check it now

Dampak Hukuman Fisik Bagi Kesehatan Mental

Daftar Isi Artikel

Hukuman fisik kerap dijadikan solusi mendisiplinkan anak. Padahal menurut sejumlah penelitian, hal tersebut justru berdampak negatif. Bahkan dipercaya dapat memicu agresifitas sekaligus membuat IQ anak menurun. 

Mendidik anak dengan cara yang “sempurna” layaknya sebuah teori memang bukan perkara yang mudah. Pasalnya, dalam sehari-hari ada saja berbagai kejadian yang membuat emosi tersulut. Mulai dari keributan antara si kecil dengan saudara atau temannya, jam belajar yang terus-terusan dilewati, hingga anjloknya nilai anak di sekolah. Alhasil hukuman fisik pun dijadikan jalan pintas untuk mendisiplinkan mereka.

Memang, pada dasarnya hukuman fisik itu sendiri bukanlah suatu hal yang baru. Bahkan mungkin sebagian dari kita sering melihat atau malah dulu pernah merasakan hukuman fisik dari orangtua, sehingga mengganggapnya sebagai suatu kewajaran yang tanpa disadari diteruskan dari generasi ke generasi.

Tapi seiring dengan semakin majunya peradaban dan ilmu pengetahuan, hukuman fisik pun kembali dipertanyakan efektifitasnya dan diuji kembali lewat berbagai penelitian. Hasilnya alih-alih menimbulkan dampak positif, hukuman fisik ternyata justru lebih banyak menimbulkan dampak negatif sehingga harus segera disudahi.

Dampak Hukuman fisik

Topik soal hukuman fisik untuk anak memang sering menimbulkan pro kontra.  Di dunia barat misalnya, American of Pediatrics turut menyoroti perilaku orangtua di Amerika yang kerap memukul bokong buah hati agar si kecil tidak membandel.

Ternyata setelah diteliti lebih jauh, American of Pediatrics yang berisi 67 ribu dokter itu menemukan fakta jika hukuman fisik justru tidak efektif membuat anak disiplin. Sebaliknya, hukuman yang menyakiti tubuh akan menyebabkan peningkatan agresifitas dan menyebabkan anak jadi lebih suka menentang di masa depan.

Hal tersebut diamini oleh Annisa Meizvira, M.Psi dari Klinik Vida Kita di Bogor. Menurutnya,  hukuman fisik hanya efektif mendisiplinkan anak dalam jangka pendek. Dengan kata lain jika dilakukan secara terus-menerus sampai menimbulkan luka, maka bukan tidak mungkin si kecil tumbuh menjadi pribadi yang agresif dan nantinya akan melakukan kekerasan pada kawannnya. Bahkan kelak ketika dewasa, bisa saja perilaku tersebut membuatnya jadi ringan tangan pada buah hati atau pasangannya.

Lebih jauh penelitian yang diterbitkan oleh National Institutes of Health di Amerika Serikat juga menyatakan, bahwa berdasarkan penelitian terungkap fakta adanya pengurangan volume pada bagian otak orang dewasa yang semasa kecil kerap mendapatkan kekerasan. Hal tersebut jelas akan memengaruhi kognisi sosial sehingga kecerdasaan intelegensinya atau IQ-nya menurun. Berdasarkan sejumlah fakta tersebut, tak heran jika para pakar kejiwaan dengan tegas menolak diberlakukannya hukuman fisik untuk mendidik anak dengan alasan apapun.

Karenanya Annisa menyarankan bahwa sebaiknya orangtua lakukan komunikasi yang intens dengan anak. Alhasil bisa seandainya si kecil tidak melaksanakan tugasnya dengan baik atau melanggar aturan, kita bisa menggali informasi mengapa dirinya lalai dan kemudian memperbaikinya bersama. Alih-alih memberinya hukuman yang justru membuat mental anak terganggu.

 

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti