check it now

Multigenerational Parenting: Tips Kompak Hidup Bareng Kakek Nenek

Tinggal satu rumah bersama kakek nenek bukan hal baru bagi banyak keluarga Indonesia. Tapi, bagaimana agar hubungan tiga generasi tetap harmonis dan peran orang tua tidak tumpang tindih? Yuk, simak di sini!

Daftar Isi Artikel

Fenomena multigenerational parenting atau tinggal satu atap bersama kakek-nenek kini semakin umum terjadi di banyak keluarga Indonesia. Gaya hidup ini sering muncul karena alasan praktis sekaligus efisiensi. Meski terdengar ideal karena ada banyak tangan yang membantu, hidup dalam keluarga multigenerasi juga bisa menimbulkan tantangan tersendiri. Di antaranya soal pola asuh dan pembagian peran antar anggota keluarga.

Namun, di sisi lain, dengan komunikasi yang baik dan saling memahami batas peran, multigenerational parenting justru bisa jadi sumber kekuatan. Anak akan mendapat kasih sayang berlapis dari tiga generasi. Sementara orang tua dan kakek nenek bisa saling mendukung dalam menjalani peran masing-masing di rumah.

Tantangan dalam Multigenerational Parenting

Tinggal bersama kakek nenek tentu membawa banyak manfaat, tapi juga tak lepas dari perbedaan cara pandang. Salah satu tantangan terbesar adalah perbedaan pola asuh. Kakek nenek mungkin cenderung lebih permisif karena merasa ingin memanjakan cucu. Sementara orang tua bisa jadi lebih tegas dan berfokus pada disiplin.

Baca Juga : Konflik Antara Pola Asuh Kakek Nenek dan Orang Tua, Bagaimana Solusinya?

Selain itu, ruang pribadi yang terbatas juga bisa memicu gesekan kecil. Kurangnya privasi, beda kebiasaan, atau cara komunikasi yang tidak sejalan bisa menimbulkan stres bila tidak diatur dengan baik. Karena itu, penting bagi setiap anggota keluarga untuk saling menghormati dan beradaptasi dengan gaya hidup masing-masing.

Manfaat Hidup Bersama dalam Keluarga Multigenerasi

Meski penuh tantangan, multigenerational parenting juga membawa banyak manfaat positif. Anak bisa belajar nilai-nilai keluarga secara langsung dari kakek-nenek, seperti empati, kesabaran, dan kebersamaan. Di sisi lain, kehadiran generasi tua bisa memberi dukungan emosional yang kuat untuk orang tua muda, terutama dalam masa-masa awal membesarkan anak.

Menurut studi dari American Psychological Association (APA), anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga multigenerasi cenderung memiliki keterikatan emosional yang lebih baik serta lebih stabil secara sosial. Artinya, meski tinggal bersama bisa terasa menantang, dampak jangka panjangnya justru positif bila dikelola dengan bijak.

Tips Agar Hidup Satu Atap Tetap Harmonis

Agar hidup satu atap tetap terasa nyaman dan kompak, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:

1. Tentukan Peran dan Batasan Sejak Awal

Diskusikan siapa yang bertanggung jawab dalam hal pengasuhan, keputusan rumah tangga, dan hal-hal kecil sehari-hari agar tidak terjadi tumpang tindih.

2. Bangun Komunikasi Terbuka

Biasakan berdiskusi secara jujur tanpa saling menyalahkan. Perbedaan pendapat wajar terjadi, tapi yang penting adalah mencari solusi bersama.

3. Berikan Ruang Pribadi untuk Setiap Anggota Keluarga

Meski tinggal bersama, tiap anggota keluarga butuh ruang sendiri untuk beristirahat dan menenangkan diri.

4. Libatkan Kakek Nenek dalam Aktivitas Positif Bersama Anak

Aktivitas bersama seperti berkebun atau bermain bersama. Aktivitas seperti ini bisa mempererat hubungan tiga generasi sekaligus menumbuhkan rasa saling menghargai.

Multigenerational parenting bukan sekadar tentang tinggal bersama dalam satu rumah, tapi tentang bagaimana tiga generasi bisa saling beradaptasi, menghormati, dan mendukung satu sama lain.

Dengan komunikasi yang sehat, pembagian peran yang jelas, dan rasa saling pengertian, keluarga multigenerasi bisa menjadi lingkungan terbaik untuk anak tumbuh dalam kehangatan dan nilai-nilai kekeluargaan yang kuat.

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti

Daftar Isi Artikel

Updates