check it now

Silent Disease Intai Bayi dan Balita, Seperti Apa Gejalanya?

Silent Disease itu apa sih? Berbahayakah untuk anak?

Daftar Isi Artikel

Sebagai orangtua, Bunda pasti selalu berada di garda terdepan ketika anak sakit. Bahkan, Bunda bisa mendeteksi gejala ketika anak mulai merasa sakit atau kurang enak badan. Kasih sayang Bunda memang tidak bisa dianggap remeh, namun kalau menghadapi silent disease, apa Bunda bisa lawan?

Silent disease merupakan penyakit yang tidak bergejala. Penyakit ini biasanya mengintai bayi dan balita dan hanya bisa dideteksi keberadaannya dengan melalukan pemeriksaan mendalam.

Dalam jurnal yang terbit di Nature, silent disease merupakan kondisi medis yang tidak bergejala pada tahap awal yang biasanyaa disebut sebagai silent killer.

Salah satu hal yang bisa menjauhkan si kecil dari masalah ini adalah dengan rutin melalukan pemeriksaan kesehatan. Selain itu, Ayah dan Bunda juga harus jeli dalam memantau berat badan si kecil.

Sebab, keberadaan penyakit berbahaya dengan tipe silent disease ini memang sulit dideteksi secara awam. Si kecil bisa saja memiliki nafsu makan yang stabil, perilaku yang aktif dan energik, namun ternyata berat badannya tidak bertambah atau malah menurun secara signifikan.

Hal-hal kecil semacam ini yang tidak boleh luput dari perhatian Ayah dan Bunda. Jangan merasa aman hanya karena si kecil terlihat baik-baik saja ya, Yah, Bun. Tak perlu menunggu gejala parah sebelum melakukan pemeriksaan rutin pada yang tersayang.

Memangnya, penyakit apa saja sih yang termasuk silent disease dan bisa menyebabkan kematian pada si kecil? Simak ulasannya, ya!

Baca Juga: 8 Cara Hadapi Anak dengan Gangguan Kecemasan, Jangan Bilang ‘Gapapa’!

Penyakit Apa Saja yang Termasuk dalam Silent Disease?

Ada beberapa penyakit yang cukup mengkhawatirkan yang bisa dialami si kecil tanpa gejala yang terlihat. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Pneumonia dan Tuberkulosis (TBC)

Penyakit yang berhubungan dengan paru-paru dan saluran pernapasan, menjadi salah satu kondisi yang membahayakan dan beresiko tinggi dialami si kecil. Secara global, hampir 1 juta balita meninggal dunia karena penyakit ini.

Kedua penyakit ini termasuk penyakit yang minim gejala daan memiliki kesamaan gejala dengan penyakit lain. Oleh sebab itu, dalam mendeteksi adanya penyakit ini, dokter memerlukan pemeriksaan organ paru secara keseluruhan.

Pneumonia sendiri ialah penyakit infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Reaksi kekebalan tubuh terhadap infeksi ini menyebabkan kantung udara di paru-paru terisi nanah dan cairan. Hal ini menyebabkan anak kesulitan bernapas, batuk, demam, dan menggigil.

Sementara tuberkulosis (TBC), ialah infeksi paru-paru yang memengaruhi kinerja ginjal, tulang belakang dan otak si kecil. TBC menjadi penyakit yang termasuk dalam silent killer karena penderitanya baru mengalami gejala yang terlihat ketika infeksinya berada di level yang parah.

2. Silent Disease Disebabkan Anemia

Silent disease yang lain ialah mengalami anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh. Zat besi ialah salah satu nutrisi penting yang keberadaannya sangat diperlukan dalam tumbuh-kembang si kecil.

Zat besi menjadi penting karena zat ini dapat membantu memindahkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Hal ini juga membantu otot dalam menyimpan dan menggunakan oksigen. Anak yang mengalami anemia defisiensi zat besi biasanya tidak menunjukkan gejala yang signifikan.

Meski begitu, hal ini dapat membuatnya mengalami telat tumbuh, sulit berkonsentrasi, speech delay, dan hal lainnya yang berhubungan dengan pertumbuhan fisik dan mentalnya.

3. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih menjadi salah satu silent disease yang sering dialami anak. Sebanyak 8 persen anak perempuan mengalami penyakit ini dan 2 persen anak laki-laki menderita ISK hingga berusia 5  tahun.

Penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang jelas di awal dan biasanya gejalanya mirip dengan penyakit lainnya. Seperti demam, rewel, muntah, hingga diare.

ISK biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri dari tinja bayi yang kemudian menginfeksi saluran kemih melalui kelamin. Infeksi ini berkembang di kandung kemih dan apabila tidak diatasi segeraa dapat menyebabkan gagal ginjal pada si kecil.

4. Cacat Jantung Bawaan dan Gagal Ginjal Termasuk Silent Disease

Cacat jantung bawaan dialami oleh 1 dari setiap 1000 kelahiran. Penyakit ini biasanya bisa dideteksi melalui skrining kesehatan bayi pada 24 jam setelah kelahiran. Meski begitu, tak jarang pula kasus cacat jantung bawaan yang abru terdeteksi ketika anak berusia balita atau bahkan belasan tahun.

Sementara itu, kasus gagal ginjal juga menjadi salah satu hal yang sulit dideteksi pada si kecil. Sebab, ginjal yang bermasalah baru memunculkan gejala ketika penyakitnya sudah berada di level yang parah.

Maka dari itu, penting bagi Ayah dan Bunda untuk rutin melakukan medical check-up pada si kecil untuk bisa mengetahui kondisi terkini dari kesehatan yang tersayang.

Bagaimana Cara Menangani Silent Disease?

Seperti kata pepatah, lebih baik mencegah daripada mengobati. Hal ini juga berlaku dalam menghadapi silent disease yang mengintai kehidupan si kecil.

Komitmen yang bisa Ayah dan Bunda lakukan dalam memastikan si kecil selalu sehat dan dalam kondisi prima ialah dengan melakukan beberapa hal berikut:

  • Melakukan vaksin BCG. Vaksin BCG diberikan kepada si kecil sebagai upaya dalam mencegah terjadinya penyakit TBC.
  • Asupan makanan dengan tinggi zat besi. Seperti yang disebut di atas, zat besi merupakan salah satu zat yang penting dalam tumbuh-kembang anak. Oleh sebab itu, jangan lupa untuk menambahkan lauk dengan zat besi tinggi seperti ikan, daging, atau hati.
  • Rutin mengganti popok bayi sesering mungkin. Dalam mencegah infeksi saluran kemih, Bunda juga harus rutin mengganti popok bayi.
  • Jaga kebersihan si kecil. Terutama dalam membersihkan organ intim, pastikan untuk menyeka kemaluan dari depan ke belakang ketika buang air. Selain itu, jangan lupa untuk selalu mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir sebelum memegang makanan atau bermain.
  • Tidak menahan buang air kecil dan mencukupi kebutuhan mineral. Jangan biasakan si kecil untuk menahan hasratnya dalam buang air kecil atau besar. Selain itu, pastikan pula kebutuhan air putihnya cukup setiap hari.

Let's share

Picture of Rizqa Fajria

Rizqa Fajria

Daftar Isi Artikel

Updates