Berita duka cita yang begitu menyayat hati datang dari Jawa Timur. Seorang siswa SD berusia 11 tahun mengakhiri hidupnya lantaran tak kuat menghadapi bullying di sekolah.
Selama bersekolah, ia kerap diejek karena tidak memiliki ayah. Padahal, sang ayah baru meninggal 1 tahun yang lalu.
Duka atas kehilangan ayah dan perundungan yang terjadi selama di sekolah, membuatnya putus asa dan memutuskan untuk menyusul ayahnya ke surga.
Kasus seperti yang terjadi di Jawa Timur bisa jadi bukan satu-satunya. Data dari UNICEF menyebut bahwa 40% kasus bunuh diri di Indonesia terjadi karena bullying.
Sementara menurut laporan ICRW (International Center for Research on Women) hampir 84% anak Indonesia mengalami tindak kekerasan di sekolah yang bersumber dari bullying.
Masalah perundungan atau bullying hingga kini masih belum ada langkah pencegahan yang nyata. Padahal, konsekuensi dari tindakan bullying pada anak sangat mengkhawatirkan bagi tumbuh kembangnya hingga dewasa.
Oleh karenanya, orangtua sebagai sosok yang paling dekat dengan anak harus lebih waspada dan peka pada anak.
Kenali Tanda Bullying pada Anak
Meski rasanya sulit untuk menerima bahwa anak kemungkinan mengalami perundungan di sekolah, tapi Bunda harus mampu mengenali tanda-tanda bullying pada anak sedari awal.
Kasus perundungan yang segera ditangani dapat meminimalisir berbagai jenis kemungkinan buruk yang akan terjadi di masa depan. Berikut tanda-tandanya:
- Anak sering susah tidur, bahkan alami insomnia
- Sulit berkonsentrasi dalam keadaan apapun
- Sering beralasan agar bisa bolos sekolah
- Tiba-tiba menjauh dari aktivitas yang ia sukai (seperti ekskul sepak bola atau bermain dengan teman sebaya)
- Tampak gelisah, muram, lesu, putus asa, kehilangan rasa percaya diri, cemas dan menutup diri dari orang sekitar
- Sering mengeluh barangnya hilang atau rusak
- Nilainya di sekolah menurun, enggan mengerjakan tugas hingga tak ingin sekolah
- Timbul luka-luka di sekitar tubuhnya tanpa alasan yang jelas dengan frekuensi yang sering
Cara Bunda Hadapi Anak yang Jadi Korban Bullying
Tidak ada orangtua yang sanggup melihat anaknya menjadi korban bullying. Anak-anak seringkali lebih takut ketika harus bercerita tentang perundungan yang terjadi di sekolah kepada orangtua. Mereka merasa apa yang terjadi di sekolah adalah kesalahannya.
Meski begitu, jika Bunda melihat tanda-tanda perundungan atau bahkan anak Bunda berbesar hati untuk bercerita, maka hal pertama yang harus Bunda lakukan adalah mendengarkan cerita anak dengan tenang.
Jangan tunjukkan ekspresi marah, kecewa, atau kesal pada anak, terlebih meminta mereka untuk melawan. Sebab, hal tersebut akan membuat anak merasa bersalah karena telah bercerita.
Lebih baik tunjukkan sikap yang suportif. Puji anak karena ia sudah berani untuk menceritakan apa yang terjadi. Ingatkan dia bahwa bullying yang terjadi bukanlah salahnya.
Jelaskan bahwa mengintimidasi dan merundung orang lain adalah perilaku yang jahat. Yakinkan anak bahwa apapun yang terjadi, Bunda dan Ayah akan selalu ada membantunya dan menjadi tempatnya bercerita.
Selain itu, Bunda bisa menyarankan beberapa hal yang dapat anak lakukan untuk menghadapi tingkah pem-bully.
- Ajarkan anak untuk tidak mem-bully atau membalas perilaku bullying yang terjadi kepadanya. Minta anak untuk menghindar atau meminta bantuan orang dewasa di sekitarnya jika terjadi perundungan
- Menjelaskan pada anak bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan
- Minta anak untuk lebih fokus dan memaksimalkan diri pada hal-hal positif dalam dirinya
- Jika perundungan terjadi di sekolah, ceritakan hal tersebut kepada guru atau wali kelas agar dapat menemukan jalan keluar yang baik untuk semuanya
- Ajari anak untuk tidak malu, minder atau takut ketika menghadapi para perundung. Minta anak untuk berkumpul dengan teman-temannya dan jangan sendirian ketika di sekolah
Bunda Harus Lakukan Ini Agar Anak Tak Jadi Korban Perundungan
Kasus perundungan pada anak terkadang tak bisa dihindari dan terjadi begitu saja tanpa bisa diprediksi. Meski begitu, Bunda bisa lho mencegah hal buruk seperti ini terjadi pada anak.
Salah satunya adalah dengan cara melatih keterampilan sosial anak. Pelaku perundungan biasanya mencari target yang lemah, jarang bergaul, dan kurang percaya diri.
Maka dari itu, Bunda harus mulai melatih keterampilan sosial anak sebelum anak memasuki jenjang pendidikan. Langkah yang harus dilakukan seperti:
- Memberikan afirmasi positif pada anak setiap hari. Katakan bahwa si kecil adalah anak yang pintar, baik dan percaya diri
- Apresiasi hal-hal kecil yang dilakukan anak secara cukup dan tidak berlebihan
- Ajak anak untuk berperilaku ramah, murah senyum, peka terhadap sekitar, dan suka menolong
- Ciptakan suasana rumah yang aman dan hangat untuk anak. Selain jadi orangtua, Bunda juga harus bisa berperan sebagai tempat anak bercerita
- Berikan perhatian dan kasih sayang yang cukup. Pastikan anak merasa disayangi dan dihargai setiap hari