Beberapa hari belakangan, dunia digegerkan dengan penyebaran virus Nipah yang mulai marak di India. Penyebaran virus ini bahkan telah memakan dua korban jiwa. Hal ini menyebabkan banyak negara porak-poranda, terutama Indonesia.
Virus ini menyebar di wilayah Kerala, India, dan seluurh kasusnya dilaporkan terjadi di Distrik Kozhikode, Kerala Utara. Kasus kematian pertamanya terjadi pada 30 Agustus dan awal bulan September 2023.
Saat ini, wilayah Kerala mulai melakukan lockdown dan kembali menggunakan masker, serta menerapkan physical distancing untuk menghentikan penyebarannya. Selain itu, sebanyak 706 warga, termasuk 153 petugas kesehatan di wilayah tersebut wajib dites untuk menelusuri kontak virus.
Sebenarnya, apa itu virus Nipah? Perlukah kita merasa panik dengan kehadirannya?
Baca Juga: 7 Fakta Shabira ‘Lala’ Kena Penyakit Non Medis, Dikirimi Santet?
Virus Nipah Itu Apa? Berbahayakah?
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus Nipah merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan melalui hewan seperti babi dan kelelawar buah ke manusia. Virus yang bikin geger ini dapat menular ke manusia melalui makanan yang terkontaminasi dan penularan dari kontak dengan orang yang terinfeksi.
Salah satu contoh penularannya adalah dengan mengonsumsi buah atau produk buah yang terkontaminasi air seni atau air liur kelelawar buah yang terinfeksi virus Nipah.
Wabah ini sebenarnya bukan pertama kali terjadi di dunia. Virus Nipah terjadi hampir setiap tahun di beberapa negara di Asia, terutama wilayah Bangladesh dan India.
Penyakit ini ternyata telah berusia 25 tahun di dunia. Wabahnya pertama kali diidentifikasi pada peternak babi di sebuah desa di Sungai Nipah, Malaysia, pada tahun 1998-1999 yang berdampak hingga Singapura.
Berdasarkan data, ada 276 kasus virus Nipah yang terjadi di awal kemunculannya dengan jumlah kematian hingga 106 kasus. Sejak 1998 hingga kini, sebanyak 700 kasus telah dilaporkan dengan jumlah kematian hingga 407 kasus yang tersebar di 5 negara, Malaysia, Singapura, India, Bangladesh, dan Filipina.
Hingga kini, virus Nipah telah masuk ke dalam daftar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama dengan dengan virus Ebola, Zika, dan Covid-19. Virus ini juga termasuk dalam virus yang mendapatkan prioritas penelitian karena potensinya bisa menyebabkan epidemi global.
Bagaimana Gejala yang Ditimbulkan Virus Ini?
Infeksi virus ini akan menimbulkan sejumlah gejala dari ringan, hingga berat. Mulai dari infeksi saluran napas akut (ISPA) ringan atau berat, hingga radang otak yang berakibat fatal.
Gejala penyakit ini biasanya dimulai dengan:
- Demam
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Muntah
- Nyeri tenggorokan
- Mudah mengantuk
- Penurunan kesadaran
Pasien yang terpapar virus ini biasanya akan mulai memunculkan gejala pada rentang 4-14 hari paparan. Meski begitu, masa inkubasi virus ini bisa bertahan hingga 45 hari.
Pada kasus yang berat, radang otak dan kejang akan muncul, hingga berlanjut menjadi koma dalam waktu 24-48 jam sebelum kematian. Diketahui, angka kematian dari virus ini berkisar 40 persen hingga 75 persen.
Siapa Saja Kelompok Resiko Penularan Virus Nipah?
Setiap orang dari segala usia, ras, hingga jenis kelamin apapun berpotensi terpapar virus ini. Terlebih pada orang-orang yang melakukan kontak dengan hewan atau pasien yang terinfeksi.
Meski begitu, ada beberapa kelompok berisiko tinggi yang berpotensi tinggi terinfeksi virus ini. Di antaranya adalah:
- Peternak babi atau petugas pemotong babi pada area peternakan yang dekat populasi kelelawar buah.
- Pengumpul nira/aren atau buah-buahan yang dikonsumsi kelelawar buah
- Petugas kesehatan melakukan perawatan terhadap pasien virus Nipah
- Tenaga laboratorium yang melakukan pengelolaan spesimen pasien
- Keluarga atau kerabat yang merawat pasien yang terkena wabah
Bagaimana Penyebaran Virusnya?
Seseorang dapat tertular virus ini, apabila:
- Kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi virusnya (air liur, urin, darah, atau sekresi pernapasan).
- Konsumsi daging mentah dari hewan yang terinfeksi atau produk makanan mentah yang terkontaminasi cairan tubuh hewan yang terinveksi virus.
- Kontak dengan orang yang terinveksi virus (droplet, urin, atau darah).
Bagaimana Cara Mencegah Penularan Virus?
Pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan melakukan pengendalian faktor resiko, di antaranya adalah:
- Tidak mengonsumsi nira/aren langsung dari pohonnya. Sebab, kelelawar dapat mengontaminasi hasil sapadan aren/nira pada malam hari. Maka, perlu dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
- Cuci dan kupas buah secara menyeluruh sebelum dimakan.
- Buang buah yang ada tanda gigitan kelelawar.
- Hindaki kontak dengan hewan ternak yang terinfeksi virus.
- Gunakan sarung tangan dan pelindung diri bagi penyembelih hewan yang terinfeksi virus.
- Konsumsi daging ternak secara matang.
- Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti membersihkan tangan secara teratur dan menerapkan etika bersin.
Untuk orang yang terlanjur melakukan kontak dengan hewan atau pasien yang terinfeksi virus, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan.