Menjaga kesehatan mata adalah sesuatu yang penting dan harus dilakukan. Karenanya jangan segan melakukan tes mata sejak dini, ya.
Seperti yang banyak diketahui bahwa mata adalah jendela dunia. Lewat mata, seseorang bisa melihat dan belajar banyak hal. Itu sebabnya, kesehatan organ tubuh yang satu ini sangat penting untuk dijaga, salah satunya dengan melakukan tes mata.
Namun sayang, masih banyak orangtua yang beranggapan bahwa tes mata pada anak tidaklah diperlukan kecuali ditemukan keluhan yang spesifik, seperti kesulitan saat melihat tulisan dengan jarak jauh atau pandangan menjadi buram.
Menurut dr. Florence M. Manurung, SpM dari Jakarta Eye Center @ Kedoya, anak-anak—terutama yang berusia balita—umumnya belum memahami keluhan buram atau kurang jelas melihat. Mereka cenderung beranggapan ketika dirinya tidak jelas melihat suatu objek, maka teman-temannya pun merasakan hal yang serupa.
Masih menurut penuturan dari dr. Florence bahwa kebanyakan orangtua yang menemukan/menyadari adanya gejala yang tidak biasa pada mata anak justru mengingkari keadaan tersebut. Padahal kondisi demikian sangat mengkhawatirkan. Jika terlambat ditangani, maka pemulihannya jauh lebih sulit.
Kapan si kecil harus melakukan tes mata?
Tes mata pada anak umumnya bisa dimulai sebelum usia 3 tahun, namun apabila ada salah satu anggota keluarga yang menggunakan kacamata, maka di usia 1 tahun pun kesehatan mata anak sudah bisa dicek.
“Idealnya, pada usia 3 tahun anak sudah harus melakukan tes mata. Sebab faktanya, ada beberapa penyakit dan gangguan mata anak yang harus diatasi sebelum usia 4 tahun. Untuk frekuensinya, tes mata sebaiknya dilakukan satu kali dalam setahun. Namun apabila ditemukan kelainan pada mata anak, maka pemeriksaannya bisa lebih sering dilakukan.” ungkap dr. Florence.
Namun ada beberapa kondisi anak yang sudah pasti memerlukan pemeriksaan mata, seperti anak yang lahir prematur atau ada infeksi selama dalam kandungan, anak yang matanya tampak juling, anak yang sering memicingkan mata atau memiringkan kepala, serta anak yang matanya goyang atau tidak fokus (nystagmus).
dr. Florence memberikan penjabaran sebagai berikut:
Untuk memberikan gambaran mengenai tes mata pada anak.
1. Dokter akan melakukan pemeriksaan visus (tajam pengelihatan)
Dengan menggunakan huruf, angka, atau gambar sesuai usia anak. Sedangkan pada bayi, visus dilakukan menggunakan mainan atau wajah.
2. Pemeriksaan juling dengan pergerakan mata.
3. Pemeriksaan bagian depan bola mata
Untuk melihat ada atau tidaknya kelainan kelopak mata, infeksi mata, katarak, atau glaukoma pada anak.
4. Pemeriksaan bagian dalam mata atau retina.
Umumnya, kasus kelainan mata pada anak yang sering ditemukan adalah kelainan reflaksi, mata malas (ambliopia), dan mata juling. Sementara kasus yang jarang terjadi namun perlu diwaspadai adalah katarak kongenital, glaukoma kongenital, dan retinopathy of prematurity (ROP) pada bayi prematur.
“Agar kesehatan mata anak lebih terjaga, orangtua jangan sampai lengah dalam memperhatikan tanda-tanda gangguan mata pada anak. Perhatikan gelagat anak saat melihat sesuatu, terlebih saat melihat objek yang jauh, apakah anak menyipitkan mata, memiringkan kepala, atau mendongakkan kepala? atau pada saat menontoh televisi, saat berjalan, kebiasaan mengucek mata, berkedip, hingga mata merah juga perlu diwaspadai.” tutup dr. Florence.