Korea Selatan kembali diguncang bukan karena seni musik atau dramanya yang menarik, tetapi karena teror minuman narkoba yang menimpa anak-anak sekolah.
Kejahatan dari teror ini tak hanya karena membuat anak-anak teracuni zat terlarang sejak dini, tetapi juga aksi pemerasan dibaliknya.
Dilansir dari situs resmi Korea, Naver, operasi teror dan pemerasan ini diprakarsai oleh dua orang, yakni Lee (25) dan Gil (25).
Keduanya merupakan teman sekolah yang memproduksi dan memasok minuman narkoba melalui WeChat dan Telegram.
Aksi ini dilakukan dengan persiapan kurang lebih 4 bulan, mereka bahkan merekrut sejumlah part timer untuk mencoba minuman oplosan susu dan narkoba sebelum diedarkan ke anak-anak.
Part-timer ini juga bekerja dengan sebagai orang-orang yang membagikan minuman tersebut ke anak-anak sekolah di sekitar Stasiun Gangnam dan Stasiun Daechi.
Baca Juga: Tantangan Mengasuh Anak Zaman Now
Kronologi Teror Minuman Narkoba di Korea Selatan
Bermula dari Lee dan Gil, anggota sindikat ini kemudian bertambah menjadi 10 orang. Kejahatan ini tak hanya berdasar pada penyalahgunaan narkoba, tetapi juga digabungkan dengan voice phishing atau penyamaran suara.
Unit Investigasi Narkoba Kepolisian Seoul menyebut, terror minuman narkoba ini sebenarnya dimulai sejak Oktober 2022.
Lee yang mempelopori teror sejak ia pergi ke China. Ia bergabung dengan anggota penyamaran suara (voice phising) yang berbasis di China dan melebarkan sayap ke Korea.
Setelah merencanakan banyak hal, mulai dari penyamaran suara hingga meracik minuman narkoba yang akan dibagikan ke anak-anak.
Produksi minuman ini dilakukan di daerah Wonju, Gangwon. Di awal terornya, mereka membuat 100 botol.
Lee dan anggota sindikatnya menggabungkan susu dengan 0,1 gram sabu dalam satu botol. Dosis ini lebih besar 3 kali lipat dari jumlah paket sabu yang biasanya hanya sekitar 0,03 gram.
Minuman ini dibagikan ke daerah yang ramai dilalui anak-anak sekolah mulai dari jam 5 sore hingga jam 9 malam.
Setelah mendapatkan sasarannya, komplotan Lee ini akan menelpon orang tua korban. Mereka menyudutkan orangtua korban dengan menyebut anak mereka pengguna narkoba.
Kemudian, mereka akan meminta uang dan barang berharga lainnya dengan ancaman melapor sang anak ke kepolisian atau diviralkan karena konsumsi narkoba.
Kondisi Anak yang Jadi Korban Teror Minuman Narkoba
Di antara 100 botol yang diproduksi, ada 9 korban yang terjerat teror ini. Salah satu dari 9 orang tersebut ada orangtua yang ikut jadi korban. Bahkan, salah satu anak yang mengambil botol tersebut, meminum isinya hingga tandas.
Anak yang menjadi korban ini, benar-benar mengalami kesakitan dan menderita setelahnya. Ia harus dirawat intensif selama satu minggu karena efek narkoba yang ia konsumsi membuatnya hampir kehilangan nyawa.
Kepolisian Korea hingga kini masih bekerja sama dengan Kepolisian China untuk menangani dan menangkap para pelaku yang terjerat sindikat narkoba.
Mereka juga meminta bantuan Interpol agar seluruh sindikat voice phising yang menjadi cikal bakal pemerasan turut ditangkap.
3 Tips Anak Aman dari Teror Minuman Narkoba Serupa
Ayah dan Bunda tentunya tak bisa ada 24 jam untuk si kecil. Ada waktu di mana Ayah dan Bunda harus membekali si kecil cara-cara untuk menyelamatkan diri di situasi tertentu.
Memberikan proteksi dengan mengajarkan si kecil kemampuan bertahan hidup juga merupakan bentuk kasih sayang Ayah dan Bunda kepadanya.
Supaya Ayah dan Bunda bisa menjaga si kecil dari berbagai kemungkinan buruk, coba lakukan tips berikut, ya!
1. Ajarkan Anak untuk Tidak Sembarang Menerima Barang dari Orang Asing
Sebelum melarang si kecil untuk tidak menerima sesuatu dari sembarang orang, Ayah dan Bunda bisa memulai dengan menjelaskan siapa yang disebut sebagai orang asing.
Terlebih pada anak yang mudah ramah dengan orang baru, ajarkan ia bahwa orang asing adalah orang di luar keluarga dan sanak saudara. Beri pengertian bahwa sebaiknya si kecil lebih waspada dan berhati-hati ketika berinteraksi dengan orang yang baru dikenal.
Apalagi jika orang tersebut menawarkan barang yang tak jelas merek dan jenisnya, bukan produk yang familiar. Maka ajarkan si kecil untuk bisa menolak dengan halus dan meninggalkan orang tersebut.
2. Terapkan Prinsip “No, Go, Yell, Tell”
Prinsip ini perlu diajarkan pada si kecil ketika ia mulai berinteraksi dengan kehidupan sosialnya. Ajarkan ia berkata tidak pada orang asing yang mengganggunya, mengajaknya pergi atau menawarkan makanan atau mainan.
Jika berkata tidak belum cukup, ajarkan si kecil untuk melarikan diri, berteriak sekeras yang mereka bisa dan memberi tahu orang dewasa yang terpercaya tentang apa yang menimpanya.
Orang dewasa yang terpercaya ini bisa berupa orangtua, kakak, satpam atau semacamnya jika ia dalam keadaan berbahaya.
3. Latihan dengan Bermain Peran
Setelah mengajarkan anak teori-teorinya, Ayah dan Bunda perlu melatihnya dengan bermain peran. Buat situasi seolah-olah anak sedang dalam kondisi berbahaya dan minta ia bereaksi sesuai dengan teori yang telah diajarkan.
Selain itu, buat skenario tertentu yang mungkin terjadi dan biarkan anak merespon sesuai yang dia pelajari.