Tidur tengkurap, tidur pada permukaan lembut dan empuk, menggunakan bantal dan bedcover tebal bisa meningkatkan risiko SIDS.
Bayi berusia di bawah satu tahun dan hampir 90% pada usia kurang dari 6 bulan, sangat rentan mengalami Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau sindrom kematian mendadak
Layaknya silent killer, SIDS memang perlu diwaspadai orangtua yang baru memiliki buah hati. Karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui apa penyebabnya, sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan.
SIDS atau yang sering kali disebut Çrib Death dapat tiba-tiba menyerang sang buah hati tanpa penyebab yang diketahui. Sindrom ini terjadi saat bayi sedang tidur, biasanya tengah malam sampai pukul 06.00 pagi.
SIDS menurut dr. Yose Muliawan Pangestu, SpA dari Rumah Sakit Mayapada Hospital, merupakan penyebab kematian yang paling sering ditemukan pada bayi di bawah usia satu tahun dan hampir kebanyakan menyerang bayi berusia 2-4 bulan ketika sedang dalam kondisi tidur.
Dokter Yose juga mengatakan bahwa gejala SIDS seperti halnya gejala sufokasi (tercekik) berupa napas yang terhenti, kebiruan pada bibir, lidah, dan kulit muka pucat. Terjadi juga perubahan tonus otot, bayi tak merespon dan tak sadarkan diri hingga akhirnya detak jantung berhenti seketika.
Penyebab SIDS
Bayi yang meninggal karena SIDS menurut dokter Yose memiliki underlying disease atau kerentanan seperti faktor genetik dan abnormalitas otak tersembunyi yang kemudian terpapar oleh faktor pencetusnya seperti posisi tidur yang tidak aman, lingkungan tidur hingga ibu yang merokok.
“Meski hingga saat ini penyebab pasti SIDS belum diketahui, namun ada beberapa faktor risiko di antaranya bayi tidur tengkurap, bayi tidur pada permukaan lembut atau empuk seperti sofa atau ranjang, tidur menggunakan bantal dan badcover tebal atau boneka-boneka yang banyak di tempat tidur.” terangnya.
Bayi yang tidur tengkurap atau pada permukaan lembut cenderung akan kesulitan untuk bernapas. Dalam posisi tersebut, pergerakan udara di mulut bayi menjadi terganggu karena adanya penyempitan jalan napas. Hal tersebut menyebabkan bayi menghirup karbon dioksida yang baru saja diembuskan, sehingga kadar oksigen dalam tubuh berkurang.
Tak hanya itu, alas tidur yang lembut atau empuk serta benda-benda yang ada di atas kasur saat bayi tidur seperti bantal, selimut, badcover, atau boneka-boneka juga dapat menutupi mulut dan hidung bayi yang akan menghambat jalan napas saat tidur.
Masih menurut pemaparan dokter Yose, tidur satu ranjang dengan bayi juga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya SIDS. Meski dinilai dapat memperkuat ikatan batin antara anak dan orangtua, namun nyatanya bila anak masih berusia di bawah satu tahun, sangat tidak dianjurkan bagi orangtua untuk tidur satu ranjang.
Mengapa? Alasannya karena dikhawatirkan orangtua tidak sadar saat berbalik badan dan menimpa si kecil. Hal tersebut bisa membuat terjepit dan mengakibatkan penyumbatan pada jalur napasnya.
Selain itu, bayi ang memakai baju terlalu banyak atau berlapis-lapis ketika tidur juga dapat berpotensi mengalami SIDS. Bayi bisa saja merasa kepanasan yang mengakibatkan peningkatan metabolisme, sehingga bayi dapat kehilangan kontrol pernapasan.
Hal lain yang juga dapat memicu SIDS adalah bayi yang lahir dari ibu muda berusia di bawah 20 tahun dan tidak pernah konsultasi ANC selama kehamilan.
Langkah pencegahan
Mengingat SIDS adalah kondisi spontan dan mendadak serta cukup tingginya angka kematian pada bayi akibat sindrom ini, maka menurut dr. Yose, orangtua perlu melakukan langkah pencegahan yang tepat sejak dini.
Pertama, saat bayi tidur letakkan pada posisi telentang. Posisi ini merupakan posisi yang paling baik karena tidak akan menghalangi jalan napas bayi. Bila tiba-tiba posisi bayi berubah, segera betulkan posisinya menjadi telentang kembali.
“Menidurkan bayi dengan posisi telentang dapat menurunkan risiko SIDS hingga 50%. Posisi bayi tengkurap atau miring hanya dibolehkan ketika bayi terbangun dan diawasi oleh orangtua.” jelas dr. Yose.
Kedua, jangan tidur satu kasur dengan bayi. Room sharing menang dianjurkan, tapi tidak untuk bed sharing. Ada baiknya tidurkan bayi pada box sendiri yang masih terjangkau dan satu ruangan dengan orangtua. Sebab, ketika bayi tidur satu kasur yang sama dengan orangtua, hal tersebut dapat membatasi ruang gerak bayi dan bisa mengganggu jalan pernapasan. Jika orangtua ingin tidur satu kasur dengan bayi, lebih aman tunggu hingga usia bayi di atas satu tahun.
Ketiga, jangan biarkan bayi tidur di ata permukaan yang datar, terlalu empuk, dan lembut. Jauhkan juga berbagai boneka atau mainan-mainan lain dari tempat tidur, supaya bayi tidak tertindih benda-benda tersebut. Apabila bayi membutuhkan selimut, jangan sampai berikan selimut yang melebihi dada dan pastikan kaki bayi berada di ujung ranjang.
Keempat, jauhkan bayi dari asap rokok. Merokok saat hamil adalah faktor risiko utama terjadinya SIDS. Begitu pun dengan asap rokok yang bayi hirup juga dapat meningkatkan SIDS.
Kelima, berikan ASI eksklusif pada bayi. Menyusui bayi terbukti mampu menurunkan risiko SIDS hingga 50%. Sebab kandungan ASI dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit dan infeksi.
Keenam, jangan biarkan bayi dalam kondisi panas atau gerah saat tidur. Karenanya usahakan kamar bayi memiliki suhu nyaman dan sirkulasi udara yang baik. Berdasarkan hasil studi medis yang diterbitkan The Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, ditemukan fakta bahwa penggunaan kipas angin saat tidur juga dapat turut berperan menurunkan risiko SIDS hingga 72%. Hal tersebut karena udara yang dikeluarkan kipas angin dapat membantu membuyarkan karbondioksida dalam ruangan sehingga menurunkan risiko rebreathing (menghirup karbondioksida hasil pernapasannya sendiri) pada bayi.
Namun pastikan kipas angin yang digunakan bersih dari kotoran dan debu, putaran kipas angin tidak terlalu besar, dan tidak mengarahkan kipas angin langsung ke wajah atau tubuh bayi.
“Selain itu, pastikan ibu rutin melakukan pemeriksaan dan konsultasi ANC selama kehamilan untuk memastikan ibu dan janin dalam keadaan baik.” tutup dr. Yose.