check it now

Bumil Wajib Tahu! Ini Risiko Self-Diagnosis Saat Hamil yang Sering Diabaikan

Self-diagnosis saat hamil adalah kebiasaan berisiko yang kerap diabaikan. Yuk, pahami bahayanya sebelum terlambat!

Daftar Isi Artikel

Self-diagnosis saat hamil menjadi kebiasaan yang semakin umum di era digital. Pasalnya semua orang dapat mengakses informasi dengan mudah, termasuk bagi ibu hamil. Mulai dari gejala mual hingga rasa nyeri perut, semua terasa “cukup” dijawab oleh mesin pencari atau teknologi AI yang belakangan ramai jadi sorotan.

Meski terkesan praktis, kebiasaan ini sangat berisiko dan membuat ibu hamil terjebak dalam kebiasaan self-diagnosis.

Untuk mengetahui bahaya self-diagnosis saat hamil, yuk simak penjelasan lengkap dari ahlinya di bawah ini!

Baca Juga : Ketahui Seluk Beluk Momok Kehamilan pada Bumil

Self-Diagnosis Saat Hamil : Tanya Google atau Tanya Dokter?

Self-diagnosis adalah kondisi di mana seseorang menentukan sendiri penyakit atau gangguan kesehatan yang dialami tanpa berkonsultasi dengan dokter atau ahlinya.

Diagnosis itu didapat dengan cara mengamati gejala-gejala yang dirasakan, kemudian menyimpulkan sendiri kondisi atau penyakit yang dialaminya berdasarkan informasi dari internet atau media sosial.

Dijelaskan oleh dr. Yohanes Satrya Wibawa, Sp. OG, dalam konteks kehamilan salah satu contoh self-diagnosis yang cukup populer yakni menganggap dirinya hamil karena terlambat haid, mengalami mual muntah atau payudara mengencang, namun tidak melakukan pemeriksaan medis melalui testpack, USG atau konsultasi dengan dokter.

Dewasa ini, self-diagnosis rentan dilakukan oleh ibu hamil. Pasalnya kemudahan mengakses informasi melalui gadget dapat menjadi jalan pintas di tengah kesibukan dan keterbatasan waktu untuk pergi ke rumah sakit atau berkonsultasi ke dokter.

Self-diagnosis tentu memiliki beberapa risiko. Pertama kemungkinan salah tafsir terhadap informasi yang didapat. Karena bisa jadi informasi yang disajikan tidak memberi data akurat mengenai kondisi yang dialami. Hal ini dapat membuat terjadinya penundaan perawatan. Jika diagnosisnya keliru, maka dapat memperburuk kondisi,” ungkap dr. Satrya.

Lebih dari itu self-diagnosis, kata dr. Satrya, juga dapat menimbulkan kecemasan berlebih (anxiety) jika ternyata kondisinya tidak sesuai dengan realita. Atau sebaliknya, justru dapat memunculkan harapan palsu terhadap suatu kondisi yang sebenarnya.

Kehamilan Sehat Dimulai dari Diagnosis yang Tepat

dr. Satrya menegaskan bahwa kehamilan merupakan fase yang kompleks karena terdapat banyak perubahan, baik fisik maupun mental. Jadi pastikan, mulai saat ini, ibu hamil tidak lagi melakukan self-diagnosis karena alasan apapun.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan yang juga merupakan staf pengajar Departemen Obgyn FK Usakti ini memberikan tips agar pada Bunda bisa lebih cermat menyaring informasi yang diperoleh dari internet atau media sosial :

1. Periksa Sumber Informasinya

Utamakan untuk mencari informasi dari situs resmi seperti WHO, CDC, Kemenkes RI atau jurnal-jurnal medis yang terpercaya seperti PubMed, The Lancet, NEJM, dan ACOG.

2. Cek Kredibilitas Penulis / Creator

Carilah informasi apakah artikel tersebut ditulis oleh dokter atau lembaga resmi. Atau jika berbentuk video, cari tahu creator tersebut. Hati-hati dengan creator atau influencer yang tidak memiliki latar belakang medis.

3. Lihat Tanggal Publikasi

Pastikan Bunda membaca artikel yang up to date atau idealnya <5 tahun terakhir.

4. Bandingkan Informasi dari Beberapa Sumber

Jangan terlalu percaya hanya dari satu sumber, cari informasi serupa dari 2-3 sumber lain yang terpercaya agar informasinya lebih akurat.

5. Diskusikan Berbagai Masalah Kesehatan yang Muncul dengan Dokter

Alangkah baiknya selalu konsultasikan apa yang dirasakan ke dokter atau tenaga kesehatan profesional sebelum pengambilan keputusan.

Untuk menghindari risiko yang dapat diakibatkan oleh self-diagnosis, Bunda harus pandai memilah informasi dengan baik dan tau kapan waktu untuk berkonsultasi ke dokter kandungan. Jika Bunda mengalami gejala seperti pendarahan pervaginam, nyeri perut hebat, gerakan janin berkurang, keluar cairan dari vagina atau kondisi lain yang berbeda dari biasanya atau semakin berat, segera periksakan ke dokter. Jangan sampai Bunda terjebak dalam penafsiran yang salah terhadap informasi yang belum dapat dipastikan kebenarannya,” tutup dr. Satrya.

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti

Daftar Isi Artikel

Updates