Banyak orangtua yang protes tentang wisuda yang diselenggarakan mulai dari jenjang TK hingga SMA. Kebanyakan dari mereka merasa keberatan dengan biaya yang harus dikeluarkan demi terselenggaranya perayaan tersebut.
Wisuda seharusnya menjadi selebrasi menyenangkan dan penuh kebahagiaan. Acara ini menjadi tanda bahwa anak kita telah menyelesaikan jenjang pendidikan yang telah susah payah ia tempuh.
Selebrasi ini biasanya lebih sering ada pada tingkat sarjana dan pascasarjana. Tak heran jika wisuda pada jenjang TK hingga SMA malah menuai kontroversi dan protes dari banyak pihak.
Salah satu bentuk protesnya diungkapkan oleh Lahm Marbun melalui Facebook dengan unggahan, “Kembalikan wisuda hanya untuk yang lulus kuliah saja. TK, SD, SMP, SMA tidak perlu. Bikin pusing orangtua aja, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,”.
Tak hanya itu, yang lainnya bahkan menuliskan bentuk protesnya di kolom komentar Instagram Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim.
“Mas Menteri, tolong dengarkan keluhan emak-emak di daerah, sekarang lulus PAUD, TK, SD, dst kok pakai wisuda segala? Bayar wisuda, belum biaya make up, belum lagi pikniknya, padahal masih persiapan mau masuk sekolah ke jenjang berikutnya juga butuh biaya, kasihan yang tidak punya,” tulis akun Instagram @mama.herlina010565.
Tak hanya satu, bahkan ada ratusan komentar di kolom Instagram Nadiem yang menyuarakan hal yang sama, yakni penghapusan wisuda TK hingga SMA.
Ayah dan Bunda, coba kita cari tahu lagi, yuk! Sebenarnya penting nggak sih wisuda dari jenjang TK hingga SMA ini?
Baca Juga: Syahnaz Diterpa Isu Selingkuh, Ini 9 Potret Gemas Dirinya Bersama Si Kembar!
Pentingkah Wisuda TK Hingga SMA?
Tidak ada yang salah dari perayaan wisuda di tingkat paling awal. Seperti TK Kuncup Pertiwi di Kendari, Sulawesi Tenggara, yang menyelenggarakan wisuda di tempat rekreasi hingga hotel mewah.
Hal negatif dari wisuda ini tentu saja ialah kesulitan orangtua dalam mendanai acaranya. Seperti yang disebut oleh akun Mama Herlina, orangtua dipaksa untuk membiayai perayaan wisuda anak, setelahnya harus menyiapkan dana ke jenjang pendidikan berikutnya.
Wisuda juga dianggap sebagai hal yang sakral. Sebuah selebrasi yang seharusnya dilakukan ketika anak benar-benar telah selesai menempuh pendidikannya dengan susah payah, seperti lulus kuliah.
Oleh sebab itu, masyarakat meminta Nadiem untuk mengembalikan perayaan wisuda hanya untuk tingkat sarjana dan pascasarjana saja. Sebab, lulus dari jenjang tersebut membutuhkan perjuangan yang besar dan pantas untuk dirayakan.
Terlepas dari hal-hal di atas, sebenarnya ada beberapa hal positif yang bisa didapatkan si kecil ketika ia melaksanakan wisuda dari jenjang paling awal, yaitu:
1. Wisuda TK Hingga SMA Ialah Bentuk Apresiasi
Perayaan wisuda pada jenjang TK hingga SMA tentu menjadi momen spesial dan baru untuk si kecil. Hal ini membuatnya merasa sekolah adalah tempat yang menyenangkan dan membuat effort belajarnya dihargai.
2. Tingkatkan Rasa Percaya Diri
Perayaan wisuda biasanya diwarnai dengan penampilan-penampilan unjuk bakat yang ditampilkan oleh mereka yang lulus sekolah. Nah, momen ini bisa digunakan si kecil untuk menunjukkan bakatnya dan meningkatkan rasa percaya diri.
Selain itu, prosesi menggunakan toga dan dipanggil namanya dengan predikat lulus, tentu membuat si kecil bahagia dan bangga pada dirinya.
3. Memotivasi Si Kecil Agar Berprestasi
Pada perayaan wisuda tentu guru akan menyebutkan nama-nama anak yang berprestasi selama di sekolah. Prestasi ini tak hanya dalam bentuk akademis, melainkan juga dalam bentuk non-akademis seperti di bidang seni dan olahraga.
Jika si kecil masuk ke dalam daftar anak-anak berprestasi tersebut, maka wisuda tentu menjadi momen bahagia dan validasinya. Namun, apabila ia belum masuk kategori berprestasi, maka hal ini bisa memotivasinya untuk berusaha lebih kuat untuk bisa berprestasi seperti teman-temannya.
Bagaimana Pemerintah Tanggapi Hal Ini?
Nadiem Makarim belum buka suara terkait protes yang diajukan orangtua terkait pelaksanaan wisuda dari jenjang TK hingga SMA. Meski begitu, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek RI, Anindito Aditomo, menyampaikan tanggapannya.
Dilansir dari Detik, Anindito yang kerap disapa Nino menegaskan bahwa wisuda pada jenjang TK hingga SMA tidak boleh menjadi kegiatan wajib yang memberatkan orangtua murid.
Ia juga meminta kepada pihak sekolah untuk melakukan musyawarah terlebih dahulu kepada seluruh wali murid sebelum menentukan kegiatan bersama di sekolah.
Hal ini juga merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah pasal 12. Peraturan ini berbunyi, “Komite Sekolah baik perseorang maupun kolektif dilarang mengambil atau menyiasati keuntungan ekonomi dari pelaksanaan kedudukan, tugas, dan fungsi Komite Sekolah, serta dilarang melakukan pungutan dari siswa atau orangtua murid maupun walinya”.
Jadi, menurut Ayah dan Bunda, wisuda pada jenjang TK hingga SMA masih pentingkah untuk diteruskan?