Bagi masyarakat yang beragama Islam, melakukan donor ASI sama artinya dengan membentuk ikatan keluarga. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan peraturan secara resmi, dimana seorang ibu yang menyusui anak secara langsung selama 5 kali berturut-turut sampai kenyang akan otomatis menjadi ibu susuan. Sementara di luar agama Islam, kaidah tentang anak-ibu susuan umumnya tidak berlaku.

Seorang ibu dianggap ‘lulus’ sebagai calon pendonor apabila bayi si pendonor tumbuh sehat dan berkembang dengan baik. Calon pendonor tidak mendapat transfusi darah dalam 12 bulan terakhir dan tidak menerima transplantasi organ dalam 12 bulan terakhir.

Selain itu, calon pendonor diharuskan untuk tidak mengkonsumsi alkohol, obat terlarang, ataupun rokok. Juga tidak mengidap penyakit seperti TBC, HIV, hepatitis, sifilis, dan lain-lain, serta tidak memiliki atau berhubungan seksual dengan pasangan yang berisiko.

Agar ASI yang didonorkan secara tidak langsung (diperah) aman dikonsumsi bayi, maka ASI perah yang biasanya ditaruh dalam freezer tersebut harus disterilisasi terlebih dahulu ketika akan digunakan. Cara menyeterilkannya bisa melalui proses Pasteurisasi Pretoria maupun Flash Heating.

Adapun metode Pasteurisasi Pretoria dapat dilakukan dengan cara mendidihkan 450 ml air dalam panci aluminium. Setelah mendidih, segera matikan kompor dan masukkan botol selai/kaca berisi ASI sebanyak 50 ml  ke dalam panci berisi air mendidih tersebut. Diamkan selama 20 menit lalu angkat dan diamkan selama beberapa saat hingga ASI siap diminum bayi

Sementara metode Flash Heating dapat dilakukan dengan cara meletakkan ASI sebanyak 50 ml dalam wadah terbuka seperti botol selai atau botol kaca. Kemudian letakkan botol selai/kaca dalam panci aluminium berisi air. Panaskan di atas kompor. Saat air mulai mendidih, segera angkat ASI dari panci dan tutup botol selai/kaca. Diamkan beberapa saat hingga ASI dapat diminum bayi.