check it now

Tips Psikolog Mengelola Emosi agar Anak Tidak Jadi Korban Pertengkaran Orang Tua

Pertengkaran orang tua dapat meninggalkan dampak emosional pada anak. Psikolog berbagi cara mengelola emosi saat konflik rumah tangga agar anak tidak menjadi korbannya.

Daftar Isi Artikel

Pertengkaran orang tua bukan hanya menimbulkan ketegangan dalam hubungan suami istri, tapi juga bisa melukai kondisi emosional anak. Anak yang menyaksikan konflik mudah merasa takut, bingung, hingga menyalahkan dirinya sendiri atas pertengkaran tersebut.

Psikolog Anak dari Klinik Sajiva RSKJ Dharmawangsa, Fabiola Priscilla Setiawan, M.Psi., menjelaskan bahwa banyak kasus menunjukkan anak menjadi korban kekerasan akibat orang tua gagal mengelola emosi.

Mengingat besarnya dampak psikologis bagi anak, mengelola emosi saat konflik bukan lagi pilihan, melainkan keharusan demi menjaga mereka tetap aman dan dicintai,” ungkap Fabiola.

Maka, penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa setiap pertengkaran yang terjadi di rumah akan selalu diikuti oleh efek pada anak.

Ketika emosi sudah sangat memuncak, memaksakan diri untuk menyelesaikan konflik justru memperburuk keadaan. Anak bisa melihat perilaku yang tidak terkendali seperti teriakan, ancaman, atau bahkan kekerasan.

Fabiola menyarankan untuk mengambil jeda sejenak, “Ambillah jeda dan cari tempat yang aman untuk meredakan emosi. Tenangkan diri dengan cara yang paling sesuai misalnya beribadah, olahraga, membersihkan rumah, membuat karya seni atau relaksasi.

Orang tua bisa menyiapkan daftar aktivitas pereda emosi yang bisa langsung dilakukan ketika konflik mulai memanas, sehingga pertengkaran orang tua tidak sampai meledak di depan anak.

Utamakan Kesehatan Mental Anak

Salah satu langkah pencegahan yang efektif adalah memastikan anak tetap berada di tempat yang aman ketika konflik terjadi.

Jangan libatkan anak dalam konflik karena hal ini bisa berdampak buruk secara emosional. Tetap tunjukkan cinta dan kasih sayang agar anak merasa aman dan dicintai meski orang tuanya sedang berkonflik,” imbuh Fabiola.

Pelukan, komunikasi lembut, dan kehadiran figur dewasa lain yang dipercaya bisa membantu menurunkan rasa cemas anak terhadap situasi rumah.

Bangun Komunikasi Sehat dengan Pasangan

Konflik dalam rumah tangga tidak selalu buruk, jika dikelola dengan cara yang baik. Komunikasi yang terbuka dan tenang akan membantu orang tua menemukan solusi tanpa mengorbankan kesejahteraan anak.

Kemampuan ini tidak hanya bermanfaat bagi hubungan, tapi juga menjadi contoh bagi anak dalam mengelola emosi dan menyelesaikan konflik secara sehat saat mereka dewasa nanti,” tutup Fabiola.

Dengan komunikasi yang saling menghargai, pertengkaran orang tua tidak akan berubah menjadi ancaman fisik maupun emosional bagi anak.

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti

Daftar Isi Artikel

Updates