Belum hadirnya buah hati atau momongan dalam kurun pernikahan yang cukup lama dapat menjadi masalah tersendiri dari pasangan suami istri.
Hal tersebut bisa jadi karena adanya gangguan pada kesehatan suami atau istri hingga faktor genetik atau hormon.
Bila demikian, beberapa cara berikut dapat dilakukan pasangan suami istri untuk segera mendapatkan momongan.
1. Bayi tabung
Program bayi tabung atau IVF (In Vitro Fertilization) banyak dijadikan pilihan. Terlebih oleh pasangan dengan ekonomi mapan yang memiliki masalah pada sistem reproduksi.
Bagi wanita misalnya, dr. Wardjo Syamsuri, SpOG mengatakan bahwa masalah yang biasa dialami sehingga mereka perlu melakukan program bayi tabung adalah PCOS serta endometriosis.
Sementara untuk pria, kebanyakan memiliki masalah pada kurangnya jumlah sperma sehingga sulit membuahi sel telur.
PCOS merupakan kelainan hormon yang menyebabkan wanita sulit hamil. Umumnya tubuh wanita yang menderita PCOS lebih banyak menghasilkan hormon pria.
Akibatnya penderita PCOS akan mengalami periode menstruasi yang tidak teratur, mudah berjerawat, serta memiliki banyak kista atau kantung berisi cairan di ovariumnya.
Sementara endometriosis merupakan kondisi di mana jaringan yang seharusnya melapisi dinding rahim justru tumbuh dan menumpuk di luar rahim.
Normalnya sebelum menstruasi, jaringan tersebut akan menebal, luruh, dan keluar dalam bentuk darah menstruasi. Tapi pada kasus endometriosis, jaringan di luar rahim justru ikut menebal dan tidak dapat luruh/keluar dari tubuh.
Secara umum, ada tiga indikasi yang dapat dijadikan patokan perlunya melakukan program bayi tabung.
Pertama, adanya masalah pada tuba saluran telur wanita, di mana jika kedua salurannya tertutup, maka proses fertilisasi secara natural tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan. Alhasil perlu adanya bantuan manusia.
Kedua, adanya masalah pada sperma pria.
Ketiga, adanya kasus-kasus yang penyebabnya tidak diketahui atau unexplained infertility.
Program bayi tabung atau IVF merupakan proses fertilisasi atau pembuahan yang terjadi di luar rahim ibu.
Caranya dengan mempertemukan sel sperma dan sel telur pada medium kultur yang dilakukan di laboratorium. Setelah pembuahan terjadi, maka sel tersebut akan segera dikembalikan ke dalam rahim.
Meskipun pembuahan tersebut telah diatur sedemikian rupa dengan alat canggih, tapi bukan berarti program bayi tabung akan 100% berhasil. Sebab, ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi. Di antaranya adalah kualitas sel telur atau sperma, dan lain sebagainya.
Salah satu hal krusial yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan program bayi tabung adalah faktor usia, terutama dari pihak wanita.
Apabila usia wanita masih di bawah 30 tahun, maka tingkat keberhasilannya bisa mencapai 60%.
Sedangkan usia 30-35 tahun tingkat keberhasilannya mencapai 40%.
Untuk usia di atas 35 tahun tingkat keberhasilannya mencapai 25-30%.
Sementara usia di atas 40 tahun, tingkat keberhasilan bayi tabung semakin rendah yaitu hanya 15%.
Sebelum pasangan suami istri memutuskan untuk melakukan program bayi tabung, ada baiknya konsultasikan dulu secara detail dengan dokter.
Diskusikan mengenai risiko gagal dan keberhasilannya sesuai kondisi tubuh. Terakhir jangan lupa tanyakan apakah program bayi tabung ini cocok dilakukan atau justru ada program lain yang lebih menjanjikan.
2. Inseminasi buatan
Sering dianggap serupa dengan bayi tabung, inseminasi buatan justru memiliki prosedur yang cenderung lebih ringkas.
Pada proses inseminasi buatan, pembuahan tetap terjadi di dalam rahim, hanya saja diawali dengan lebih dulu menyiapkan sperma yang sehat—aktif bergerak dan memiliki bagian yang lengkap—sehingga bisa membuahi sel telur.
Tujuan dari inseminasi buatan adalah untuk memperpendek jalannya sperma menuju rahim dengan bantuan kateter.
Dokter yang menangani akan menyiapkan sperma yang sehat untuk kemudian dimasukkan langsung ke dalam rahim pada saat pelepasan sel telur atau ovulasi. Dengan demikian diharapkan dapat terjadi pembuahan dalam rahim.
Selain memiliki prosedur yang lebih ringkas, inseminasi buatan juga memiliki biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan bayi tabung.
Meski demikian, inseminasi buatan cenderung memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah.
Alasannya karena, pada bayi tabung pembuahan sudah dilakukan di laboratorium, sehingga pasien tinggal menunggu apakah embrio tersebut berkembang atau tidak di dalam rahim.
Sementara pada inseminasi buatan, pembuahan tetap terjadi di dalam rahim. Pasalnya, inseminasi buatan hanya bertujuan untuk mengantar sperma yang sehat ke dalam rahim.
Namun jangan sedih, tingkat keberhasilan inseminasi buatan dapat meningkat bila dilakukan tanpa putus selama lebih dari 3 kali.
Misalnya, jika inseminasi buatan pertama hanya berpeluang 15-20%, maka bila dilakukan setiap bulannya tanpa putus hingga 4 kali akan memperbesar peluang keberhasilannya menjadi 45%.
3. Obat penyubur kandungan
Obat penyubur kandungan juga kerap dijadikan pilihan guna meningkatkan peluang mendapat momongan. Pasalnya, dalam beberapa kasus, mengonsumsi obat penyubur kandungan memang tepat dan cukup ampuh.
Secara umum, obat penyubur kandungan memang berfungsi untuk merangsang tubuh mengeluarkan hormon yang mengatur terjadinya ovulasi.
Dengan menggunakan obat penyubur kandungan, maka indung telur akan menghasilkan beberapa sel telur guna memperbesar kesempatan seseorang untuk hamil.
Hanya saja, sama dengan obat lainnya, obat penyubur kandungan pun memiliki efek samping. Mulai dari yang ringan seperti mual, sakit kepala, kenainakan berat badan, tumbuhnya jerawat, hingga yang berat seperti terjadinya pendarahan.
Itu sebabnya, jangan asal mengonsumsi obat penyubur kandungan. Lebih baik konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter dan ikuti dosis yang diberikan.
Terapi akupuntur
Akupuntur atau tusuk jarum merupakan pengobatan tradisional kuno yang berasal dari Negeri Tirai Bambu atau Tiongkok.
Media yang digunakan dalam pengobatan ini adalah jarum-jarum tipis yang ditusukkan ke bagian tubuh tertentu guna membantu memperlancar peredaran darah, mengembalikan keseimbangan tubuh, dan lain sebagainya.
Meski menggunakan jarum, terapi akupuntur tidak menyakitkan dan dipercaya mampu membantu menyembuhkan berbagai penyakit, seperti migrain, nyeri leher, dan sebagainya.
Namun, belakangan, terapi akupuntur juga dipercaya dapat meningkatkan kesuburan dan membantu proses terjadinya kehamilan.
Menurut dokter spesialis akupuntur, dr. Mia Sophia Irawadi, SpAK terapi akupuntur memang dapat digunakan untuk memperbesar peluang kehamilan.
Sebab terapi akupuntur berperan dalam banyak hal yang berhubungan dengan faktor kehamilan. Mulai dari meningkatkan aliran darah ke uterus dan ovarium, hingga dapat digunakan untuk mengurangi stres dan depresi.
Terapi akupuntur dapat mengoptimalkan semua elemen tubuh termasuk hormon, saraf, aliran darah serta sistem imun. Dengan begitu, saat semua elemen berfungsi optimal, peluang kehamilan pun bertambah besar.
Teknik terapi akupuntur yang digunakan untuk program kehamilan tidak jauh berbeda dengan teknik akupuntur pada umumnya. Di mana titik-titik penempatan jarum disebar hampir ke seluruh permukaan tubuh.
Selain di area perut, jarum akupuntur juga bisa diletakkan di beberapa titik pafa area kaki guna menstimulasi saraf di uterus atau rahim. Atau bisa juga diletakkan pada beberapa titik di kepala dan wajah agar dapat mempengaruhi daerah otak (hipotalamus).
Hal menarik lainnya, ternyata terapi akupuntur juga bisa membantu peluang keberhasilan bayi tabung. Terlebih bila terapinya dilakukan sejak tahap awal.
Pada tahap awal, terapi akupuntur berguna untuk memancing keluarnya zat neurotransmitter yang dapat mempengaruhi hormon dan kematangan sel tel telur.
Sementara pada tahap selanjutnya, terapi akupuntur dapat melancarkan aliran darah di rahim dengan mempengaruhi kerja saraf simpatis sehingga mendukung terjadinya kehamilan.
Tak perlu khawatir, terapi akupuntur ini cukup aman dan tidak memiliki risiko atau efek samping apapun selama dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih dan profesional.