, hingga tantangan pengasuhan anak-anak karena harus sekolah dan melakukan aktivitas di rumah.
Hal tersebut juga dialami oleh aktor sekaligus dadpreneur Indra Brasco dengan anak sulungnya yang berusia 17 tahun.
“Indra pernah chaos dengan si sulung. Indra dengan pekerjaannya, dan si sulung yang tidak betah di rumah. Namun pada akhirnya semua bisa dilewati dengan pendekatan yang tepat yaitu duduk bersama anak-anak dan mendengarkan mereka.” kisah Mona Ratuliu istri Indra Brasco dalam talkshow acara penutupan Cussons Bintang Kecil 9.
Dari pengalaman tersebut, Indra dan Mona berusaha untuk terus belajar menjadi orangtua yang baik bagi empat buah hatinya yang sedang mengalami fase tumbuh kembang masing-masing.
Problematika di Era Digital bagi Orangtua
Kita tahu, kemajuan teknologi di era digital memberikan banyak kemudahan bagi semua orang untuk mengakses informasi. Tak terkecuali informasi pengasuhan atau parenting.
Namun, karena kemudahan tadi tak jarang membuat orangtua merasa bingung, bimbang, dan stres memikirkan pola asuh seperti apa yang tepat untuk diterapkan kepada buah hatinya.
Hal tersebut juga didukung dengan banyaknya informasi terkait pola pengasuhan, mulai dari artikel di media, hingga postingan influencer tentang kisah pengasuhan atau family goals mereka.
Perasaan bingung, bimbang, stres dan cemas tersebut sebenarnya timbul karena satu hal yaitu keinginan orangtua untuk memberi yang terbaik bagi buah hatinya.
Padahal, kita perlu tahu bahwa setiap anak memiliki sifat dan karakter berbeda sehingga pola asuh yang diterapkan pun tak sama. Adapun yang terpenting adalah membuat anak merasa nyaman dan tak tertekan.
Karena itulah, Indra dan Mona kerap melakukan ‘check point’ seminggu sekali untuk menanyakan perasaan anak-anaknya. Mereka mengerti bahwa mood atau perasaan anak-anak juga bisa berubah-ubah.
Intuitive Parenting Sebagai Solusi Alternatif
Menyikapi hal tersebut psikolog anak, keluarga, dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi menyarankan orangtua untuk menggunakan pendekatan Intuitive Parenting dalam mengasuh anak.
“Intuitive Parenting (IP) memerupakan salah satu pendekatan dalam pengasuhan di mana orangtua lebih mengandalkan apa yang dipikir baik untuk anak,” ujar Vera.
Vera juga menyakini kalau pendekatan ini dapat membuat orangtua lebih percaya diri dalam mengasuh anak-anak. Dengan begitu, orangtua dapat fokus kepada kebutuhan anak dan bukan sekadar mengikuti pola pengasuhan orang lain.
“Fokus utama IP bukan sekadar menjadikan anak cerdas, tapi juga percaya diri, tangguh, dan tidak mudah menyerah,” imbuhnya.
Selain berfokus pada masing-masing anak, pendekatan IP juga berbekal pada tiga hal.
Pertama, orangtua harus memahami tahap tumbuh kembang anak.
Misalnya, orangtua wajib paham milestone bayi 9 bulan, ataupun anak empat tahun. Sebab, proses tumbuh kembang anak di setiap tahap usia tentu berbeda.
Kedua, orangtua harus berkomitmen dalam membagi waktu dan energi untuk.
Pastikan orangtua selalu menemani setiap tahap perkembangan usianya dan bisa benar-benar hadir baik lahir maupun batin ketika bersama anak.
Selain sebagai main giver yang memastikan semua kebutuhan anak tercukupi, orangtua juga berperan sebagai partner.
“Orangtua sebagai pihak yang mendengarkan anak, bukan menyuruh atau memerintah,” tambah Vera.
Ketiga, orang tua harus memiliki regulasi emosi yang baik.
Tak bisa dipungkiri terkadang perilaku ‘ajaib’ anak kerap menyulut emosi dan kekesalan orangtua. Karena itu, saat kekesalan menghadapi anak sudah sampai puncaknya, tenangkan diri terlebih dahulu baru kembali lagi kepada anak.
Vera juga menjelaskan dalam pengasuhannya, orangtua memang mengikuti anak, tetapi bukan mengikuti kemauan anak, melainkan mengikuti temperamennya dan menyesuaikan dengan tipe anak.
“Selain bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan, IP juga dipercaya dapat mendukung perkembangan 3 karakter utama pada anak, yaitu kepercayaan diri, ketangguhan (resilience) dan kegigihan (persistence)” tutup Vera.