Orangtua zaman dahulu memang kerap mewanti-wanti agar bayi yang baru lahir harus segera dibedong. Alasannya tak lain supaya kaki bayi dapat tumbuh dengan sempurna alias bengkok.
Namun ternyata wejangan tersebut hanyalah mitos. Sebab telah terbukti, bahwa bayi yang tidak pernah dibedong pun kakinya dapat tumbuh sama sempurnanya dengan kaki bayi yang dibedong.
Bila demikian, lalu apa sebenarnya manfaat dari membedong bayi? Perlukah bayi dibedong?
Menurut dr. Ferdy Limawal, Sp.A yang sehari-hari membuka praktek di Omni Hospital Alam Sutera, Serpong, membedong bayi dapat membuat buah hati merasa seperti selalu dipeluk. Hal ini tentunya dapat mengingatkan ia pada suasana dalam rahim ibu.
Dengan dibedong, lanjut dokter Ferdy, bayi akan merasa nyaman dan aman sehingga tidak rewel. “Saya rasa, itulah alasan rasional di balik kebiasaan membedong bayi. Jadi tujuan dari membedong itu sama sekali bukan untuk ‘meluruskan’ kaki bayi,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama dokter Ferdy juga menegaskan bahwa semua bayi yang baru lahir, kakinya memang tampak sedikit bengkok atau menekuk ke dalam. Tapi itu normal kok. Kondisi tersebut dikarenakan selama kurang lebih 40 minggu di dalam rahim ibu ruang gerak bayi terbatas. Alhasil bayi akan selalu dalam posisi meringkuk. “Namun, beberapa bulan setelah lahir, dan tanpa dibedong pun, kedua kaki bayi akan kembali ‘lurus’ dengan sendirinya dan berbentuk normal,” tegasnya.
Menurunkan Risiko SIDS

Selain dapat membuat bayi merasa nyaman seperti halnya di dalam rahim, membedong bayi juga ternyata dapat menurunkan sindrom kematian mendadak atau SIDS.
Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian Journal of Pediatrics pada tahun 2007. Salah satu hasil positif yang ditemukan dari kegiatan membedong bayi yaitu dapat mengurangi risiko sindrom kematian mendadak pada bayi atau SIDS.
“Hal ini saya rasa wajar, mengingat bayi yang dibedong tidak pernah ditidurkan dengan cara tengkurap. Sebab, salah satu faktor meningkatnya resiko SIDS itu akibat bayi baru lahir yang ditidurkan dengan posisi tengkurap tanpa penjagaan,” lanjut dokter Ferdy.
Meredakan Efek Kejut
Penelitian dari Washington University School of Medicine di St. Louis, Amerika mengungkapkan bahwa bayi-bayi yang dibedong umumnya tidur lebih baik daripada bayi-bayi yang tidak dibedong.
Sebab, dalam kelelapan tidurnya, bayi sesekali bergerak seperti orang terkejut. Gerakan ini termasuk normal. Bahkan anak-anak yang lebih besar maupun orang dewasa sekalipun kadang kala mengalaminya.
Hanya saja pada bayi baru lahir, refleks kejut ini lebih sering terjadi sehingga mengganggu kelelapan tidurnya. Refleks ini sebenarnya akan berkurang seiring dengan pertambahan usia bayi. Namun, biasanya pada saat bayi berumur 1 atau 2 bulan, akan menghilang dengan sendirinya.
“Ketika refleks kejut terjadi pada bayi baru lahir, ada bayi yang dapat langsung tertidur kembali. Tapi tak sedikit pula yang kesulitan tidur lagi dan menjadi rewel. Nah, membedong dapat membantu bayi untuk mengatasi refleks kejut ini sehingga membuatnya dapat segera tidur kembali karena ia merasa seperti dipeluk,” jelas dokter Ferdy.
Lalu, sampai usia berapa bayi sebaiknya dibedong?
Setelah bayi berusia 1 bulan, sebaiknya jangan membedongnya ketika ia sedang bangun. Hal ini dilakukan agar perkembangan motoriknya tidak terhambat. Tapi patut diingat juga, tidak semua bayi senang dibedong.
Sebaliknya, banyak pula bayi yang sangat menikmati dibedong. Ada bayi yang sejak lahir memang sama sekali tak suka dibedong. Beberapa bayi mungkin hanya mau dibedong selama 2 minggu. Lalu ada bayi yang meski sudah berusia 2 bulan atau lebih, masih senang dibedong ketika tidur. Dan ada pula bayi yang senang bila dibedong sebagian. Artinya dari bagian dada ke bawah dibedong, tapi kedua tanggannnya dikeluarkan.
“Jadi tidak ada patokan pasti sampai usia berapa sebaiknya bayi dibedong. Di sini justru orangtua yang harus peka dengan kebutuhan dan kemauan buah hatinya. Apapun keinginan si kecil harus dihargai dan orangtua jangan memaksakan kehendak,” lanjut dokter Ferdy.
Dampak Negatif
Pada kesempatan yang sama, dokter Ferdy menekankan bahwa selain dapat membuat bayi lebih tenang, tidurnya lebih nyenyak dan memperkecil resiko SIDS, kegiatan membedong bayi juga dapat membantu proses menyusui.
Tidak bisa dipungkiri bahwa saat pertama kali menyusui adalah masa yang penuh perjuangan, baik untuk sang ibu maupun bayinya sendiri. Si ibu belajar untuk mencari posisi dan teknik menyusui yang benar.
Sementara si kecil juga berjuang mencari cara menyusu yang pas untuknya. Seringkali ia bergerak-gerak tak sabar, yang justru membuat ibu semakin sulit untuk menempatkannya dalam posisi yang benar dan nyaman. Dengan membedong, bayi akan relatif lebih anteng atau tenang sehingga bisa membuat proses belajar menyusui ini lebih lancar.
Tak hanya itu, bayi baru lahir juga seringkali mengalami kolik. Ini adalah salah satu hal yang membuat orangtua baru kebingungan karena bayi yang tengah kolik akan gelisah dan menangis tak henti-hentinya. Nah, di saat seperti itu, membedong dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menenangkan si kecil yang sedang kolik.
Namun meski memiliki sederet manfaat, bukan berarti bayi wajib dibedong. Artinya apabila orangtua atau bahkan bayinya sendiri tidak menginginkan dirinya dibedong, itu bukanlah masalah.
“Sama sekali tak ada kerugian yang signifikan jika orangtua memutuskan tidak membedong si kecil. Hanya saja, patut juga dipertimbangkan, selain memberikan rasa nyaman dan aman kepada bayi, membedong sebenarnya juga memberi manfaat kepraktisan kepada orangtua. Seperti memudahkan untuk menyusui dan menggendong. Tapi janganlah ini dijadikan alasan untuk membedong bayi. Sebaliknya, walaupun orangtua tidak ingin membedong si kecil tapi ternyata bayi sangat menikmati dibedong, tak ada salahnya sesekali menuruti keinginannya, bukan? Yang paling penting sebagai orangtua, kita yakin dengan apapun keputusan yang kita buat,” terang dokter Ferdy.
Apabila orangtua sudah memutuskan untuk membedong bayi, maka tak perlu ragu untuk melakukannya, asalkan memperhatikan beberapa hal berikut ini:
- Bedong bayi pada saat tidur saja sehingga tidak menghambat perkembangan motoriknya
- Jangan terlalu ketat saat membedong bayi
- Gunakan kain bedong yang tipis tapi cukup hangat
- Cukup gunakan satu lembar kain saja
- Bila bayi menggunakan popok sekali pakai, jangan lupa untuk sering-sering mengganti kain bedongnya
- Kenakan pakaian dari bahan yang tipis pada si kecil karena bila memakaikan baju yang tebal atau berlapis-lapis dan kemudian membedongnya dikhawatirkan bayi bisa overheated
- Jangan membedong sampai menutupi kepala bayi karena dikhawatirkan dapat menutupi hidung bayi dan malah memperbesar risiko sindrom kematian mendadak pada bayi atau SIDS