Selain dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola asuh hingga lingkungan, bonding juga memiliki kaitan erat dengan kreativitas anak.
Tak heran jika Irma Gustiana A, M.Psi, founder Klinik Ruang Tumbuh mengatakan bahwa proses bonding harus dilakukan seimbang dengan pola asuh serta situasi dan kondisi.
Sebab menurutnya, bila bonding dilakukan dengan pola asuh otoriter, maka bisa dipastikan jiwa kreatif anak akan ikut terhambat.
“Ya, kalau bonding dilakukan dengan cara yang salah dan tidak seimbang, kreativitas anak justru akan sulit terpacu. Salah-salah mereka malah merasa tertekan, cenderung menjadi lebih keras kepala, dan membangkang karena mendapat tekanan,” katanya.
Bonding, tutur Irma, pada dasarnya dapat menumbuhkan ikatan emosi dan batin yang kuat antara orangtua dan buah hati.
Dengan begitu anak akan merasa nyaman untuk mengeksplor diri dan mengembangkan imajinasi.
Pentingnya Bonding
Terlepas dari hubungan bonding dan kreativitas, berbagai kajian dan kasus juga telah membuktikan pentingnya bonding untuk tumbuh kembang emosional buah hati.
Irma yang juga berprofesi sebagai psikologi anak, remaja dan keluarga ini mengingatkan orangtua agar tidak menyepelekan proses bonding.
“Apabila bonding tidak terbentuk dengan baik, akan berdampak negatif dan bisa menghantui anak hingga dewasa. Mereka menjadi mudah cemas, takut, khawatir, merasa tidak aman dengan lingkungannya, bahkan dapat menjadi lebih agresif,” tuturnya.
Kegagalan proses bonding, menurut Irma juga bisa memunculkan perasaan kesepian yang akhirnya mempengaruhi tingkat konsentrasi dan kepekaan anak.
Alhasil kemampuan kreativitas anak pun tidak dapat berkembang dengan optimal.
Strategi Bonding
Berbicara tentang proses bonding antara orangtua dan anak, Irma mengatakan harus menggunakan strategi yang tepat agar mendapatkan hasil optimal.
Ia menyarankan agar orangtua melakukan pendekatan secara emosional dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan di rumah.
“Selain memberikan stimulasi dengan berbagai kegiatan di rumah, bonding juga bisa dilakukan dengan bantuan pihak ketiga semisal kursus non-formal. Ini juga berfungsi untuk membantu anak mengembangkan kreativitas sesuai bidang yang diinginkan,” ujarnya.
Jika menggunakan pihak ketiga, Irma menekankan agar orangtua tetap terlibat dan memfasilitasi dengan benda-benda atau permainan yang bisa menstimulasi kreativitas.
“Jangan lupa memberikan apresiasi atas apa yang sudah dilakukan anak. Kalau kita berbicara tentang kreativitas, maka sifatnya itu tanpa batas. Artinya, orangtua jangan sampai mengeluarkan statement yang bisa diartikan menyalahkan anak,” papar Irma.
Baca juga:
10 Manfaat Musik untuk Anak yang Tak Boleh Terlewatkan
Manfaatkan Pandemi
Masa pandemi, menurut Irma bisa dimaknai secara positif, apalagi jika dikaitkan dengan aktivitas bonding.
Kondisi yang memaksa orangtua bekerja dari rumah atau dikenal dengan istilah Work From Home (WFH), bisa menjadi momen untuk lebih mendekatkan diri dan memantau perkembangan buah hati.
Memang, pada kenyataannya tidak mudah membagi fokus untuk pekerjaan sekaligus menemani anak dan merencakan kegiatan bersama.
Namun, semua kembali tergantung pada orangtua dalam menangani persoalan tersebut.
Ada dua pandangan mengenai kesempatan meningkatkan bonding di masa pandemi.
Pertama, orangtua yang merasa terbebani karena berlama-lama melakukan pekerjaan rumah sekaligus menemani setiap kegiatan anak.
Kedua, orangtua yang mampu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan meningkatkan bonding dengan anak.
Bagi orangtua yang kesulitan mengatur waktu, ada satu hal yang perlu diingat yaitu quality time.
Orangtua bisa mengatur agar ada waktu di mana mereka bisa benar-benar fokus memperhatikan anak.
“Sebelum pandemi Covid-19, banyak orangtua yang mengeluh tidak mempunyai waktu untuk anak karena kesibukan sehari-hari. Sebenarnya, bonding tidak selalu harus memiliki banyak waktu. Bisa dilakukan beberapa menit saja di sela kesibukan. Itu sudah lebih dari cukup, yang terpenting adalah quality time,” tutupnya.