check it now

Mau Lebih Bahagia? Jangan Lakukan 10 Hal Ini!

10 hal ini, apabila dibiasakan, akan membuat Anda depresi dan jauh dari rasa bahagia.

Daftar Isi Artikel

Ada orang yang secara genetik lebih mudah bahagia, seperti diungkapkan penelitian Michael Minkov dan Michael Harris Bond  yang dipublikasikan dalam Journal of Happiness Studies.

Meski begitu, orang yang ‘dari sananya’ tak gampang happy masih bisa bahagia dengan kemauan dan usaha.

Jangan lakukan 10 hal ini, maka Anda bisa lebih bahagia!

1. Menggali masa lalu

Penulis dan internatioal speaker Jennifer Cohen menyarankan untuk tidak menggali kembali kenangan masa lalu, apalagi menyesalinya.

Bagaimanapun, Anda tidak akan bisa mengubahnya, namun bisa mengambil hikmah untuk bahan pertimbangan ke depan.

Berdamailah dengan diri sendiri. Yakini apa yang terjadi saat itu sudah yang terbaik.

Jika masih terasa menyesakkan, maafkan dirimu yang dulu, dan segera halau kenangan masa lalu.

2. Terlalu sering menggunakan media sosial

Sebuah penelitian dari University of Pittsburgh School of Medicine meyimpulkan, ada hubungan sangat erat antara penggunaan media sosial dan perasaan depresi.

Makin lama kita terpapar konten media sosial, makin besar kemungkinan kita lelah secara mental.

Jangan mudah terganggu dengan posting-an orang lain, sebab semua pengguna media sosial cenderung menggungah konten terbaik mereka.

Jika pencapaian mereka terasa begitu menyilaukan, memunculkan rasa iri, dan sedih, sebaiknya segera tutup media sosial. Kalau perlu, puasa dulu main medsos.

Gunakan media sosial sewajarnya dan ukur efeknya terhadap kesehatan mental Anda.

3. Rebahan terlalu lama

Nonton drakor sambil rebahan, atau sekadar malas-malasan sambil main hp di rumah memang menyenangkan.

Tapi kalau kurang gerak, kita akan kekurangan hormon endorfin yang bertanggungjawab atas rasa bahagia.

Endorfin merupakan jenis hormon dan senyawa kimia di dalam tubuh yang bertugas mengendalikan luka dan stres.

Bergerak aktif seperti melakukan pekerjaan rumah dan olah raga akan menghasilkan endorfin yang cukup untuk membuat kita lebih bahagia.

4. Lupa melakukan hobi

Saat sibuk, atau terus menerus melakukan rutinitas bisa membuat kita jenuh dan mudah lelah. Kehidupan sudah mirip dengna hamster yang bermain roda putar.

Biasakan untuk mengalokasikan waktu bagi diri sendiri, dan kerjakan apa yang menjadi kecintaan Anda.

Paling tidak, alokasikan waktu sekali seminggu, mungkin 4-5 jam untuk betul-betul mengerjakan hal favorit.

5 Lupa teman dan kerabat

Foto : mentatdgt / Pexels

Orang bijak bilang, silaturahmi bisa menyambung umur dan rezeki. Jadi, usahakan menghubungi teman atau kerabat dan bertukar kabar.

Sebuah pertemuan tatap muka 2-3 jam sudah cukup. Namun, karena saat ini makin sulit bertemu, Anda bisa memanfaatkan teknologi digital.

Mengobrol hal-hal yang ringan, jauh dari rutinitas dan pekerjaan bisa menyegarkan perasaan kembali. Tentu saja, hindari teman dan kerabaat yang toxic ya!

6 Memendam amarah

Rasa kesal, atau emosi negatif lainnya akan membuat diri kita lebih cepat lelah.

Namun, meluapkan amarah dengan serampangan pun bisa mengundang masalah baru yang barangkali justru lebih besar.

Coba pikirkan lagi kenapa Anda terluka dan merasa sakit hati. Apakah rasa marah itu bisa dialihkan menjadi hal yang produktif, atau sebaliknya.

Psikolog Ryan Martin dalam kuliah TED Talks menyebutkan pentingnya memiliki rasa marah, sejauh hal itu menggerakan kita untuk berbuat positif.

Namun, pada kebanyakan kasus, rasa amarah muncul karena ego. Untuk hal ini, lebih mudah berdamai dengan memaafkan dan melepaskan emosi negatif itu. Baik kepada orang lain, atau kepada diri sendiri.

7. FOMO

Perasaan Fear Of Missing Out (FOMO) atau takut ketinggalan berita/tren terbaru membuat kita jadi terus menerus memantau notifikasi.

Hindari hal ini jika ingin lebih bahagia.

Jika pekerjaan menuntut stand by, matikan notifikasi media sosial pada ponsel, dan gunakan fitur khusus untuk menandai notifikasi dan panggilan penting terkait pekerjaan.

Jika tidak, maka cukup cek ponsel secara berkala dan fokuslah mengerjakan hal yang ingin dikerjakan tanpa gangguan. Pasti akan terasa lebih bahagia.

8. Mengabaikan hal kecil

Jika kita lebih cermat, selalu ada hal membagiakan yang diberikan kepada kita setiap hari.

Beri perhatian lebih pada hal-hal kecil sekitar kita, akan membuat kita merasa lebih bahagia.

Sapaan ramah tetangga, tawa lebar anak kecil, daun yang baru tumbuh, suasana pagi yang indah, bahkan rumah yang hening ketika anak tidur siang, semua bisa menjadi pasokan kebahagiaan apabila kita mau menghargainya.

Mulai bersyukur atas hal-hal yang tampak ‘kecil’ dan rasakan kebahagiaan besar.

9. Mengingat-ingat kejadian tak menyenangkan

Dalam 24 jam sehari, wajar saja jika kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita mau.

Bumi tak selamanya malam, atau siang. Tak selamanya panas, atau hujan. Semua hal terjadi bergantian.

Hukum Murphy menyebutkan, apapun yang bisa salah, maka akan salah.

Maka siapkan diri atas hal-hal tak menyenangkan yang bisa terjadi pada kita. Mobil tiba-tiba mogok, saldo terdebet dua kali untuk pembayaran yang sama, barang belanjaan online tak datang sesuai pesanan, merupakan hal-hal yang bisa terjadi.

Segera maafkan dan sadari bahwa hal-hal itu memang terjadi sehingga perasaan kesal tak akan menganggu Anda.

10 Berpuas diri di zona nyaman

Foto: RF._.studio/Pexels

Bersyukur dan berpuas diri adalah dua hal berbeda.

Orang yang berpuas diri cenderung lebih mudah bosan dan depresi karena merasa kurang tantangan.

Jika Anda merasa stuck atau malah gabut, maka cobalah untuk memulai hal baru. Bisa hobi baru, atau kebiasaan baru, bahkan keterampilan baru.

Sebuah keterampilan baru biasanya bisa dikuasai dalam waktu sekitar 3 bulan, atau total 60 jam. Mungkin belajar bahasa asing? Belajar menyelam? Belajar menjahit dan merajut? Atau mungkin belajar dandan?

Saat ini sudah banyak kursus online yang bisa Anda pilih dengan nyaman. Apapun yang Anda mulai lagi bisa memunculkan semangat baru dan rasa bahagia. (*/Sic)

Baca juga:
Soul, Film Disney Pixar Terbaru yang Menghangatkan Hati

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti