check it now

Mengenal Pneumonia dan Mitos yang Mengiringinya

Tak hanya TBC dan asma, pneumonia juga penyakit yang perlu diwaspadai karena berbahaya dan dapat merenggut nyawa balita.

Daftar Isi Artikel

Menurut hasil riset dari Kementerian Kesehatan, ada sekitar 800 ribu balita di Indonesia yang terserang pneumonia.

Hal tersebut menyebabkan Indonesia menduduki peringkat ke-10 di dunia dalam kasus kematian balita akibat pneumonia. 

Dengan jumlah korban yang sangat besar tersebut, tak heran bila Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganggap pneumonia adalah salah satu ‘monster’ pembunuh nyawa balita.

Untuk menekan terjadinya kematian balita akibat pneumonia, orangtua wajib mawas diri dan mencari tahu informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit ini.

Bahaya pneumonia

Dijelaskan oleh dr. Alni Magdalena, pneumonia merupakan suatu kondisi di mana kantung udara pada paru-paru mengalami pembengakakan atau peradangan yang diakibatkan oleh serangan virus atau bakteri.

“Anak-anak yang terserang penyakit ini biasanya akan mengalami berbagai gejala yang mirip seperti pilek atau flu, hanya saja gejala yang ditimbulkan jauh lebih berat. Misalnya mengalami sesak napas, batuk terus-menerus hingga demam tinggi,” ungkap dokter Alni.

Sama seperti lanjut usia (lansia), balita juga merupakan kelompok yang paling rentan terserang penyakit ini.

Pasalnya, daya tahan tubuh balita masih belum terbentuk dengan sempurna. Alhasil, bakteri atau virus penyebab pneumonia pun jadi lebih mudah menjangkitinya.

“Sebagai info, daya tahan tubuh anak bisa semakin lemah ketika ia tidak diberi asupan gizi yang cukup, misalnya ASI. Nah pemberian ASI eksklusif itu sendiri sebenarnya telah terbukti dapat menurunkan risiko balita terserang pneumonia. Sebab ASI mengandung antibodi terbaik untuk memperkuat daya tahan tubuh si kecil,” jelas dokter Alni.

Selain itu, dibanding penyakit saluran cerna seperti diare, bakteri atau virus penyebab pneumonia pada dasarnya juga jauh lebih mudah masuk ke tubuh karena penyebarannya bisa lewat udara (airborne).

Itu sebabnya, disamping asupan gizi yang cukup, lingkungan serta udara yang bersih juga menjadi salah satu syarat untuk mengurangi risiko terjangkit pneumonia.

Pneumonia tak selalu paru-paru basah

Masyarakat awam kerap memberi julukan pneumonia sebagai penyakit paru-paru basah.

Meski pneumonia memang bisa menyebabkan komplikasi berupa penumpukan cairan pada paru-paru atau istilah medisnya disebut efusi pluria, namun istilah itu tak selalu tepat.

“Tak semua pneumonia menyebabkan efusi pluria. Jadi ungkapan bila pneumonia adalah paru-paru basah sebenarnya kurang tepat karena harus dilihat dulu apakah penderita mengalami komplikasi tersebut atau tidak,” tegas dokter Alni.

Agar tak sampai pada kondisi yang membuat paru-paru dibanjiri air, maka dokter Alni pun mewanti-wanti orangtua untuk memperhatikan gejala yang timbul.

“Jangan sampai mengira jika si kecil hanya terkena flu padahal paru-parunya tengah diserang oleh bakteri pneumonia,” katanya.

Adapun gejala yang harus diwaspadai adalah bila si kecil mengalami demam tinggi hingga 40 derajat celcius yang diikuti dengan sesak napas.

Terkadang, napas si kecil juga terdengar tersengal-sengal. Kulit di sekitar tulang rusuknya pun terlihat tertarik karena anak bersusah payah untuk bernapas.

“Bila terjadi hal demikian, satu-satunya cara untuk menyelamatkan si kecil adalah dengan jalan segera membawanya ke dokter,” lanjutnya.

Pneumonia membuat anak menjadi kurus

Jangan khawatir bila si kecil jadi terlihat lebih kurus akibat pneumonia, karena umumnya hal itu hanya bersifat sementara.

Saat sedang sakit, anak memang akan kehilangan nafsu makannya sehingga berpengaruh pada berat badannya.

Namun seiring membaiknya kondisi tubuh, nafsu makan pun akan meningkat dan membawa tubuh si kecil kembali pada berat sebelumnya.

“Itu sebabnya, saat menderita pneumonia, biasanya dokter juga menyelipkan vitamin yang berguna untuk memperkuat tubuh anak sekaligus meningkatkan nafsu makannya,” tambah dokter Alni.

Lebih jauh dokter Alni juga menjelaskan bahwa mitos anak yang terserang pneumonia akan terlihat kurus kerap muncul karena masyarakat awam tak mengetahui perbedaan pneumonia dengan penyakit paru lainnya, seperti tuberculosis atau TBC.

“Memang benar, TBC bisa menyebabkan anak gagal tumbuh sehingga tubuhnya akan susah gemuk. Tapi pada pneumonia, hal ini tidak berlaku,” tutup dokter Alni.

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti