Setiap tahun, masyarakat Jepang punya kebiasaan bersih-bersih besar, atau disebut juga Oosouji.
Saat Oosouji ini, semua sudut rumah tak ada yang boleh lolos dari pembersihan. Sudut jendela, bawah lemari, bawah tempat tidur, semuanya disapu dan dipel atau dilap sampai bersih.
Debu yang tertinggal dianggap pamali alias amit-amit, karena diyakini akan menghalangi rezeki atau hal baik lainnya, masuk ke dalam kehidupan anggota rumah.
Sejarah Oosouji
Menurut laman Japanesestation, oosouji lahir dari keyakinan sebagian besar masyarakat Jepang yang memeluk agama Budha dan meyakini Shinto.
Bersih-bersih besar di akhir tahun diyakini merupakan upaya terbaik menyambut kedatangan dewa dengan bersih.
Pelaksaaan Oosouji
Bersih-bersih rumah ini biasanya berlangsung beberapa hari, tergantung dari besar kecilnya rumah.
Oosouji umumnya dilaksanakan pada tanggal 25 -28 Desember, lalu dilanjutkan dengan berdoa ke kuil pada malam tahun baru.
Oosouji dilaksanakan seluruh anggota keluarga agar cepat selesai. Mereka membuang barang-barang lama yang sudah tidak digunakan, karena meyakini ruang yang bersih dan lapang akan menarik hal baru yang baik ke dalam rumah.
Apabila barang lama masih digunakan, maka harus ditata dengan teratur.
Oosouji tidak hanya dijalankan di rumah, melainkan juga di pusat-pusat kegiatan masyarakat. Seperti di kantor, atau sekolah.
Sejak awal Desember, toko-toko pun sudah menggelar dagangan alat dan perlengkapan oosouji. Mulai dari obat pembersih minyak membandel, hingga pembersih noda pada kaca.
Memilah barang ala Marie Kondo
Lepas dari keyakinan dan agama yang mendasari budaya oosouji ini, bersih-bersih rumah secara besar-besaran memang banyak bermanfaat.
Ruang yang lapang dan bersih tentu lebih menyenangkan dan sehat untuk ditinggali. Kita juga lebih merasa nyaman, dan lebih kreatif berpikir.
Ahli mengatur barang dari Jepang, Marie Kondo, menekankan pentingnya memgatur rumah dengan baik karena kita tidak bisa selalu fokus untuk beres-beres rumah setiap saat.
Dalam acaranya di Netflix, atau bukunya “The Life Changing Magic of Tidying Up”, Marie Kondo berbagi teknik mengatur barang-barang di rumah yang efektif.
Pengaturan barang ini bukan hanya membuat rumah menjadi lebih sehat dan nyaman untuk ditinggali.
Lebih penting lagi, rumah yang rapi juga membantu mental pikiran seluruh anggota rumah lebih positif.
Sebelum memilah dan mengatur barang, ada baiknya Anda memotret kondisi “before” terlebih dahulu.
Oh ya, perlu diketahui, beres-beres rumah ala Marie Kondo ini akan membuat situasi rumah berantakan di awal. Karena itu sebaiknya lakukan per area ruangan agar tak cepat membuat lelah duluan.
Berikut ini 9 prinsip memilih dan menata barang ala Marie Kondo
1. Berterima kasih
Ucapkan terima kasih kepada rumah yang selama ini telah menopang kehidupan seluruh keluarga. Tak perlu membuat ritual, tapi yang penting ekspresikan rasa terima kasih Anda.
2. Merapikan barang sesuai kategori
Marie Kondo menyarankan lemari baju sebagai tujuan pertama untuk dipilah, dilanjutkan dengan buku, kertas, lalu alat dapur dan barang-barang rumahan. Setelah itu, barulah barang kenangan.
Jika profesi atau kegiatan Anda sehari-hari tak membutuhkan baju atau buku sampai lebih dari satu lemari, maka artinya Anda harus menyingkirkan sebagian agar tak berlebihan.
Untuk lemari baju, Marie menyarankan baju-baju berbahan kain digantung dari panjang ke pendek, dari kiri ke kanan. Artinya, jaket tebal gelap bisa diletakkan di sisi paling kiri, sedangkan blus katun putih diletakkan di sisi paling kanan.
Untuk pakaian berbahan kaos, Marie menyarankan teknik melipat sehingga kaos bisa disusun berbaris (bukan ditumpuk).
Lihat kembali pengaturan Anda, apakah sudah cukup membuat bahagia.
3. Memulai dari hal kecil
Pada lemari baju, Anda bisa memulai memilah barang dari kategori kecil. Misalnya, kotak penyimpanan kaus kaki atau baju dalam.
Setelah itu kita bisa berlanjut pada kategori barang yang lebih besar.
4. Memilih berdasarkan rasa bahagia
Marie juga menyarankan agar semua barang yang mau dipilah dikeluarkan terlebih dulu dari tempatnya, lalu diletakkan di atas lanta.
Angkat dan pandangi satu persatu, dan tanyakan apakah barang tersebut masih membuatmu bahagia?
Jika ya, simpan. Jika tidak, singkirkan.
5. Ucapkan perpisahan
Sebagian besar orang merasa bersalah membuang barang miliknya ketika beres-beres rumah.
Karena itu Marie merekomendasikan untuk mengucapkan terima kasih telah memberi manfaat pada kehidupan kita, sebelum mendonasikan, membuang, dan menghancurkannya.
6. Kotak memori
Siapkan sebuah kotak untuk menyimpan foto-foto penuh kenangan yang sulit dipajang dan tak bisa disingkirkan. Letakkan pada tempat yang mudah terlihat.
7 Lepaskan hal besar
Setiap orang akan memiliki ‘hal-hal besar’-nya sendiri.
Baju bayi anak-anak, atau bahkan mainan pertama bisa jadi hal besar bagi sebagian orang.
Bagi yang lain mungkin deretan tas atau sepatu lari menjadi hal-hal besarnya.
Kalau tak terlalu makan tempat, barang-barang ini bisa dipilah dan disimpan. Tapi untuk barang-barang berukuran besar, bijaklah untuk mengoptimalkan ruangan di rumah.
8. Mengenali diri
Apa yang menjadi prioritas Anda seharusnya tercermin pada barang-barang yang disimpan.
Jadi, pilih dan hanya simpan barang yang mendukung tujuan hidup Anda di tahun mendatang.
Selain akan menghasilkan ruang lebih lapang, kondisi mental pikiran Anda juga tidak akan terganggu dengan hal-hal lain yang tidak menjadi prioritas.
Rumah dengan barang secukupnya akan membuat Anda lebih semangat dan rajin membersihkan sehingga akan lebih sedikit debu di ruangan. (*/Sic)
Baca juga:
Teknologi Pembersih Udara di Rumah