Tak sekadar memberi nutrisi untuk tumbuh kembang bayi, menyusui adalah proses biologis yang penting untuk membangun bonding antara Bunda dan Si Kecil. Namun, menyusui juga bisa menjadi sumber tekanan fisik dan emosional. Kelelahan saat menyusui merupakan keluhan yang umum dialami banyak Bunda. Hal tersebut karena waktu istirahat jadi berkurang, muncul nyeri fisik akibat posisi menyusui yang tidak nyaman, hingga stres karena produksi ASI dirasa tidak mencukupi.
Sayangnya, kelelahan ini sering kali dianggap hal biasa dan jarang dibicarakan secara terbuka. Jika dibiarkan, kelelahan yang terus-menerus ini bisa menjadi silent burnout. Burnout menyusui bisa membuat Bunda merasa cemas, frustasi, kewalahan bahkan kehilangan semangat untuk melanjutkan proses menyusui.
Kondisi ini tentu berdampak tidak hanya pada kesehatan fisik dan mental Bunda, tetapi juga pada bonding dengan si Kecil. Maka dari itu, penting bagi Bunda dan orang di sekitarnya untuk memahami faktor-faktor pemicu burnout saat menyusui serta cara mengatasinya secara tepat.
Apa Itu Burnout Saat Menyusui?
Burnout saat menyusui adalah kondisi kelelahan ekstrem yang dialami Bunda akibat tekanan fisik dan emosional dalam proses menyusui. Tidak seperti kelelahan biasa yang bisa hilang dengan tidur atau istirahat sebentar, burnout bersifat lebih dalam dan menyeluruh dan berlangsung terus-menerus. Bunda mungkin merasa kehilangan motivasi, tidak bersemangat, bahkan mengalami penurunan harga diri karena merasa gagal memenuhi ekspektasi sebagai ibu menyusui.
Beberapa tanda umum burnout saat menyusui di antaranya:
- Merasa lelah terus-menerus meski sudah istirahat cukup
- Mudah tersinggung atau emosional
- Merasa kewalahan
- Menurunnya keinginan untuk menyusui
- Selalu ingin menyendiri dan menjauh dari interaksi sosial
Penyebab Kelelahan saat Menyusui yang Bisa Berujung Burnout
Perjalanan menyusui setiap Bunda tentu tak sama. Namun, Bunda perlu memahami faktor umum pemicu kelelahan saat menyusui hingga menyebabkan burnout:
1. Kurang Istirahat
Begadang untuk menyusui atau memompa ASI di malam hari menyebabkan gangguan tidur jangka panjang. Kurang tidur memengaruhi daya tahan tubuh dan kestabilan emosi.
Karena itulah, pastikan Bunda memiliki support system yang bisa membantu proses tersebut agar berlangsung mudah. Misalnya meminta suami untuk bangun dan menemani saat menyusui atau pumping.
2. Tekanan untuk Memberikan ASI Eksklusif
Banyak Bunda merasa tertekan oleh standar sosial bahwa ASI eksklusif adalah satu-satunya pilihan yang “benar”. Hal ini bisa menimbulkan stres, terutama jika produksi ASI belum optimal.
Padahal, memberikan sufor bukanlah sebuah kegagalan. Yang terpenting adalah bayi bisa tumbuh sehat dan Bunda merasa cukup baik untuk merawatnya.
Jadi, kalau ASI tidak keluar atau produksinya sedikit, tidak apa-apa memberikan sufor. Tapi tetap, Bunda harus berkonsultasi dengan dokter, ya.
3. Produksi ASI yang Tidak Sesuai Harapan
Ketika ASI tidak keluar banyak atau tidak mencukupi kebutuhan bayi, Bunda bisa merasa gagal. Padahal, Bunda perlu tahu ada banyak faktor biologis dan hormonal yang memengaruhinya.
4. Kurang Dukungan dari Lingkungan
Tanpa bantuan pasangan, keluarga, atau tenaga medis, Bunda akan merasa sendirian dalam perjuangan menyusui. Hal tersebut dapat mempercepat terjadinya burnout.
Oleh karena itu, semenjak hamil jangan sungkan untuk terbuka dan meminta bantuan kepada pasangan atau keluarga agar tidak sampai terjadi hal tersebut.
5. Beban Peran Ganda
Working mom atau busui yang memiliki peran ganda juga rentan mengalami burnout. Multitasking yang berlebihan akan meningkatkan risiko kelelahan secara fisik dan psikis.
Jika Bunda merupakan salah satunya, pastikan untuk mengatur jadwal sebaik mungkin. Bahkan jika perlu, konsultasikan kepada konselor laktasi yang terpercaya.
Cara Mengatasi Burnout saat Menyusui
Burnout bukan tanda kelemahan. Justru dengan mengenali burnout lebih awal menunjukkan bahwa Bunda sedang berusaha menjaga kesehatan dirinya dan buah hatinya.
Berikut beberapa langkah yang bisa membantu Bunda mengatasi kelelahan saat menyusui:
1. Validasi Perasaan
Hal utama yang perlu Bunda lakukan adalah memvalidasi perasaa lelah. Akui bahwa menyusui memang proses yang tidak mudah dan melelahkan. Sebab mengakui emosi adalah langkah awal untuk pulih.
2. Komunikasikan Kebutuhan
Bicarakan kelelahan yang Bunda rasakan dengan pasangan atau orang terdekat. Jangan segan meminta bantuan untuk hal-hal kecil, seperti menggendong bayi, menyiapkan makan atau menemani pumping.
3. Ambil Jeda untuk Diri Sendiri
Meski sudah menjadi “ibu”, Bunda juga tetap butuh waktu untuk diri sendiri. Luangkan waktu khusus selama 10–15 menit untuk melakukan hal yang menyenangkan. Tidak perlu mewah, mungkin Bunda bisa istirahat sambil mandi air hangat, mendengarkan musik, atau sekadar menarik napas dalam-dalam.
4. Turunkan Ekspektasi
Kurangi tekanan untuk menjadi sempurna. Pahami bahwa setiap Bunda memiliki perjalanan menyusui yang berbeda. Untuk menjadi “ibu yang baik”, Bunda tidak harus memberi ASI eksklusif. Fokuslah pada hubungan dengan bayi.
5. Minta Bantuan Profesional atau Bergabung dengan Komunitas
Terhubung dengan busui lain yang juga memiliki cerita dan pengalaman menyusui yang berbeda bisa sangat membantu sekaligus memberi support berarti.
Menyusui adalah proses penuh cinta, tetapi bukan berarti bebas lelah dan tantangan. Ketika kelelahan saat menyusui mulai terasa menumpuk, ingatlah bahwa Bunda berhak untuk istirahat, untuk dibantu, dan untuk tidak selalu “kuat”. Karena yang dibutuhkan si Kecil adalah Bunda yang sehat secara fisik dan mental.