Setiap manusia tentu bisa merasa kesal dan marah, tak terkecuali Ibu kepada anaknya. Maklum, tingkah anak-anak memang kerap membuat sumbu emosi Ibu mudah terbakar. Jika sudah begitu bagaimana ya cara menegur anak tanpa melukai perasaannya?
Fabiola Priscilla Setiawan, M.Psi., menyarankan agar orangtua, terutama Ibu lebih bijak membedakan emosi dengan perilaku. Sebab ketidakmampuan untuk membedakan emosi dan perilaku dapat berdampak buruk, terlebih saat perilaku akibat emosi tersebut ditujukan pada anak.
Yuk simak beberapa tips menegur anak tanpa melukai perasaannya berikut!
1. Jangan Melakukan Tindakan Kasar saat Menegur Anak
“Saat merasa marah, berikan jeda untuk mengelola emosi dan tenangkan diri dengan cara mengatur napas, mengalihkan perhatian pada suara, benda sekitar, atau melakukan aktivitas positif untuk menyalurkan energi marah tersebut,” saran Fabiola untuk para orangtua.
Jangan sampai bermain tangan atau melakukan tindakan kasar saat menegur anak. Sebab mereka dapat merekam kejadian kasar tersebut hingga dewasa.
Baca Juga : 10 Sikap Orangtua yang Membuat Anak Trauma, Hindari Sebelum Terlambat!
2. Hindari Bentakan atau Teriakan
Hindari bentakan atau teriakan saat marah atau menegur anak karena bisa membuat mereka merasa terpojokan.
Alih alih membuat jera, menegur anak dengan cara tersebut justru dapat berdampak pada perkembangan emosinya. Anak akan mengalami kesulitan dalam meregulasi emosi, perilaku tantrum, perkembang konsep diri yang kurang baik, serta memiliki rasa percaya diri yang rendah.
3. Tidak Memberikan Label Buruk saat Menegur Anak
Tak hanya teriakan, orangtua juga perlu menghindari ucapan yang tidak pantas atau labeling buruk seperti, “Masih kecil sudah jadi pembohong!” atau yang lainnya.
Menegur anak dengan cara seperti itu akan merusak harga diri anak. Anak pun akan memiliki dendam yang tertanam di dalam dirinya. Alhasil bukan tidak mungkin akan terbentuk dasar identitas negatif yang dibawa sepanjang hidup anak.
4. Jangan Membanding-Bandingkan Anak saat Menegurnya
Tidak perlu membanding-bandingkan kemampuan anak saat menegurnya. Karena bisa memunculkan rasa minder atau insecure sehingga anak tumbuh tidak percaya diri.
Daripada sibuk membanding-bandingkan, lebih baik orangtua fokus pada kemampuan yang dimiliki anak. Percayalah bahwa setiap anak tumbuh dengan memiliki keunikan dan keistimewaannya sendiri.
5. Jadilah Panutan dan Tetapkan Aturan yang Konsisten
Anak adalah peniru yang ulung. Itu sebabnya orangtua perlu menjadi panutan yang positif agar anak dapat mempelajari juga menirunya.
Selain itu, di samping menegur kesalahan anak, orangtua juga perlu menerapkan aturan yang konsisten agar mereka dapat mentaatinya serta tidak mengulangi kesalahan yang sama.
“Ingatlah selalu bahwa kata-kata yang kita ucapkan adalah doa untuk anak-anak. Jadi, pastikan setiap kalimat yang keluar dari mulut adalah hal-hal baik sehingga menjadi harapan untuk mereka di kemudian hari. Cobalah untuk memandang situasi dengan kacamata positif, sehingga perilaku yang kita pilih pun tepat. Dengan begitu, anak dapat melihat dan meniru bagaimana cara orangtuanya mengelola emosi dan memecahkan masalah,” tutup Fabiola.